Listrik Bengkak, Fadli Zon: PLN Jangan Bikin COVID-19 Kambing Hitam
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Anggota DPR Fraksi Partai Gerindra Fadli Zon mengkritik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) perkara lonjakan tagihan listrik selama wabah COVID-19. Hal tersebut disampaikan dalam menanggapi pernyataan Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PT PLN Bob Saril saat mereka hadir di Mata Najwa yang disiarkan Trans 7, Rabu (24/6) malam.
Bob menjelaskan selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB), terjadi peningkatan aktivitas di rumah. Di mana daya penggunaan listrik tetap sama tapi terjadi penambahan lama pemakaian. "Ada 100 persen kenaikan," kata Bob.
Mendengar jawaban Bob, Fadli Zon mencecar, Justru itu tidak profesional, jangan adanya COVID-19 ini jadi kambing hitam. Orang lagi susah, ekonomi sedang jatuh banyak PHK dan lain-lain malah ada kenaikan lonjakan."
1. Cara manual pencatatan PLN dikritik
Selain itu, Fadli Zon juga mengkritik pencatatan meteran PLN yang dinilainya masih menggunakan cara tradisional dan manual.
"Mereka masih pakai cara manual, datang dan memfoto meteran, jika tidak datang, ya, dia prediksi saja. Ini cara-cara manual. Tradisional dan tidak profesional sehingga merugikan. Ada penjelasan dari pihak PLN, tapi menurut saya kesalahan itu ada di PLN" kata Fadli Zon.
Baca Juga: PLN Dicecar DPR Soal Polemik Lonjakan Tagihan Listrik
2. PLN justru rugi jika pencatatan tidak akurat
Editor’s picks
Bob mengatakan jika meteran tidak akurat pun yang rugi sebenarnya PLN karena banyak sekali meteran karat karena putarannya jadi lambat. “Untuk memulai lagi dengan meterisasi, smart metering ini teknologi baru," kata Bob.
PT PLN mengklaim telah mengganti 7,7 juta meter listrik pelanggan yang kedaluwarsa pekan ini. Sementara, 8,7 juta meter listrik sisanya masih dalam proses.
Pada kuartal I tahun ini, PT PLN membukukan kerugian hingga sebesar Rp38,87 triliun. Kondisi ini terbalik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sebab saat itu, perusahaan masih mampu mengantongi laba sebesar Rp4,14 triliun.
3. Polemik kenaikan tagihan listrik
Diwartakan sebelumnya, Bob menyebut akibat work form home (WFH) dan Ramadan terjadi kenaikan pemakaian listrik dari rumah tangga. "Dengan pola ini banyak yang dilakukan orang di rumah, bahkan membawa alat kerja ke rumah, yang semuanya peralatan listrik, apakah pemanas, dan sebagainya. Ini lah kejadian menyebabkan Maret dan April ada kenaikan pemakaian," ujar Bob.
"Katakanlah pada waktu kita bulan sebelumnya pakai 100 untuk 3 bulan ke belakang rata-ratanya. Kemudian kita catatkan 100 dikali tarif, itulah pembayaran tarif listrik kita. Nah pada waktu kita mengukur 100 ini, karena COVID-19 (WFH dan Ramadan) ada kemungkinan kita pakai lebih dari 100, katakanlah 120 tapi hanya dikalikan 100 (akibat penghitungan rata-rata). Berarti ada tarif yang belum dikenakan, begitu juga bulan berikutnya, maka ada yang belum tertagih 40 (untuk tagihan bulan April," paparnya.
Baca Juga: Bulan Ini Petugas PLN Catat Meter Langsung ke Rumah Pelanggan