Polusi Udara Kian Memburuk, Bisnis Air Purifier Bakal Naik Daun 

Masalah polusi udara jadi tanggung jawab bersama

Jakarta, IDN Times - Co Founder dan Chief Growth Officer NAFAS, Piotr Jakubowski memperkirakan bisnis air quality product seperti air purifier akan semakin berkembang di masa depan. Perkembangan bisnis itu tidak terlepas dari kualitas udara yang kian hari makin buruk, terlebih di Indonesia.

"The needs of air quality product itu akan jauh lebih besar dibanding sekarang. Beberapa minggu lalu kita ngobrol sama Prof. Dr. R. Budi Haryanto, dari FKM UI dan menurut beliau, polusi udara di Jabodetabek dalam 9 tahun ke depan sampai 2030 akan jadi jauh lebih buruk dari sekarang kalau tidak ada perubahan," kata Piotr dalam acara diskusi di Clubhouse, Selasa malam (31/8/2021).

1. Industri air quality product di China meningkat pesat

Polusi Udara Kian Memburuk, Bisnis Air Purifier Bakal Naik Daun Foto Piotr Jakubowski (Dokumentasi oleh Nafas App)

Piotr kemudian mencontohkan apa yang terjadi di China ketika polusi udara meningkat. Hal itu membuat industri air quality product berkembang pesat hingga 7 kali lipat dalam 4 tahun.

"Bukan karena orang ingin, tapi karena orang butuh, karena ada polusi. Kita mau memastikan lingkungan yang kita ada, dan udara yang kita ada bersih. Kalau kita gak bisa menjamin udara bersih di luar, kita harus bersihin kualitas udaranya di dalam ruangan kita," ujar Piotr.

Baca Juga: Hati-hati, Ini 10 Risiko Kesehatan akibat Paparan Polusi Udara

2. Masalah polusi udara bisa terjadi di mana saja

Polusi Udara Kian Memburuk, Bisnis Air Purifier Bakal Naik Daun Ilustrasi polusi udara (Unsplash/Frederic Paulussen

Piotr menjelaskan, masalah polusi udara bisa terjadi di mana saja. Bukan cuma lingkungan yang dekat pabrik atau tempat dengan banyak kendaraan bermotor.

Ia mencontohkan polusi udara di rumahnya, kawasan Jakarta Selatan yang ia nilai cukup baik karena banyak pepohonan dan tidak banyak kendaraan bermotor. Namun ketika ia mengecek, kualitas udara di lingkungan rumahnya jauh lebih buruk dibandingkan Jalan Sudirman yang notabene banyak kendaraan bermotor.

"Polusi udara bisa travelling long distance ratusan hingga ribuan kilometer. Polusi datang dari tempat lain. Salah satu daerah yang polusi udaranya tertinggi adalah Tangsel (Tangerang Selatan), padahal itu daerah residensial. Dari mana datangnya polusi? Datang dari daerah lain seperti Tangerang, Serang, atau bisa dari Bogor, Depok yang ada pabriknya," ujar Piotr.

3. Polusi udara tanggung jawab bersama

Polusi Udara Kian Memburuk, Bisnis Air Purifier Bakal Naik Daun IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Pada kesempatan yang sama, Aktivis Bicara Udara, Ratna Kartadjoemena mengatakan bahwa masalah polusi udara menjadi masalah bersama. Bukan hanya sekelompok orang, tapi juga melibatkan berbagai negara.

"Contoh kebakaran hutan itu memengaruhi CO2 di dunia. Kita melakukan karbon komitmen dan lain-lain itu gak cuma buat kita-kita aja tapi mempengaruhi ke seluruh dunia," katanya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani melaporkan Indonesia membutuhkan Rp3.779 triliun untuk menghadapi perubahan iklim dan menurunkan karbondioksida (CO2) sampai 2030. Angka ini naik dari perhitungan awal yang sebesar Rp3.461 triliun.

"Biaya untuk Indonesia saja menghindarkan atau berkontribusi dalam mengurangi CO2 luar biasa tinggi," kata Sri Mulyani dalam acara diskusi daring, Rabu (4/8/2021).

Bendahara negara ini memaparkan bahwa untuk menurunkan karbondioksida dibutuhkan investasi sebesar 365 miliar dolar AS di mana peranan pemerintah hanya 26 persen. Untuk itu diperlukan desain kebijakan dan kerangka kerja antara pemerintah, swasta dan global untuk menghadapi perubahan iklim ini

"Sehingga financing gap bisa dipenuhi dan komitmen climate change bisa dicapai. Sebuah angka yang luar biasa bersar," kata Sri Mulyani.

Baca Juga: Gambaran Kondisi Nyata Udara, yuk Pahami Apa Itu Indeks Kualitas Udara

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya