[KALEIDOSKOP] Porak-porandanya Pariwisata Indonesia Dihajar COVID-19

Di awal tahun, sempat pede bisa balas anjloknya angka wisata

Jakarta, IDN Times - Hancur lebur. Begitulah kondisi pariwisata Indonesia di tengah pandemik COVID-19 ini. Baru empat bulan menjabat, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif saat itu, Wishnutama Kusubandio, langsung dihadapkan permasalahan serius bagi pariwisata dengan adanya virus corona ini.

Kondisi ini bermula sekitar Februari 2020. Makhluk berukuran 125 nanometer bernama virus corona jenis baru penyebab COVID-19 yang meruntuhkan harapan Indonesia mendongkrak sektor pariwisata. Padahal setelah gagal mencapai target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada tahun lalu, tahun ini seharusnya menjadi waktunya mengejar target.

Begini perjalanan sektor pariwisata sepanjang tahun ini selama pandemik.

1. Optimistis COVID-19 tidak hinggap ke Indonesia dan persiapan promosi gila-gilaan

[KALEIDOSKOP] Porak-porandanya Pariwisata Indonesia Dihajar COVID-19ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

Indonesia sempat menaruh harapan membangkitkan gairah pariwisata dengan ‘memanfaatkan’ kondisi di mana wabah virus ini di banyak negara di dunia, tapi dianggap belum masuk ke Indonesia hingga Februari lalu. Terlepas dari masalah deteksi awal yang lemah atau keengganan melihat kenyataan, pemerintah Indonesia memilih bersenang hati karena bisa memanfaatkan momen itu untuk perekonomian dalam negeri, salah satunya dengan menggenjot sektor pariwisata.

Pemerintah saat itu berencana mengucurkan dana hingga Rp10 triliun sebagai insentif yang akan disalurkan ke berbagai sektor pariwisata di Indonesia. Salah satunya, mengucurkan Rp298,5 miliar dari dana tersebut untuk menarik wisatawan luar ke Indonesia.

Dana tersebut dibagi lagi dalam beberapa rincian, seperti alokasi untuk maskapai penerbangan dan travel agent sebesar Rp98,5 miliar, promosi wisata Rp103 miliar, kegiatan turisme Rp25 miliar, dan yang paling menyedot perhatian publik ialah dana untuk influencer sebesar Rp72 miliar.

Kritik pun bermunculan atas insentif untuk pariwisata itu dan dinilai sebagai kebijakan tidak tepat guna ketika seharusnya lebih banyak mengucurkan dana untuk penanganan kesehatan. Di tengah reaksi keras dari publik, kondisi pun berbalik. Sebagian insentif itu akhirnya ditunda sejak Indonesia mengumumkan kasus pertama virus corona pada 2 Maret lalu.

Baca Juga: Resesi, Sektor Pariwisata Terancam Jadi Zombi

2. Hilangnya devisa dari pariwisata hingga Rp219 triliun lebih

[KALEIDOSKOP] Porak-porandanya Pariwisata Indonesia Dihajar COVID-19IDN Times / Arief Rahmat

Dalam rapat di DPR bersama Komisi X DPR RI, Senin (6/4), Wishnutama menyebut pariwisata sebagai sektor paling terdampak virus corona. Sektor pariwisata, konstruksi dan transportasi menjadi tiga sektor yang paling terdampak. Dalam sektor ini, pegiat usaha seperti seperti hotel, restoran, transportasi akan terdampak demi menghindari penyebaran wabah COVID-19.

Mulai dari penutupan hotel dan akomodasi wisata, turunnya okupansi hotel, penurunan omzet hingga penutupan mal, ritel dan restoran di Jakarta, Bekasi dan Banten, serta penundaan event.

"Untuk hotel ada 1.500 hotel. Okupansi dalam catatan kami berkisar nol sampai lima persen. Omzet mal dan ritel turun 80 persen, untuk restoran turun 70 persen. Banyak juga pusat perbelanjaan yang tutup sementara," kata pria yang akrab disapa Tama ini.

Tama pernah menyebut bahwa pariwisata berpotensi kehilangan devisa mencapai US$10 miliar atau sekitar Rp150 triliun pada April lalu. Pada Agustus 2020, Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf, Wawan Rusiawan mengatakan, devisa dari sektor pariwisata diprediksi hilang sebesar Rp219 triliun di tahun ini.

3. Penutupan tempat pariwisata di Indonesia dan nasib 5 destinasi super prioritas

[KALEIDOSKOP] Porak-porandanya Pariwisata Indonesia Dihajar COVID-19IDN Times / Arief Rahmat

Berdasarkan peta identifikasi penutupan destinasi objek wisata, tempat hiburan, tempat rekreasi dan industri pariwisata, Kemenparekraf mencatat semua provinsi di Indonesia menutup tempat wisata mereka.

Dari 34 provinsi, Jawa Timur dan Jawa Tengah mencatatkan penutupan tempat wisata paling banyak. Masing-masing menutup lokasi wisata di 38 dan 35 kota. Provinsi ketiga yang menutup lokasi wisata paling banyak adalah Sumatera Utara sebanyak 24 kabupaten/kota.

Lalu, bagaimana nasib destinasi super prioritas yang tengah digadang-gadang pemerintah di tengah COVID-19 ini? Di Danau Toba misalnya, di 8 Kabupaten sudah melakukan penutupan daya Tarik wisata dari tanggal 18 Maret -31 Maret 2020 dan diperpanjang hingga 29 Mei 2020. Begitu juga di Kabupaten Humbang Hasundutan melakukan Karantina Wilayah terhitung sejak 28 Maret-10 April 2020.

Baca Juga: Holding Penerbangan dan Pariwisata Ditargetkan Rampung Akhir 2020 

4. PHK pekerja sektor pariwisata

[KALEIDOSKOP] Porak-porandanya Pariwisata Indonesia Dihajar COVID-19IDN Times / Arief Rahmat

Nasib pekerja sektor pariwisata pun terancam. Dengan tidak ada pemasukan serta pembatalan perjalanan, pengusaha biro perjalanan memilih untuk merumahkan karyawan mereka alias cuti tidak berbayar. Pegawai kontrak pun sudah tidak diperpanjang kontraknya.

Wakil Ketua Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Budijanto Ardiansjah menyatakan saat ini hampir 98 persen travel agent sudah merumahkan karyawannya. Dalam menyebut sudah terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam sektor ini.

Sekjen Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno menambahkan bahwa kini travel agent anggotanya sudah menggunakan dana talangan dari bank untuk membayar gaji karyawan. Nahasnya, nasib pekerja sektor pariwisata tetap semakin sulit.

Hingga akhir tahun ini, sejatinya nasib pariwisata Indonesia mulai menunjukkan perbaikan sejak September lalu. Wakil Ketua Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Budijanto Ardiansjah kepada IDN Times mengatakan pariwisata Indonesia yang sempat jeblok dapat pulih 40 persen hingga akhir tahun.

"Perkiraan kami ada kenaikan 20-30 persen untuk pariwisata. Sampai akhir tahun bisa 40 persen tapi agak susah karena aturan baru banyak yang membatalakan perjalanan," kata Budi kepada IDN Times, Rabu (23/12/2020).

Begitu pula dengan okupansi hotel yang terlihat mengalami kenaikan pengunjung meski masih terbatas untuk hotel bintang 3 hingga bintang 5. "Tertolong oleh kegiatan pemerintah. Secara isian cukup bagus," katanya.

Budi juga menyebut pariwisata Indonesia belum pulih sepenuhnya. Hal itu ditunjukkan oleh pekerja yang dipekerjakan kembali baru sebagian kecil saja. Angkanya pun sekitar 30 persen dari total 13 juta pekerja pariwisata dari berbagai pekerjaan seperti travel agent, pelaku UMKM dan lainnya.

Naiknya pariwisata jelang akhir tahun ini tidak terlepas dari pembukaan pariwisata yang membuat sejumlah pergerakan wisata lokal meski masih terbatas. Meski demikian, lanjut Budi, kebijakan mendadak pemerintah yang mengharuskan tes COVID-19 untuk berpergian membuat sektor ini kembali tertekan.

"Akhir tahun ini agak sepi karena kebijakan itu. Situasi baru mulai bergerak jelang akhir tahu tapi dipatahkan lagi oleh aturan pemerintah yang harus ada tes COVID-19 itu cukup mengganggu," kata Budi.

5. Ganti menteri, target baru

[KALEIDOSKOP] Porak-porandanya Pariwisata Indonesia Dihajar COVID-19Pantai Batu KasahSumber gambar: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Natuna

Di pengujung tahun, Presiden Jokowi merealisasikan reshuffle kabinet yang sudah cukup lama diwacanakan. Salah satu menteri yang diganti adalah Wishnutama. Jabatan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pun dipercayakan kepada Sandiaga Uno. Usai dilantik, Sandi mengatakan Presiden langsung memberikan sejumlah pekerjaan rumah untuknya.

Tugas-tugas itu bahkan disertai target waktu pengerjaan oleh Jokowi. Pertama, dia hanya diberikan waktu setahun oleh Jokowi untuk mempersiapkan 5 destinasi superprioritas, Danau Toba, Candi Borobudur, Labuan Bajo, Mandalika, dan Likupang.

"Saya dikasih waktu singkat satu tahun untuk beliau bisa lihat kesiapan 5 destinasi super prioritas dari 360 derajat aspek. Dari infrastruktur, every single little thing, tarian the best of the best, kostum, budaya, pelayanan dan lain-lain," ujar Sandiaga dalam acara serah terima jabatan dengan Wishnutama di Kemenparekraf, Rabu (23/12/2020).

Jokowi juga meminta eks Wakil Gubernur DKI Jakarta itu menyiapkan calender of event (CoE). Jokowi juga meminta dalam pelaksanaan CoE tetap memperhatikan protokol kesehatan dan penciptaan lapangan kerja.

"Dibagi acara mingguan untuk tetap ada, untuk menggeliatkan. Lalu yang bulanan, skala regional. Dan yang 'Wow', 'Oh my God' untuk skala dunia tiap tahun, itu semua perlu kolaborasi," ujar mantan rival Jokowi di Pilpres 2019 tersebut. 

Selain Jokowi, Wakil Presiden Ma'ruf Amin juga meminta Sandiaga mengembangkan produk pariwisata seperti wisata halal, desa wisata dan beberapa kegiatan yang menyentuh aspek ekonomi rakyat di akar rumput. "Dan menurut saya tidak perlu mengulang lagi, kita sudah tahu what to do, rencana dan strategi ke depan. Let's get to work dan kiat butuh inovasi, adaptasi dan kolaborasi," kata Sandiaga.

Baca Juga: Menyandingkan Impian dan Kenyataan Pariwisata Indonesia di 2020

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya