Sri Mulyani Prediksi Inflasi 2020 1,5 Persen, Terendah dalam 6 Tahun
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan inflasi hingga akhir tahun sebesar 1,5 persen. Ia menyebut angka inflasi tersebut masih rendah.
"Ini sangat rendah dalam 6 tahun terakhir," kata Sri Mulyani dalam video conference di Jakarta, Selasa (1/12/2020).
Dengan angka tersebut, ini adalah inflasi terendah selama masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
1. Inflasi rendah karena permintaan konsumsi masyarakat turun
Bendahara negara ini mengatakan rendahnya inflasi ini disebabkan permintaan atau konsumsi masyarakat yang melemah akibat pandemi COVID-19. Rendahnya inflasi ini memberikan efek cost of fund atau biaya produksi yang lebih rendah.
"Memang pada sisi demand side (turun) karena masyarakat harus mengalami pembatasan sosial. Seperti yang sekarang terjadi di AS, Eropa dan Asia," katanya.
2. Tapi perlu waspada sama sisi permintaan yang bakal naik
Meski begitu, ia meminta pemerintah berhati-hati dari sisi permintaan yang mulai terlihat ada pemulihan. Misalnya dari sektor perdagangan, pengolahan, transportasi, informasi komunikasi, jasa dan kesehatan yang tumbuh positif.
"Kuartal III adalah di mana titik balik. Seluruh agregat pembalikan itu positif kecuali impor yang alami kontraksi dalam. Ini dikaitkan industri manufaktur yang membutuhan bahan baku yang diimpor," katanya.
3. Berharap vaksin dapat gairahkan kelas menengah atas untuk tingkatkan konsumsi
Lebih lanjut, Eric berharap, pada tahun depan kegiatan konsumsi di masyarakat kelas menengah atas bisa tumbuh dengan adanya vaksin. Untuk diketahui, masyarakat kelas menengah atas cenderung menahan konsumsi akibat pandemik COVID-19.
"Jadi kalau lihat kegiatan konsumsi terutama kelas menengah atas, berharap di 2021 dengan adanya vaksinasi, protokol eksehatan, masyarakat mulai bisa melakukan aktivitas," ujarnya.