Tamu Isoman, Cara Hotel Bertahan di Tengah Impitan

Ada pula hotel yang sediakan layanan isoman meski diam-diam

Jakarta, IDN Times - Lonjakan kasus COVID-19 membuat banyak hotel kini difungsikan dan menyediakan fasilitas isolasi mandiri (isoman) berbayar bagi pasien yang positif COVID-19 ataupun tanpa gejala. Pemerintah secara resmi sudah menunjuk ratusan hotel untuk fasilitas isoman masyarakat yang positif COVID-19.

Namun ternyata ada juga hotel yang diam-diam menerima warga yang positif COVID-19 untuk isoman. Meski tidak mengumumkan secara resmi menyediakan layanan isoman, ternyata ada hotel di Jakarta yang menerima dan memberikan kamar khusus bagi tamu yang positif COVID-19.

Hal itu dialami Dona, warga Tangerang yang awalnya tidak menginformasikan ke pengelola hotel bahwa dirinya positif COVID-19. Meski tidak bergejala, Dona tetap memilih isoman di luar rumah agar tidak menulari keluarganya. 

"Gue OTG gak ada gejala sama sekali. Gue pesan hotel melalui Traveloka," kata Dona kepada IDN Times beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Kisah Pasutri Positif COVID-19 Isoman di Rumah Sambil Urus 3 Balita

1. Pihak hotel justru menyediakan kamar khusus

Tamu Isoman, Cara Hotel Bertahan di Tengah Impitanilustrasi pasien COVID-19 yang isoman (muhealth.org)

Kepada IDN Times, Dona menceritakan dirinya tidak mengalami gejala batuk ataupun panas, nilai cycle threshold (CT) dalam tes PCR-nya pun cukup tinggi. Meski demikian, pihak hotel sepertinya curiga dan seorang karyawan hotel mendatanginya. 

"Disamperin ke kamar dan akhirnya gue ngaku OTG," tutur Dona.

Karyawan hotel itu memberitahu bahwa ada kamar khusus bagi mereka yang memang mau isoman karena positif COVID-19. "Akhirnya dipindah ke kamar khusus," imbuhnya.

Untuk menginap semalam di hotel tersebut, Dona mengaku harus merogoh kocek sebesar Rp3,2 juta untuk 7 malam isoman dan biaya perpanjangan sebesar Rp700 ribu per malamnya.

2. Tamu isoman dilarang keluar-masuk kamar

Tamu Isoman, Cara Hotel Bertahan di Tengah ImpitanIlustrasi Room Attedant (Dok. Kemenparekraf).

Dona mengatakan pihak hotel melarang pasien COVID-19 seperti dirinya untuk keluar dari kamar. Dia ditempatkan di sebuah lantai khusus. "Kayaknya banyak yang isoman di lantai itu."

"Gue mau posting apa pun lagi di hotel jadi sungkan. Kasihan juga pengelola hotelnya saat kondisi begini. Kalau ketahuan mereka bisa disanksi," kata Dona lagi.

3. Tidak ada pengawasan karena hotel tidak sadar

Tamu Isoman, Cara Hotel Bertahan di Tengah ImpitanIlustrasi petugas vila (Dok. Kemenparekraf).

Ario, 29, warga Jakarta, juga punya pengalaman menjalani isoman bukan di tempat atau hotel khusus yang ditunjuk pemerintah. Ario positif COVID-19 tanpa gejala demam sehingga ketika dites suhu tubuhnya 36,01 derajat celcius.

Dia sempat isoman di dua tempat berbeda. "Di tempat pertama karena harganya cukup tinggi akhirnya mencari alternatif di tempat lain yang secara budget lebih terjangkau," kata dia.

Meski bukan hotel khusus isoman, dia menyadari banyak pasien COVID-19 selain dirinya saat berjemur di pagi hari. "Awalnya gak sadar, ternyata setelah ditelusuri banyak juga yang isoman di situ."

"Bebas makan dan minum di mana aja kalau di area penginapan, karena yang jaga penginapan mungkin gak pada tahu juga yang booking di situ adalah pasien pasien COVID-19, tapi kalau saya makan minum order online dan selalu di kamar," paparnya.

Baca Juga: Daftar 33 Hotel di Jakarta untuk Isolasi Mandiri Pasien COVID-19

4. Kisah mereka yang isoman di hotel khusus penderita COVID-19

Tamu Isoman, Cara Hotel Bertahan di Tengah ImpitanIlustrasi COVID-19. Dok. IDN Times

Lain cerita dengan Irma yang isoman di hotel yang memang diperuntukkan untuk pasien COVID-19. Dia memilih di hotel Ibis Sytle Cikarang yang ada di daftar pemerintah. Di hotel itu, Irma mengaku mendapat pelayanan yang memadai seperti cek kesehatan dan kunjungan dokter, hingga berjemur di rooftop hotel.

Irma mengatakan prosedur menginap di hotel tersebut cukup ketat. Pasien yang isoman hanya boleh ada di kamarnya masing-masing.

"Dilarang keluar atau berkeliaran. Keluar hanya boleh untuk berjemur di rooftop dan ke ruangan dokter kalau mau konsultasi. Selain ke ruang dokter, konsultasi juga bisa dilakukan via WhatsApp Group, nanti dokter akan telepon masing-masing pasien yang akan konsul," papar Irma.

5. Layanan khusus di hotel khusus isoman

Tamu Isoman, Cara Hotel Bertahan di Tengah ImpitanIlustrasi hotel. (Dok. Kemenparekraf/IDN Times)

Di tengah terpuruknya okupansi hotel selama pandemik, menjadi fasilitas isoman ialah salah satu alternatif untuk bertahan bagi industri perhotelan. Pemerintah dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyepakati ratusan hotel sebagai tempat isoman resmi di berbagai kota.

Hotel Ibis Stle ialah salah satunya. Biaya untuk isoman di hotel ini sebesar Rp7 juta untuk 7 malam.

"Tapi jika pasien yang isoman sudah negatif dan pulang sebelum hari ketujuh, pihak hotel akan mengembalikan dana yang sudah dibayarkan di awal melalui transfer," ujar Sales Hotel Ibis Style Cikarang, Ade kepada IDN Times.

Biaya itu termasuk untuk tarif kunjungan dokter ke kamar pasien setiap pagi, vitamin dan tiga kali makan. "Untuk makanan juga dicek setiap harinya oleh ahli gizi yang ada di hotel," imbuh Ade.

Namun, tarif tersebut tidak termasuk biaya laundry yang sesuai anjuran dari Kementerian Kesehatan. Sementara untuk pembersihan kamar dilakukan 4 kali sehari. "Itu pun kalau ganti seprei dilakukan mandiri oleh pasien yang kita berikan di depan kamar," tambahnya.

Baca Juga: Daftar Tempat Isolasi Mandiri di Jakarta, dari Gratis hingga Bayar

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya