Pengusaha Sebut Wisata Bisa Pulih Hingga 30 Persen Sampai Akhir Tahun 

Tapi masih sebatas wisata lokal

Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Budijanto Ardiansjah menyebut dengan diberlakukannya kebijakan new normal atau normal baru, sektor pariwisata bisa tumbuh hingga 30 persen sampai akhir tahun nanti. Namun Budi menggarisbawahi, pertumbuhan tersebut hanya berlaku bagi wisata lokal.

"Sementara kalau domestik, kalau bulan depan sudah dibuka, bisa naik 10 persen, Masih berat, tapi awal tahun kita optimis bisa normal kembali," kata Budi kepada IDN Times, Kamis (9/7/2020).

1. Perlu berhati-hati agar tidak ada perubahan zonasi COVID-19

Pengusaha Sebut Wisata Bisa Pulih Hingga 30 Persen Sampai Akhir Tahun Panorama Danau Toba dari Desa Meat, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba, Sumatera Utara (IDN Times/Prayugo Utomo)

Meski mengaku optimis dengan pertumbuhan tersebut, Budi juga cukup was-was dengan wabah COVID-19 yang belum usai. Ia khawatir, akan ada kasus baru di tempat atau objek wisata yang mengakibatkan daerah tersebut menjadi zona warna kuning atau merah dan membuat pemerintah menutup kembali akses wisata.

"Kita harus jaga jangan sampai zonasi biru naik lagi sampai merah. Supaya tetap bisa biru," katanya.

Baca Juga: Boleh Buka Pariwisata meski Zona Belum Hijau dan Kuning, Ini Syaratnya

2. Pastikan penerapan protokol kesehatan

Pengusaha Sebut Wisata Bisa Pulih Hingga 30 Persen Sampai Akhir Tahun Ilustrasi Room Attedant (Dok. Kemenparekraf).

Budi juga menjamin pengusaha wisata menerapkan protokol kesehatan di lokasi dan objek wisata. Seperti petugas yang menggunakan masker, imbauan jaga jarak bagi pengunjung, penyediaan tempat cuci tangan serta hand sanitizer. Begitu juga dengan penerapan protokol kesehatan di hotel dan restoran.

"Ada petugas yang menjaga. Hotel juga dibolehkan dan dibuat pengaturan acara harus dilaksanakan dengan pengawasan dinas masing-masing. Seperti pesta pernikahan sudah boleh tapi harus dapat rekomendasi dan saat pelaksanaan ada orang dinas yang kontrol," ujar Budi.

3. Ambruknya pariwisata akibat COVID-19

Pengusaha Sebut Wisata Bisa Pulih Hingga 30 Persen Sampai Akhir Tahun IDN Times / Arief Rahmat

Sektor pariwisata adalah yang paling terdampak akibat COVID-19. Pada April lalu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencatat penutupan 1.500 hotel, turunnya okupansi hotel hingga nol persen, penundaan event dan lainnya.

Industri selam misalnya, melakukan pembatalan paket hingga 100 persen. Begitu juga untuk industri event, 84 persen dibatalkan dan sisanya ditunda. Yang terburuk, wahana rekreasi mengalami penurunan hingga 100 persen.

Pariwisata Indonesia pun terancam kehilangan devisa atau penghasilan dari sektor pariwisata sebesar US$10 miliar atau sekitar Rp150 triliun akibat pandemi virus corona jenis baru (COVID-19).

Baca Juga: Pariwisata Jakarta Dihajar Virus Corona, Penerimaan Pajak Loyo

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya