Erick Thohir Giat Bersih-bersih BUMN, Pertamina Sudah Lakukan Apa?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri BUMN Erick Thohir mencanangkan bersih-bersih di perusahaan-perusahaan pelat merah yang kini di bawah kendalinya. Beberapa gebrakan yang sudah dilakukan antara lain, mengurangi jumlah deputi di Kementerian BUMN, penunjukan sejumlah komisaris seperti Basuki Tjahaja Purnama hingga memecat direksi Garuda Indonesia yang terlibat kasus penyelundupan.
Salah satu yang kerap jadi sorotan adalah PT Pertamina Persero. Tidak heran, karena Pertamina memiliki aset dan perputaran uang yang besar, sehingga kerap menjadi sasaran empuk mafia-mafia migas. Publik pun kerap penasaran apa yang sudah dilakukan Pertamina, dan bagaimana perusahaan migas nomor satu di Indonesia ini menerapkan good corporate governance.
Direktur Utama PT Pertamina Persero Nicke Widyawati dalam wawancara khusus Suara Millennial IDN Times di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat 6 Desember 2019 menjelaskan soal ini.
1. Menurunkan impor demi memperbaiki neraca perdagangan
Salah satu yang terus diupayakan Pertamina, kata Nicke, menurunkan impor minyak. Nicke mengatakan penurunan impor dilakukan dengan menyerap minyak mentah atau crude oil ke dalam negeri. Penyerapan minyak mentah kini naik menjadi 132 ribu barel per hari dari yang sebelumnya hanya 13 ribu barel per hari.
"Sehingga dengan gambaran itu kita bisa menekan impor dari crude itu penurunannya sekitar 30 persen dari sisi volume kalau dari sisi amount itu sekitar 40 persen untuk crude bagaimana dengan penurunan produk impor BBM," kata Nicke.
Baca Juga: [BREAKING] Ahok Jadi Komisaris Utama Pertamina
2. Meningkatkan produksi kilang minyak
Cara kedua dalam penerapan GGC di Pertamina adalah dengan meningkatkan kilang produksi. Nicke mengatakan perlu waktu 4-5 tahun untuk membangun kilang baru. Pertamina lalu menyiasati dengan cara melakukan upgrading.
"Yang baru saja selesai itu adalah di kilang Cilacap. Kilang Cilacap sudah bisa menghasilkan produk pertama untuk meningkatkan kapasitasnya sekitar 67 persen," ujar Nicke.
Editor’s picks
Cara itu juga membuahkan hasil dengan meningkatnya jumlah produksi avtur atau bahan bakar pesawat terbang. "Sehingga kita sudah tidak mengimpor solar mulai Maret 2019 kita udah gak impor solar, avtur juga kita sudah tidak impor avtur mulai April 2019," kataNicke.
3. Pembangunan depot atau terminal BBM di daerah
Sejak 2019, kata Nicke, Pertamina getol membangun depot atau terminal bahan bakar minyak, khususnya di Indonesia timur. Ia menyebutkan ada 22 lokasi TBBM yang tersebar baik untuk LPG ataupun avtur.
"Karena selama ini contoh LPG ini sampai dengan tahun 2018, LPG Indonesia Timur itu semuanya dari Jawa Timur diangkut pakai kapal, kita di 2019 ini membangun terminal LPG di beberapa lokasi di Indonesia Timur sehingga tidak perlu lagi harus lewat dari Pulau Jawa," kata Nicke.
Investasi TBBM Pertamina di Indonesia Timur mencapai US$700, namun hasilnya positif. "Dan itu menghasilkan efesiensi per tahun sekitar US$78 juta, yang akan kita mulai nikmati tahun depan," kata Nicke.
4. Pelaksanaan program bahan bakar ramah lingkungan melalui B20 dan B30
Saat ini pemerintah tengah bersiap masuk dalam biofuel jenis B30 setelah sebelumnya me eka mengklaim B20 telah berhasil dijalankan. Cara ini dilakukan sebagai bagian bahan bakar ramah lingkungan karena menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan dasarnya.
"B30 yang pemerintah harapkan, mulai 1 Januari. Kita sudah mulai lebih awal di 21 November sudah mulai B30, nah itu yang pertama. Itu clean energy. itu yang kita rencanakan akan kita bangun green refinery-nya itu di Plaju. Dulu juga gak serius biofuel, gak serius tapi sekarang udah ada ininya ya, step-step nya udah maju," kata Nicke.
Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App. Unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb
Baca Juga: Ditentang Serikat Pekerja Pertamina, Ahok: Hidup Gue Ditolak Mulu