Sejarah di Balik Pendirian Bank BNI Syariah

Kini sudah merger menjadi Bank Syariah Indonesia

Jakarta, IDN Times - Pada 1 Februari 2021 pukul 13.00 WIB, BNI Syariah resmi bergabung dengan BRISyariah dan Bank Syariah Mandiri menjadi Bank Syariah Indonesia. BNI memegang 25 persen saham di Bank Syariah Mandiri.

Sebelum bergabung dengan dua bank syariah BUMN tersebut, BNI Syariah sudah memperkuat ekonomi syariah Indonesia selama kurang lebih dua dekade. Seperti apa perjalanan bank yang berkode saham 427 ini sebelum akhirnya merger menjadi bank syariah terbesar Indonesia?

Baca Juga: DPK BNI Syariah Melesat Rp45,65 Triliun pada Kuartal III 2020

1. Berawal dari Unit Usaha Syariah BNI

Sejarah di Balik Pendirian Bank BNI SyariahPegawai BNI Syariah Kantor Cabang Semarang memberikan penjelasan kepada nasabah terkait tabungan Hasanah yang bisa digunakan untuk pengajuan kredit pemilikan rumah (KPR) atau BNI Griya iB Hasanah, di Semarang, Jawa Tengah. IDN Times/Dhana Kencana

Pada krisis moneter 1997, sistem perbankan syariah sangat tangguh. Prinsip syariah dengan tiga pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil kala itu.

Dilansir dari laman resmi BNI Syariah, sebelum resmi menjadi sebuah bank, BNI Syariah dimulai dengan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI yang didirikan pada 9 April 2000 berlandaskan Undang-undang No.10 Tahun 1998.

Saat itu ada 5 kantor cabang USS yakni di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.

2. Perubahan status menjadi bank

Sejarah di Balik Pendirian Bank BNI SyariahPegawai BNI Syariah Kantor Cabang Semarang (kanan) memberikan penjelasan kepada nasabah terkait informasi kredit pemilikan rumah (KPR) atau BNI Griya iB Hasanah, di Semarang, Jawa Tengah. IDN Times/Dhana Kencana

Berubahnya Unit Usaha Syariah (UUS) BNI menjadi bank terjadi pada 19 Juni 2010. Bermula dari Corporate Plan UUS BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS).

Resminya BNI Syariah juga dilengkapi Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha kepada PT Bank BNI Syariah.

Baca Juga: BNI Syariah: Potensi Bisnis Air Masih Besar, Investasi Terbuka Lebar 

3. Faktor-faktor terwujudnya BNI Syariah

Sejarah di Balik Pendirian Bank BNI Syariah

Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Di samping itu, komitmen pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat.

4. Aset BNI Syariah sebelum akhirnya merger

Sejarah di Balik Pendirian Bank BNI SyariahSuasana di banking hall BNI Syariah Kantor Cabang Semarang. IDN Times/Dhana Kencana

Hingga Desember 2019, BNI Syariah memiliki 3 Kantor Wilayah dengan cabang BNI Syariah mencapai 68 Kantor Cabang, 218 Kantor Cabang Pembantu, 13 Kantor Kas, 23 Mobil Layanan Gerak dan 58 Payment Point.

Nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1746 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh Dr. Hasanudin, M.Ag, semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah.

Baca Juga: BNI Syariah Jadi Penyalur Kredit Usaha Rakyat Rp700 Miliar 

Topik:

  • Anata Siregar
  • Bella Manoban

Berita Terkini Lainnya