Mengapa Generasi Muda Ogah Kerja di Sektor Pertanian?

Siapa yang nanti lulus mau jadi petani?

Jakarta, IDN Times – Sudah menjadi sebuah kebanggaan bahwa Indonesia punya tanah yang subur sehingga berbagai tanaman bisa tumbuh dengan baik di Bumi Pertiwi. Sayangnya dari segi ekonomi, sektor pertanian dan perkebunan tidak sebaik yang kamu kira.

Industri di Indonesia kini telah banyak beralih dari pertanian ke manufaktur dan kini banyak merambah jasa seperti e-commerce. Kekhawatiran pun muncul tentang prospek sektor pertanian dan lapangan kerjanya. Masa depan sektor pertanian pun bisa terancam mengingat lahan persawahan diprediksi terus menyusut setiap tahun. 

“Sekarang pertanian (jumlah) pekerjanya turun. Tapi dari seluruh sektor jasa banyak lapangan kerja sifat jasa di manufaktur,” kata Ekonom Bank Dunia, Indira Maulani Hapsari.

1. Banyak anak muda gak mau kerja di pertanian atau perkebunan

Mengapa Generasi Muda Ogah Kerja di Sektor Pertanian?Pekerja pabrik (ANTARA FOTO/Risky Andrianto)

Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Danang Girindrawardana mengungkapkan fakta yang dia temukan melalui survei di kalangan mahasiswa. Dia bertanya, apakah mereka ingin bekerja di sektor pertanian atau perkebunan setelah lulus kuliah. Hasilnya, tidak ada satupun responden yang menjawab mau bekerja di sektor ini setelah lulus. 

“Gak ada, ini bahaya,” ucapnya.

Padahal meski di Indonesia kini banyak di sektor manufaktur dan jasa, Danang menyayangkan Indonesia yang tidak bisa seperti Thailand dan Jepang. Kedua negara itu dinilai berhasil dalam sektor industri dan tetap sukses di sektor agraris.

“Anda tahu beras Thailand, tahu industri otomotif Thailand? Jepang dengan teknologi informasi tidak pernah kekurangan beras. Mereka tidak pernah tertinggal pertanian,” sebut Danang.

Baca Juga: 8 Pekerjaan Ini Gak Akan Hilang di Era Revolusi Industri 4.0

2. Peranan sektor pertanian menurun tapi tidak dengan penyerapan tenaga kerjanya

Mengapa Generasi Muda Ogah Kerja di Sektor Pertanian?Pixabay.com

Ekonom Indef Ahmad Heri Firdaus mengatakan pergeseran dari sektor pertanian ke manufaktur itu hal yang wajar. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun ditopang sektor ini. Sayangnya, peningkatan sektor manufaktur tersebut tidak diimbangi dengan penyerapan tenaga kerja.

Hal itu berbeda dengan sektor pertanian. Meski perannya di pertumbuhan ekonomi Indonesia turun, sektor pertanian tetap menyerap tenaga kerja di atas 30 persen. 

“Selama 18 tahun, penyerapan tenaga kerja manufaktur sempat sekitar 1,4 hingga 1,7 persen. Meski dalam belakangan ini angkanya naik cukup bagus, dari 13 persen menjadi 14 persen. Sementara kontribusi dari penyerapan tenaga kerja pertanian dari 33 persen, sekarang 32 persen,” jelas Heri.

Lebih lanjut dia menilai ada kekurangan dalam transformasi struktural ekonomi di Indonesia. Di saat industri leading, belum diikuti penyerapan tenaga kerja yang tinggi. "Akibatnya kita mengalami penurunan kontribusi terhadap PDB,” imbuhnya.

3. Ada peluang besar di bidang pertanian?

Mengapa Generasi Muda Ogah Kerja di Sektor Pertanian?Ilustrasi petani (Pixabay)

Mengutip pernyataan Danang bahwa banyak anak muda yang tidak mau bekerja di kebun, artinya peluang untuk penyerapan tenaga kerja pada bidang pertanian sangat terbuka luas.

Namun Heri menggarisbawahi bahwa ada penumpukan tenaga kerja pada sektor pertanian. “Pertanian porsi ekonominya kecil tapi tenaga kerja paling banyak. Artinya kue ekonomi yang tidak terlalu besar direbutkan banyak orang. Gak heran kalau di pertanian income per kapita-nya masih relatif lebih rendah dari sektor lainnya,” ujar Heri.

4. Luas lahan untuk persawahan pun turut tergerus

Mengapa Generasi Muda Ogah Kerja di Sektor Pertanian?ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Sektor pertanian kian tergusur juga tampak pada luasan lahan persawahan yang juga terus menyusut setiap tahunnya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018 tercatat 7,1 juta hektare (ha). Luasan itu menurun jika dibandingkan tahun 2017, yakni seluas 7,75 juta ha.

Hal ini diamini Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) yang memprediksi setiap tahun area persawahan terus berkurang. Tahun depan, lahan sawah di Indonesia bisa berkurang lagi hingga 1,4 juta ha.

"Ini saja yang dari hasil terbaru 2018 itu kan 7,1 juta hektare ya dari citra satelit. Tapi ke depannya diprediksi bisa berkurang lagi sampai 20 persen," kata Kasubdit Pemantauan dan Evaluasi Tanah Pertanian Kementerian ATR/BPN, Vevin S Ardiwijaya, seperti dikutip dari situs Antara, Selasa (4/12). 

Pengurangan yang cukup signifikan tersebut dikarenakan dari hasil verifikasi langsung ke lapangan menemukan banyak lahan sawah yang ternyata sudah memiliki izin alih fungsi. Ada yang  berubah menjadi mal, ada yang menjadi  bangunan lain.

"Idealnya memang tiap tahun dicek terus. Alih fungsi ini kan kencang sekali untuk lahan pertanian," ucapnya. 

5. Program mencetak sawah saja tak cukup

Mengapa Generasi Muda Ogah Kerja di Sektor Pertanian?ANTARA FOTO/Yusran Uccang

BPN menegaskan, untuk mencegah pengurangan lahan memang tidak bisa dilawan dengan program cetak sawah semata. Ke depan Kementerian ATR/BPN tengah fokus menggarap rancangan peraturan presiden guna mempersulit alih fungsi lahan.

Pertama, untuk bisa efektif berproduksi, cetak sawah memerlukan waktu yang sangat lama. Di mana lahan sawah baru tersebut diperkirakan baru bisa berfungsi dalam jangka waktu 5 hingga 10 tahun ke depan.

"Jadi, tidak bisa buka sawah terus langsung bisa produksi 2 sampai 3 kali setahun. Waktunya lama itu untuk lahan baru bisa sampai 5 sampai 10 tahun," imbuhnya.

Sementara itu, Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan BPS, Hermanto bin Ashari Prawito menyebutkan, berkurangnya luas baku lahan pertanian sejatinya telah terkonfirmasi dari data yang sudah dirilis pemerintah. Data yang didapat juga menggunakan citra satelit. 

Dia berharap, tidak ada pihak yang menggunakan data, di luar data nasional tersebut. "Iya, bisa dilihat. Artinya per tahun ada sekitar 120 hektare (lahan pertanian yang hilang). Itu bisa dilihat dari data nasional," ujar Hermanto. 

Bagaimana, kamu mau menjadi petani setelah lulus kuliah?

Baca Juga: Kementan Dorong Potensi Santri Milenial Aktif di Pertanian

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya