Indonesia Habiskan Rp21,3 Triliun buat Sekolah Pemograman

Cuma 17 persen lulusan IT bekerja di pengembangan software

Jakarta, IDN Times - Indonesia menghabiskan sekitar Rp21,3 triliun untuk pendidikan tingkat tinggi pemrograman, dengan 250 ribu pelajar baru setiap tahunnya. Namun, menurut data dari Bank Dunia, hanya sekitar 17 persen lulusan Teknologi Informatika (TI) yang bekerja di bidang pengembangan software. 

CEO & Founder Hacktiv8, Ronald Ishak menilai hal itu perlu dibenahi dengan peningkatan kualitas talenta pemrograman.

"Kesenjangan inilah yang ingin kami atasi dengan solusi pendidikan yang kami tawarkan," kata Ronald dalam keterangan tertulis, Rabu (24/11/2021).

Baca Juga: Proyek Sekolah Juara dan Dugaan Main Mata Anggota DPRD Kota Bandung

1. Perusahaan teknologi kesulitan gaet talenta pemograman berkualitas

Indonesia Habiskan Rp21,3 Triliun buat Sekolah Pemogramandok.IDN Times/Vamela Aurina

Berdasarkan survei dari McKinsey tahun 2018, 15 dari 20 eksekutif perusahaan teknologi mengaku kesulitan menemukan talenta digital yang tepat, dan setengah diantaranya kesulitan mempertahankan mereka. Padahal, kata Ronald, Google dan Temasek memproyeksi akan ada lebih dari 200 ribu talenta digital professional di Asia Tenggara pada tahun 2025.

"Kenyataannya masih jauh dari angka tersebut. Kebanyakan posisi tersebut didominasi oleh profesional yang lebih senior dari sektor perbankan, ritel, dan perusahaan di luar wilayah tersebut,” ujarnya.

Baca Juga: 6 Profesi Potensial untuk Lulusan Jurusan Matematika, Berminat?

2. Hacktiv8 sudah cetak 1.100 talenta digital berkualitas

Indonesia Habiskan Rp21,3 Triliun buat Sekolah PemogramanIlustrasi Kerja (IDN Times/Besse Fadhilah)

Ronald mengatakan, hingga saat ini Hacktiv8 telah mencetak lebih dari 1,100 talenta digital berkualitas yang bekerja di perusahaan-perusahaan digital ternama yang juga menjadi hiring partner seperti Investree, SIRCLO, Xendit, Mekari, Loket, Qlue, dan Axiata Digital. Bahkan Hacktiv8 mencatat 100 persen placement rate atau tingkat penempatan pekerjaan untuk alumni.

Hacktiv8 menawarkan program Full Stack Javascript dan Data Science selama 16 minggu untuk mempelajari pemrograman dasar dan bahasa pemrograman seperti JavaScript, Node.js, Vue.js, dan framework Facebook’s React dengan ratusan sesi latihan yang dibimbing oleh instruktur.

Selain itu ada program Data Science merupakan program intensif 12 minggu yang memberikan siswa ilmu pengolahan data, seperti pemrograman dan statistik.

"Hingga bisa menjadi seorang Data Scientist atau Data Analyst yang dapat memberikan kesimpulan dari data yang diolah,” jelas Ronald.

3. Bisa bayar pelatihan setelah diterima kerja

Indonesia Habiskan Rp21,3 Triliun buat Sekolah PemogramanIlustrasi uang (IDN Times/Arief Rahmat)

Selain itu, kata Ronald, lulusan dari Hacktiv8 juga tidak perlu khawatir akan biaya yang perlu dikeluarkan untuk belajar di bootcamp dikarenakan fitur Income Share Agreement (ISA) atau perjanjian bagi hasil. Menurutnya, banyak pendidikan formal di bidang teknologi informatika yang benar-benar terjangkau.

"Pinjaman pendidikan yang berbunga juga cenderung tidak Syariah. Melalui ISA ini, siswa akan membayar biaya pendidikan ketika mereka sudah mendapatkan pekerjaan, dengan menyisihkan sebagian dari gaji mereka. Fitur ini diharapkan dapat membuka akses bagi banyak orang yang ingin belajar pemrograman tanpa harus terkendala biaya,” katanya.

Baca Juga: Jasa Raharja Beri Pelatihan Penanganan Gawat Darurat di Jalur Rawan

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya