Grant Thornton: Optimisme Ekonomi Turun, Indonesia Masih Bisa Bangkit
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Data Grant Thornton mengungkapkan optimisme ekonomi global menurun 16 poin pada semester 1 2020. Indonesia sendiri mengalami penurunan optimisme sebesar 22 poin.
Meskipun demikian, Advisory Director Grant Thornton Indonesia Marvin E. Camangeg, menyebut Indonesia masih memiliki prospek optimisme tinggi dan menduduki peringkat keenam secara global walau hanya 50 persen dari pasar bisnis menengah di Indonesia.
"Indonesia bisa berekspektasi mengalami peningkatan pendapatan dan profitabilitas dalam 12 bulan ke depan," kata Marvin dalam keterangan tertulisnya, Rabu (2/9/2020).
1. Uang kas akan menjadi raja ketika pendapatan rendah
Marvin mengatakan, jika melihat proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang menghadapi kesulitan dalam memulihkan kembali perekonomian, Indonesia dinilai perlu strategi yang tepat dalam menghadapinya.
Ia menyebut kas menjadi ‘raja’ ketika pendapatan dan profitabilitas mencapai titik terendah.
Baca Juga: Berubah Lagi, Pemerintah Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Minus 1,1 Persen
2. Korporasi harus jadi penggerak pemulihan ekonomi nasional
Editor’s picks
Saat ini, lanjut Marvin, tingkat optimisme Indonesia lebih tinggi dibandingkan angka global dan Asia Pasifik dengan rata-rata sebesar 32-34 persen. Harapannya dengan banyaknya perusahaan yang terus membangun kapabilitasnya dan tergerak untuk go public menjadi salah satu penggerak pemulihan ekonomi di Indonesia.
"Karena dengan menjaga likuiditasnya, perusahaan mendapat keuntungan dalam memilih model pendanaannya di kemudian hari, salah satunya adalah dengan menerbitkan obligasi atau dapat juga melalui go public yang dicanangkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI)," kata Marvin.
3. Ada 5 hal yang perlu dipersiapkan perusahaan sebelum terbitkan obligasi
Partner & Head of Assurance Grant Thornton Indonesia, Hanny Prasetyo menyebut 5 hal yang perlu dipikirkan dan dipersiapkan oleh perusahaan sebelum menerbitkan obligasi maupun go public, yaitu laporan keuangan, transaksi yang kompleks, ketepatan waktu, strategi, rencana bisnis dan proyeksi, serta uji tuntas dan valuasi.
"Grant Thornton Indonesia sebelumnya juga sudah mengeluarkan Business Resilience Wheel yang menyebutkan pentingnya komunikasi yang baik dengan para pemangku kepentingan sebagai salah satu strategi bertahan suatu perusahaan dengan memiliki opsi pendanaan atau investasi," kata Hanny.
Hanny juga menyebutkan setidaknya terdapat 3 keuntungan utama dalam menerbitkan obligasi dari sisi investor, yaitu mendapatkan pendapatan bunga secara rutin, mendapat keuntungan atas penjualan obligasi (capital gain), dan juga memiliki risiko yang lebih rendah jika dibandingkan dengan saham.
Baca Juga: Jokowi: Ibarat Komputer, Perekonomian Negara Sedang Macet dan Hang