RI Kebut Perjanjian Dagang, Wamendag Ungkap Keuntungannya

Perjanjian dagang tidak hanya berorientasi pada bisnis

Jakarta, IDN Times - Kementerian Perdagangan akan menyelesaikan 12 target perjanjian perdagangan pada tahun ini, termasuk IEU-CEPA yang saat ini memasuki perundingan putaran ke-10. Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan perjanjian perdagangan diharapkan bukan hanya memenuhi target dari segi kuantitas, melainkan juga kualitas.

"Perjanjian perdagangan juga harus memenuhi kebutuhan pelaku usaha dan masyarakat secara umum. Untuk itu, kami berharap semua pemangku kepentingan berkontribusi dengan memberikan masukan dan ikut memberikan dukungan atas isu-isu krusial, misalnya dalam isu kelapa sawit,” kata Jerry dalam keterangan tertulis, Rabu (24/2/2021).

Nah berikut ini adalah tiga manfaat perjanjian perdagangan buat ekonomi Indonesia.

Baca Juga: Lewat Perjanjian CEPA, RI Bidik Perdagangan Rp282 Triliun dari Korsel

1. Dorong diversifikasi ekspor

RI Kebut Perjanjian Dagang, Wamendag Ungkap KeuntungannyaIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Manfaat pertama, kata Jerry, adalah mendorong diversifikasi ekspor, baik dalam perspektif produk maupun wilayah. Alasannya, perjanjian perdagangan memberikan insentif baik dari sisi tarif maupun nontarif terhadap banyak sekali produk ekspor Indonesia.

Menurut Jerry, saat ini terdapat 10 produk ekspor utama Indonesia yang memberikan kontribusi lebih dari 59 persen terhadap total nilai ekspor Indonesia. Dalam hal pasar ekspor, angkanya juga menunjukkan hal serupa, yaitu 10 negara ekspor mendominasi kontribusi nilai ekspor Indonesia dengan angka sekitar 60 persen.

“Sebagai contoh, perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) memberikan tarif 0 persen terhadap sekitar 6.900 jenis produk Indonesia. Hal ini juga terjadi di perjanjian dagang lainnya. Jadi, ini merupakan kesempatan bagi produk-produk alternatif untuk bisa berkembang,” kata dia.

Pada Januari 2021, nilai ekspor Indonesia ke beberapa kawasan potensial kerja sama tumbuh cukup tinggi. Ekspor ke Afrika Selatan misalnya, tumbuh 138,15 persen (yoy) dan Afrika Timur tumbuh 57,7 persen (yoy). Selain itu, ekspor ke beberapa kawasan yang sudah memiliki perjanjian kerja sama perdagangan juga tumbuh cukup baik. Untuk kawasan Asia Tenggara pertumbuhannya mencapai 10,86 persen (yoy), sementara Australia tumbuh 22,77 persen (yoy).

2. Membuka pasar baru dan potensial

RI Kebut Perjanjian Dagang, Wamendag Ungkap KeuntungannyaANTARA FOTO/Didik Suhartono

Baca Juga: Kemendag Dorong Ekspor Barang Industri dan Industri Berteknologi Tinggi

Perjanjian perdagangan juga membuka pasar-pasar baru yang berkembang dan potensial bagi Indonesia. Ada dua wilayah utama yang ingin dikembangkan pemerintah saat ini, yaitu pasar Afrika dan Amerika Selatan. Selain itu, ada wilayah Eropa Timur, Eropa Tenggara, Asia Selatan, dan Timur Tengah.

Salah satu perjanjian yang baru selesai yaitu Indonesia-Mozambique Preferential Trade Agreement (PTA), diharapkan menjadi pembuka jalan bagi pasar-pasar baru di Afrika bagian tengah dan selatan. Sedangkan untuk wilayah Amerika Selatan terdapat Indonesia-Chile CEPA yang juga terbukti meningkatkan utilitas pemanfaatan surat keterangan asal (SKA) secara signifikan.

"Dengan demikian, diharapkan Indonesia bisa lebih menembus pasar negara-negara sekitarnya,” ujar Jerry.

3. Perjanjian perdagangan bisa meningkatkan investasi di berbagai sektor

RI Kebut Perjanjian Dagang, Wamendag Ungkap KeuntungannyaIlustrasi investasi (IDN Times/Mia Amalia)

Jerry menjelaskan, insentif lain sebagai kontribusi perjanjian perdagangan bagi ekonomi Indonesia yaitu meningkatnya investasi di berbagai sektor.

Meluasnya pasar dan makin mudahnya produk-produk alternatif untuk dipasarkan juga akan meningkatkan minat investor dalam berbagai skala, baik investasi dalam negeri maupun luar negeri.

"Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi meningkat seiring dengan penyerapan tenaga kerja dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat,” imbuh dia

Baca Juga: Tren Positif Berlanjut, Neraca Perdagangan RI Surplus US$2,62 Miliar

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya