Rupiah Awal Pekan Bergerak Melemah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar uang awal pekan ini, Senin (25/1/2021) dibuka menguat. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah tercatat di level Rp14.055 per dolar AS dibanding penutupan Jumat yang berada di level Rp14.035 per dolar AS.
Rupiah juga melemah jika dibandingkan dengan pembukaan Jumat pagi yang berada pada level Rp13.992 per dolar AS. Sampai pukul 09.30 WIB, rupiah terpantau melemah 21,5 poin atau 0,15 persen di level Rp14.056,5 per dolar AS.
1. Data rupiah berdasarkan kurs Bank Indonesia dan bank lain
Berdasarkan data Bank Indonesia, kurs tengah rupiah berada di level Rp14.054 per dolar AS.
Bank-bank lain juga menempatkan rupiah berada pada level Rp14.000 ke atas. Seperti BCA di level 14.225 per dolar AS (jual) dan Rp13.925 per dolar AS (beli) , BNI Rp14.300 per dolar AS (jual) dan Rp13.900 per dolar AS (beli), dan BTN Rp14.252 per dolar AS (jual) dan Rp13.902 per dolar AS (beli).
Baca Juga: 5 Cara Ini Bisa Kamu Lakukan untuk Bantu Perkuat Nilai Tukar Rupiah
2. Rupiah ditutup melemah Kamis sore
Editor’s picks
Nilai tukar (kurs) rupiah ditutup melemah 35 poin atau 0,25 persen menjadi Rp14.035 per dolar AS pada Jumat (22/01/2021) sore.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra, mengatakan, salah satu penyebab melemahnya rupiah akibat perpanjangan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) hingga 8 Februari 2021.
"Kemungkinan karena PPKM di perpanjang. Tapi sisi lain pelemahan tidak besar karena rencana stimulus besar di bawah pemerintahan Joe Biden yang mendorong minat besar pasar ke aset risiko," kata Ariston kepada IDN Times, Jumat (22/01/2021).
3. Rupiah bisa menguat lagi di bawah Rp14 ribu?
Meski melemah, Ariston yakin rupiah akan segera mengalami penguatan. Hal ini didasarkan pada rencana stimulus besar yang akan digelontorkan Joe Biden serta data neraca perdagangan Indonesia yang terus positif.
"Yang bagus neraca perdagangan mulai surplus, jadi current account surplus. Kalau surplus berlanjut bisa menopang penguatan rupiah," ujarnya.