Menteri Bappenas Harap Swasta Lebih Berpartisipasi Garap Sektor Riset

Masalahnya 80 persen biaya sektor riset berasal dari APBN

Jakarta, IDN Times - Sektor research and development (RnD) menjadi salah satu kelemahan Indonesia dalam menghadapi pandemik COVID-19. Masalahnya porsi pemerintah masih sangat dominan dalam sektor ini.

"Saat ini pembiayaan RnD di Indonesia sangat bergantung dari APBN, sekitar 80 persen. Padahal total dalam konteks persentase investasi terhadap RnD sangat kecil," kata Menteri Riset, Teknologi dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro dalam webinar Katadata dengan tema 'Penanggulangan Covid-19 Berbasis Pengetahuan dan Inovasi', Senin (22/6).

1. Ajak swasta ikut berpartisipasi

Menteri Bappenas Harap Swasta Lebih Berpartisipasi Garap Sektor Risetyoutube.com/IDNTimes

Untuk itu Bambang mengajak perusahaan swasta ikut menggarap lebih banyak sektor ini di samping berharap ada kenaikan APBN untuk RnD. Sehingga nantinya inovasi yang dilahirkan lebih banyak lagi.

"Dan lebih cocok karena swasta butuh itu untuk produk development dan daya saing produknya. Kita ingin mendekatkan dunia penelitian dengan industri atau market," ujar Bambang.

Baca Juga: Kemenristek Siapkan Rp8,1 M untuk Danai 24 Riset Penanganan COVID-19

2. Permasalahan pajak

Menteri Bappenas Harap Swasta Lebih Berpartisipasi Garap Sektor Riset(IDN Times/Arief Rahmat)

Masalahnya, perusahaan swasta tidak mudah ikut serta dalam sektor ini. Diakui Bambang, salah satu permasalahannya adalah pajak. Saat ini, Bambang dan kementeriannya sedang meminta Kementerian Keuangan untuk menyelesaikan peraturan tentang insentif pajak super tax deduction yang tertuang dalam peraturan menteri keuangan (PMK).

"Peraturan pajak hanya bisa berlaku bila ada PMK. Ini yang kita kejar. Karena hanya dengan itu sumber investasi RnD dari swasta bisa masuk," kata Bambang.

3. Riset untuk pengembangan teknologi pascapandemik COVID-19

Menteri Bappenas Harap Swasta Lebih Berpartisipasi Garap Sektor RisetIlustrasi Bekerja Redaksi (IDN Times/Panji Galih Aksoro)

Bambang mengatakan RnD akan diarahkan untuk memperdalam berbagai penelitian untuk menghasilkan less contact society dan less contact economy. Seperti misalnya teknologi pembayaran digital, telemedicine, belanja online, teleworking, teleeducation and training.

"Satu, karena perilaku orang akan berubah setelah menjalani masa pandemik 1-2 tahun di mana jaga jarak jadi normal baru sehingga orang, meski vaksin sudah ditemukan, orang tidak akan terlalu semangat masuk dalam crowd. Jadi kita arahkan economy dan society sama produktifnya tapi dengan kontak yang lebih sedikit dan itu di subsitusi dengan teknologi," ujarnya memaparkan.

Baca Juga: Pandemik COVID-19 Percepat Transformasi Digital dan Riset di Indonesia

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya