Mengenal Ekonomi Gik, Sistem Kerja Andalan Para Perusahaan Digital

Ternyata, gig economy sudah ada sejak 100 tahun lalu!

Jakarta, IDN Times - Istilah gig economy atau ekonomi gig kian santer terdengar belakangan ini, seiring munculnya banyak perusahaan aplikasi atau berbasis teknologi digital. Ini adalah bentuk hubungan kerja tidak tetap antara perusahaan dan pekerjanya, yang saat ini lebih sering disebut mitra.

Meski di Indonesia penerapannya baru ngetop belakangan ini, ternyata ekonomi gig sudah ada sejak 100 tahun lebih loh. Seperti apa sejarah kemunculan dan perkembangan ekonomi gig di dunia? Yuk simak perjalanannya berikut. 

Baca Juga: Kurir Ungkap Tekanan Kerja di Shopee: Upah Dipotong, Paket Harus Habis

1. Sejarah lahirnya ekonomi gig

Mengenal Ekonomi Gik, Sistem Kerja Andalan Para Perusahaan Digitalilustrasi pekerja tambang (usatoday.com)

Dilansir dari Small Biz Trends, istilah gig sendiri saat ini lekat penggunaanta untuk sebuah konser musik. Awalnya, istilah ini diciptakan pada dekade kedua 1900-an, oleh musisi jazz yang secara teratur tampil di klub.

Ekonomi gig muncul sebagai akibat dari Depresi Besar atau krisis malaise di Amerika yang menyebar ke dunia pada 1930. Gagasan tentang pekerjaan yang "kurang aman" dan tidak berbasis lokasi pun meningkat di era itu.

Saat itu, banyak petani menjual tanah mereka karena kekeringan dan harga yang jatuh. Mereka tidak dapat menemukan pekerjaan tetap sehingga terpaksa bekerja sebagai pendatang ke tempat lain, berpindah-pindah dari ladang ke ladang.

Pada 1940-an, ekonomi gig kembali diterapkan saat agen temporer pertama dibuka, menyediakan juru ketik dan staf administrasi terlatih lainnya untuk bisnis sementara.

Lalu, selama 1990-an, 10 persen dari tenaga kerja AS dipekerjakan sebagai pekerja kontrak, pekerja sementara dan pekerja panggilan, karena permintaan akan pola kerja yang lebih fleksibel dan staf tidak tetap meningkat.

3. Perkembangan ekonomi gig di era digital

Mengenal Ekonomi Gik, Sistem Kerja Andalan Para Perusahaan DigitalIlustrasi situs Airbnb. pexels.com/cottonbro

Ekonomi gig lalu juga berkembang ketika era digital benar-benar dimulai pada akhir 90-an dan awal 90-an. Perusahaan seperti Craigslist, Upwork, dan platform pekerjaan jarak jauh lainnya serta pasar crowdsourcing mulai muncul, menyediakan tempat bagi pekerja gig untuk mencari pekerjaan.

Pada 2008, Airbnb diluncurkan, memungkinkan siapa saja yang memiliki kamar kosong untuk menghasilkan pendapatan tambahan dengan mengeluarkannya.

Ekonomi gig kian melejit tatkala pada 2010, Uber merekrut pengemudi mitra. Pada 2015, lebih dari 1 miliar perjalanan telah diselesaikan oleh pengemudi Uber dengan sistem sebagai pekerja gig.

Baca Juga: Sasar Gig Economy, BRI Jadikan Digital Banking Strategi

3. Kenapa gig ekonomi menjadi kian populer saat ini?

Mengenal Ekonomi Gik, Sistem Kerja Andalan Para Perusahaan Digitaluber.com

Lebih dari sepertiga tenaga kerja AS sekarang memilih gaya hidup ekonomi gig. Berdasarkan Survey McKinsey terhadap pekerja AS dan Eropa, sekitar 30 persen pekerja gig memilih untuk bekerja dengan cara ini karena itu berarti mereka menjadi agen bebas yang independen dan efektif.

Diperkirakan 40 persen dari tenaga kerja gig menggunakan pekerjaan kontrak. Mereka mendapatkan penghasilan tambahan dari sana. Sedangkan 16 persen menggunakan pekerjaan gig untuk meraih hasil maksimal dari pendapatan mereka. Diperkirakan 14 persen pekerja gig mengaku enggan melakukan pekerjaan itu dan mereka melakukannya sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan semata.

Alasan lain atas populernya ekonomi gig, seperti dilansir Investopedia, adalah pengusaha memiliki lebih banyak pelamar yang bisa dipilih dengan sistem ini. Mereka tidak harus mempekerjakan seseorang dengan sistem hubungan yang lebih dekat. 

Selain itu, perkembangan komputer telah sampai titik di mana mereka dapat menggantikan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan manusia. Ini juga memungkinkan manusia untuk bekerja seefisien mungkin dari rumah, sama efisiennya seperti yang mereka bisa lakukan secara langsung di kantor.

Alasan ekonomi juga menjadi faktor dalam pengembangan ekonomi gig. Perusahaan yang tidak mampu mempekerjakan karyawan penuh waktu untuk melakukan semua pekerjaan, akan sering mempekerjakan karyawan paruh waktu atau sementara untuk mengurus proyek tertentu.

4. Masa depan ekonomi gig

Mengenal Ekonomi Gik, Sistem Kerja Andalan Para Perusahaan DigitalGojek dan Tokopedia sah merger menjadi GoTo (Dok. Tokopedia)

Ekonomi gig terus mengalami lonjakan dan diperkirakan pada 2027 nanti, ada 60 persen pekerja profesional independen yang termasuk pekerja gig.

Lebih banyak pekerja akan memilih gaya hidup kerja ini jika mereka bisa. Berdasarkan data Gigworker via NowSourcing, 94 persen karyawan akan mempertimbangkan pekerjaan nontradisional ini. Sementara 64 persen karyawan mengatakan mereka lebih memilih pekerjaan gig daripada pekerjaan tradisional.

Selama pandemik COVID-19 tahun lalu, ekonomi gig telah mengalami peningkatan yang signifikan. Mereka sebagian besar bekerja sebagai kurir yang. engirimkan kebutuhan kepada konsumen yang terikat di rumah selama masa pembatasan dan isolasi.

Mereka yang diputus hubungan kerjanya atau telah dieliminasi pekerjaannya, lantas beralih ke pekerjaan paruh waktu dan kontrak untuk mendapatkan penghasilan. Pengusaha perlu merencanakan perubahan pada dunia kerja, termasuk pola hubungan kerja ekonomi gig, ketika pandemik telah berakhir.

Baca Juga: 5 Tips Suskses Investasi bagi Kamu Pekerja Freelance

5. Kritik terhadap ekonomi gig

Mengenal Ekonomi Gik, Sistem Kerja Andalan Para Perusahaan DigitalCatur Febriyanto, siswa MTS Ya Robi Grobogan saat bekerja jadi kuli bangunan. Istimewa

Terlepas dari manfaatnya, ada beberapa kerugian dari ekonomi gig. Meskipun tidak semua perusahaan cenderung mempekerjakan karyawan kontrak, tren ekonomi gig dapat mempersulit karyawan tetap untuk mengembangkan karier mereka.

Pekerja gig seringkali lebih murah untuk dipekerjakan dan lebih fleksibel dalam ketersediaan mereka. Investopedia menyebutkan bahwa pekerja yang lebih memilih jalur karier tradisional dan stabilitas serta keamanan sedang disingkirkan di beberapa industri.

Bagi sebagian pekerja, fleksibilitas pekerjaan gig justru dapat mengganggu work-life balance, pola tidur, dan aktivitas kehidupan sehari-hari. Fleksibilitas dalam ekonomi gig seringkali berarti bahwa pekerja harus menyediakan diri mereka sendiri setiap kali muncul proyek, terlepas dari kebutuhan mereka yang lain, dan harus selalu mencari proyek berikutnya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya