Arab dan Rusia 'Bunuh Diri' Jika Tidak Berdamai Soal Harga Minyak
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Harga minyak kembali tergelincir pada Selasa atau Rabu (18/3) pagi WIB. Penurunan ini terjadi karena kekhawatiran bahwa penyebaran COVID-19 akan semakin mengurangi permintaan global untuk minyak mentah terus membebani pasar.
Pada Rabu pagi, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun 1,75 dolar AS, atau 6,1 persen, menjadi 26,95 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei turun 1,32 dolar AS atau 4,39 persen, menjadi ditutup pada 28,73 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Baca Juga: Di Balik Jatuhnya Harga Minyak Dunia, Ada Keperkasaan Arab Saudi
1. Tidak mau damai, Arab dan Rusia akan merugikan diri sendiri
Perang harga minyak di pasar masih belum mereda seiring dua produsen minyak utama: Arab Saudi dan Rusia tidak membuat upaya untuk mendamaikan perbedaan mereka.
Dilansir dari Antara, perilaku dua produsen minyak utama dunia itu dapat digambarkan sebagai "tindakan menghancurkan diri sendiri," Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research, mengatakan dalam sebuah catatan Selasa (17/3), seperti dikutip oleh Xinhua.
Kegagalan untuk mencapai kesepakatan awal bulan ini antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dipimpin oleh Rusia, tentang pengurangan produksi minyak, telah memicu kekhawatiran kemungkinan perang harga.
Arab Saudi, anggota utama OPEC, dan Rusia telah mengumumkan peningkatan signifikan dalam produksi minyak mereka, yang akan membanjiri pasar yang telah kelebihan pasokan.
2. Turunnya permintaan karena dampak virus corona
Editor’s picks
Para pelaku pasar cemas tentang risiko penurunan signifikan terhadap permintaan minyak di tengah kian merebaknya wabah virus corona yang menyebabkan penutupan beberapa negara di Eropa dan Asia.
Selain karena permintaan, kecemasan harga minyak dunia akibat dari pembatasan yang semakin drastis yang ditujukan untuk memerangi virus corona.
Sehari sebelumnya, Carsten mengatakan, respons harga dapat dipahami mengingat bahwa suku bunga yang lebih rendah dan program pembelian obligasi baru tidak akan melakukan apa pun untuk memerangi kelemahan permintaan minyak saat ini.
"Semakin banyak negara 'membekukan' kehidupan publik, menutup perbatasan mereka dan membatalkan penerbangan, semakin besar dampaknya terhadap permintaan minyak, terutama karena ini juga melibatkan aktivitas ekonomi yang secara umum diperkecil," kata Fritsch seperti dilansir Antara.
Tidak hanya karena suku bunga yang rendah, pasar minyak juga ditekan oleh kelebihan pasokan yang membayangi.
Untuk pekan yang berakhir 13 Maret, WTI terkuras 23 persen, sementara Brent anjlok 25 persen. Kedua acuan minyak mentah mencatat penurunan persentase mingguan terbesar mereka, berdasarkan kontrak bulan depan, sejak Desember 2008, menurut Dow Jones Market Data.
3. Perbandingan dengan Selasa pagi
Sehari sebelumnya, harga minyak turun tajam pada akhir perdagangan Senin atau Selasa (18/3) pagi WIB.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, turun 3,03 dolar AS atau 9,6 persen menjadi menetap pada 28,70 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei jatuh 3,80 dolar AS atau 11,2 persen menjadi ditutup pada 30,05 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Baca Juga: Minyak Dunia Jatuh, Pemerintah Diminta Antisipasi Penurunan Harga CPO