Konsumen adalah Raja, Kesadarannya Meningkat selama Pandemik

Akibat pandemik ini kesadaran konsumen kian meningkat

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Perdagangan periode 2011-2014 Bayu Krisnamurthi menyebut konsumen adalah kekuatan ekonomi yang sebenarnya. Hal itu tercermin dari besarnya peranan konsumsi sebagai sumber pendapatan nasional di Indonesia. Porsi konsumsi lebih dari 58 persen dari total pendapatan nasional.

"Itu secara makro. Secara mikro di dalam bisnis dan perusahaan, konsumen bahkan sering dipandang punya peran yang lebih penting lagi. Sumber penerimaan perusahaan datang dari kantong dan dompet konsumen," ujar Bayu dalam catatannya berjudul Melindung Para Raja, Selasa (20/4/2021).

"Sedemikian pentingnya peranan konsumen, oleh sebagian pebisnis konsumen dianggap sebagai ‘raja’ yang harus dipenuhi kebutuhan dan keinginannya jika bisnis ingin berhasil dan mendapatkan keuntungan," sambungnya.

Baca Juga: Genap 22 Tahun, Ini 3 Fakta Hari Konsumen Nasional

1. Kenapa konsumen perlu dilindungi?

Konsumen adalah Raja, Kesadarannya Meningkat selama PandemikIlustrasi Belanja Lebaran (IDN Times/Panji Galih Aksoro)

Dalam memeringati Hari Konsumen Nasional tiap 20 April, Bayu mengatakan ada beberapa alasan konsumen wajib mendapat perlindungan.

Pertama, melindungi konsumen merupakan wujud kewajiban negara melindungi seluruh rakyat Indonesia karena seluruh rakyat adalah konsumen. Kedua, menghindari konsumen dari ekses negatif kegiatan konsumsi sendiri, termasuk konsumsi yang berlebihan atau salah.

"Ketiga, menegakkan hak-hak konsumen sebagai warga negara, termasuk hak untuk mendapat perlindungan dari penipuan, serta hak mendapat kepastian dan perlindungan
hukum," ujarnya.

2. Peningkatan kesadaran konsumen

Konsumen adalah Raja, Kesadarannya Meningkat selama PandemikSuasana Pasar Pramuka pada 3 Maret 2020 (IDN Times/Ileny Rizky Dwiantari)

Bayu menilai pandemik COVID-19 telah membuat kesadaran konsumen meningkat. Tidak hanya soal kesehatan, namun juga hubungan dengan lingkungan hingga kesadaran keberdayaan kolektif dan komunitas.

Untuk lingkungan misalnya, kini masyarakat mengidamkan lingkungkan yang lestari, tanpa polusi dan tanpa degradasi. Lalu untuk kesadaran keberdayaan kolektif, masyarakat juga makin sering membantu satu sama lain untuk kepentingan bersama.

"Perubahan pandangan dan nilai-nilai di atas membuat prioritas belanja konsumen berubah. Hal-hal yang esensial dan pokok menjadi lebih didahulukan. Lebih banyak konsumsi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan berkegiatan produktif di rumah, untuk meningkatkan imunitas, serta untuk sehat dan bugar," kata Bayu memaparkan.

Baca Juga: 5 Ciri Tanpa Sadar Jadi Konsumen yang Tereksploitasi, Apakah Itu Kamu?

3. Perubahan pengeluaran konsumen sebelum dan saat adanya COVID-19

Konsumen adalah Raja, Kesadarannya Meningkat selama PandemikIlustrasi belanja (IDN Times/Arief Rahmat)

Pada 2019, Bayu menyebut pengeluaran konsumen untuk hal esensial hanya 28 persen dari total pengeluaran konsumen. Namun pada akhir 2020 telah meningkat mencapai 54 persen. Begitu juga dengan pengeluaran ‘leisure’ yang sebelumnya mencapai 14 persen turun menjadi hanya 6 persen.

"Dan ternyata, dalam kondisi perubahan itu, konsumen yang menyatakan belanjanya meningkat mencapai 56 persen, dan hanya 17 persen yang menyatakan menurun," ucapnya.

Begitu juga dengan belanja online yang di awal 2021 ini masih terus meningkat dengan laju hingga 31 persen.

Baca Juga: Maksimalkan Strategi Marketing, Brand Perlu Perhatikan Emosi Konsumen

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya