[WANSUS] Komisaris BEI Pandu Sjahrir Bahas Investasi hingga soal Luhut

Ponakan Luhut Pandjaitan ini kerap dikaitkan dengan pamannya

Jakarta, IDN Times - Berinvestasi memang gak bisa sembarang atau asal taruh uang pada suatu saham begitu saja. Kita harus banyak belajar dan membaca laporan keuangan perusahaan, yang sahamnya kita investasikan. Setidaknya seperti itu pelajaran yang dapat diambil dari pengalaman Komisaris PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Patria Sjahrir.

Dalam acara Ngobrol Seru by IDN Times, Kamis, 6 Agustus 2020, Pandu banyak memberikan tips, pengalaman dan pandangannya terkait investasi. Mulai dari kisahnya yang langsung rugi saat pertama kali berinvestasi hingga kisah pamannya, Luhut Binsar Pandjaitan yang menjabat Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi.

Bagaimana awal ketertarikan Pak Pandu terhadap ekonomi atau bisnis, khususnya investasi?

[WANSUS] Komisaris BEI Pandu Sjahrir Bahas Investasi hingga soal LuhutKomisaris PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Pandu Patria Sjahrir (Dok. Pribadi/Pandu Patria Sjahrir)

Wah, saya tuh mulainya umur 19 karena sering baca buku. Ayah saya almarhum kan seorang ekonom, ibu saya pengajar, dua-duanya kan guru di Universitas Indonesia (UI) terus merekanya memang beda.

Saya berpikir apa nih ketertarikan saya, saya juga suka ekonomi tapi juga saya mikir apa nih yang menarik. Nah, kebetulan almarhum ayah saya itu yang pertama kali ikut berpartisipasi membuka bursa efek 1992. Jadi saya belajar-belajar sendiri, “eh ini menarik ya”, “apa sih ini?”, “apa sih investasi?”

Jadi saya banyak-banyak baca buku umur 19 tahun. Itu pun saya pertama kali kerja umur 20 tahun, dan kerja di Investment Bank, jadi mulainya begitu. Dari situ saya bilang, "wah ini menarik sekali karena sangat dinamis," jadi saya belajarlah berinvestasi umur 20-an lah mulainya.

Umur 20 tahun sudah investasi apa Pak? Langsung berhasil?

[WANSUS] Komisaris BEI Pandu Sjahrir Bahas Investasi hingga soal LuhutInstagram IDN Times

Sudah, sudah mulai, sudah mulai belajar gagal. Pertama kali investasi saham aja, ngelihatin saham, gak ngerti juga saham apa yang saya invest waktu itu.

Asal naruh, karena gak mikir orang ngomong. Di situ saya sadar investasi itu sebenarnya full-time job. Jadi saya belajar “Eh kamu tuh harus baca dulu laporan keuangan”, “kamu lihat dulu kalau bisa ketemu manajemen ya ketemu dulu biar tahu orangnya kayak gimana .”

Jadi ya belajarnya dari nol, benar-benar dari nol, dan belajar gagal dulu. Saya investasi pertama gagal, “Apa nih kok perusahaan bisa turun sampai 50 persen 60 persen?” Karena masalahnya saya dengerin orang, saya harusnya dengerin diri sendiri.

Malah saya gak pelajari buku keuangannya bagaimana, perusahaannya. Jadi saya belajar baca laporan keuangan, saya belajar sendiri bagaimana research benar gak produknya jalan, itu semua belajar sendiri. Sering baca aja, baca laporan keuangan dan ya akhirnya bisa.

Pak Pandu seringkali disangkut pautkan dengan Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan?

[WANSUS] Komisaris BEI Pandu Sjahrir Bahas Investasi hingga soal LuhutMenko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di Kompleks Istana Negara, Jakarta Pusat, Jumat 28 Februari 2020 (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Saya tuh gak bisa, karena dari lahir, jadi mau gimana. Saya dari lahir itu (Luhut) emang om saya langsung, malah orang gak ingat ayah saya almarhum, bingung aku.

Kalau Pak Luhut kan emang abangnya langsung dari ibu saya, gitu loh. Jadi ya maksudnya mau gimana kalau itu memang for life menurut saya sih. Mau dilihat negatif, mau dilihat bagaimana ya tetap saja, itu kan memang darah, gitu loh, jadi saya mau bilang apa?

Mau gimana dilabelin orang itu dari lahir, saya gak bisa milih kan saya lahir bagaimana ya kan, itu aja sih saya melihatnya. Saya juga berterima kasih karena om saya bisa berjuang buat negara, ya saya bangga.

Ya sama juga saya bangga sama almarhum ayah saya ya, kan jadi seorang ekonom, jadi seorang guru, saya sangat thankful. Makanya saya bisa belajar jadi pengusaha sekarang. Semuanya pejuang lah generasi kita sebelumnya. Kita nerusin gitu loh.

Pak Pandu ini juga tercatat punya segudang jabatan. Sebagai direktur PT Toba Bara Sejahtera, Komisaris Gojek, Presiden Komisaris SEA Group Indonesia melalui Shopee. Boleh gak sih seorang komisaris juga menjabat sebagai direktur dan lain-lain?

[WANSUS] Komisaris BEI Pandu Sjahrir Bahas Investasi hingga soal LuhutTerlihat ojek online sedang melintas di jalan sekitar Kota Tua, Jakarta Barat pada Rabu (5/8/2020) (IDN Times/Reynaldy Wiranata)

Ya boleh kan. Karena kan kita berinvestasi juga di sana. Saya mewakili kepentingan pemegang saham ya, termasuk saya sendiri, memang kita harus mengawasi dong. Karena kan baru sekarang mungkin orang baru tahu, perusahaannya mungkin sudah perusahaan Tbk.

Karena kan kita perusahaan teknologi pertama yang Tbk juga gitu loh, itu investasinya 2013 dan 2014 sudah lama. Tapi ya gak perlu diceritakan lah itu sudah cerita lama, sekarang alhamdulillah berjalan dengan baik, dan kontribusinya juga positif, gitu loh. Makanya menurut saya sih ini kan bagian dari cerita hidup orang ya, alhamdulillah so far positif lah perusahaan-perusahaan itu tadi.

Dengan banyaknya jabatan seperti itu, bapak suka kerepotan gak sih? Dan juga sering muncul anggapan dengan banyaknya posisi bisa dianggap menyalahgunakan kekuasaan?

[WANSUS] Komisaris BEI Pandu Sjahrir Bahas Investasi hingga soal LuhutKaryawan memantau pergerakan harga saham di Kantor Mandiri Sekuritas, Jakarta, Rabu (15/7/2020) (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Gak, gak pusing. Pusingnya tuh keluarga dulu deh sama teman. Paling fokusnya di situ. Kalau misalnya di keluarga gak beres nanti perusahaan juga gak beres gitu. Yang penting keluarga sama teman tuh bagus, beres. Kalau perusahaan ya kita kan balik-baliknya juga dengan timnya, timnya juga harus terpercaya dan bagus.

Tugas saya kan memastikan bahwa semua tim terarah kerjanya dan juga pas gitu dan memang niatnya bagus, ya eksekusinya baik gitu. Itu malah perhatian terakhir ya paling penting itu gara-gara COVID-19 adalah keluarga dan teman baik, kalau keluarga sama teman baik, kerjaan juga bakal lebih baik lah.

Kalau menyalahgunakan kekuasaan balik lagi ke orangnya, niatnya bagaimana, caranya bagaimana. Karena kalau pingin menyalahgunakan kekuasaan itu ya sangat mudah, orang juga bisa. Perbedaannya sangat tipis lah ya, kan jadi balik juga ke karakter orang masing-masing gitu loh.

Kalau kamu dimuat di koran atau dimuat di majalah, kamu ingin di mana ayah sama ibu kamu bacanya, positif atau bukan, karena itu balik ke karakter. Ya kalau ke saya alhamdulillah ya kita lihat lah perjalanan hidupnya.

Kita mencoba buat baik-baik ajalah gak usah terlalu aneh-aneh juga gitu, kita jalan yang sebaik-baiknya nanti orang lain yang bisa menilai, yang paling penting menilai ayah dan ibu lah. Kalau ayah dan ibu baca bagaimana, anak baca bagaimana? Kita tuh harus tahu diri lah dalam hidup, jadi tahu diri itu sangat penting. Kayak tadi bener kadang-kadang kan bisa kemana-mana nanti bisa menyalahgunakan segala macam.

Harga emas sudah melambung hampir satu juta lebih, khawatir gak sih pak investor ini malah beralih ke emas dibanding ke pasar modal?

[WANSUS] Komisaris BEI Pandu Sjahrir Bahas Investasi hingga soal LuhutEmas. (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Sama saja, karena kan bisa juga beli saham penambang emas. Banyak kok anggota bursa kita yang punya tambang emas, sama aja tinggal beli saham-saham tersebut. Jadi macam-macam lah kayak emas sendiri kan hanya salah satu asset class, yang penting dari sisi teman-teman ingat, dipelajari dulu kenapa jangan hanya lihat ini naik lalu ikutan naik ya kan.

Karena akhirnya tahu apa yang Anda investasikan. Belajar dari pengalaman saya lah, saya juga banyak salahnya. Salah saya hanya dengerin, tapi saya gak pelajari, itu salah saya.

Jadi waktu awal-awal saya gagal berinvestasi gara-gara itu, cek-ricek, ricek lagi, begitu juga saya diajarin jadi orang bilang A cek lagi benar gak, B cek lagi. Harga itu setiap hari bisa aja naik turun, tapi jangka panjangnya bagaimana?

Malah kalau saya nih kalau sudah pelajari sesuatu bagus mengharapkan harga turun biar saya bisa beli lebih banyak, gitu loh. Jadi ya tergantung mindset lah, karena setiap orang kan beda-beda tapi yang bisa saya share yang selalu konsisten kalau mau membeli sesuatu pelajari dulu. Saya rasa teman-teman disini kalau beli baju pasti pelajarinya lebih banyak dari pada beli saham.

Pilihan millenials berinvestasi saat pandemik, lebih bagus saham atau emas Pak? Dan apa tips berinvestasi buat millennial?

[WANSUS] Komisaris BEI Pandu Sjahrir Bahas Investasi hingga soal LuhutIlustrasi memantau pergerakan saham. ANTARA FOTO/Reno Esnir

Kalau saya itu fundamental aja, dua-dua nya oke, ya saya juga sudah lama investasi itu, tapi kan saya kebanyakan lewat saham perusahaan karena kan emas ini semacam apa sih? Kan semacam currency (mata uang).

Kalau saya lebih suka kadang-kadang saham orang yang memproduksi emas, siapa yang lebih efisien, siapa yang lebih profit, karena saya bisa baca itu. Anda membeli emas kan hanya membeli kepercayaan saja, kadang-kadang begitu. Jadi baliklah kepada, ya fundamental-lah, gitu loh.

Kalau ada modal, menurut saya beli saja saham blue chip yang selalu teman-teman pakai, kalau misal pakai telepon pakai apa? Telkomsel misalnya, terus paling suka makan apa? Perbankan di mana? transaksi pakai apa? Beli aja saham-saham blue chip dulu, dari situ belajar ke depannya bagaimana, gitu loh.

Kan ada LQ45, bisa dibeli ya kan itu bagaimana, baca prospek lah, baca laporan keuangannya, kalau ada COVID-19 bertahan gak perusahaan-perusahaan ini? Adek-adek kalau yang di rumah terus pakai internet kan? Nah, siapa sih pengguna internetnya? Mungkin itu menarik, itu pasti sahamnya baik secara fundamental gitu.

Jadi cara yang paling gampang adalah, kalau saya suka produknya dan produknya konsisten, yaudah kemungkinan besar perusahaannya konsisten. Ya kalau pagi makan apa, breakfast-nya. Kalau nabung, nabungnya di mana, kalau pergi sukanya pergi ke mana. Melihatnya begitu saja. Dari situ bisa baca-baca laporan keuangan, kayak gitu.

Kalau investasi baiknya jangka pendek atau jangka panjang? Bisa langsung untung cepat gak sih Pak?

[WANSUS] Komisaris BEI Pandu Sjahrir Bahas Investasi hingga soal LuhutANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Saya bohong kalau bisa tahu jangka panjang jangka pendek, nanti saya salah. Anda gak bisa lihat jangka panjang tapi Anda bisa lihat dari book value-nya. Book value itu equity naik apa tidak? Akhirnya kan market yang memutuskan. Tapi kalau fundamentalnya bagus harus ikut.

Makanya saya gak berani komen kalau bilang “Eh satu bulan ke depan saham apa yang naik?” Ya saya pasti tidak akan berbicara hal yang benar ke bapak, tapi kalau dibilang dalam lima tahun, 10 tahun sahamnya bagaimana, ya insyaallah lah mungkin perusahaannya semakin baik, fundamentalnya baik, seharusnya harga perusahaan atau nilai perusahaan itu akan naik.

Kalau buat adik-adik sekarang lihatnya adalah saham ini sama saja seperti kita menabung di bank. Anda pasti selalu melihat rekening banknya kan? Yang pasti kalau rekening bank nilainya cuman satu, flat. Tapi karena ada inflasi sebenarnya nilainya overtime, cash on hand, itu pasti turun hanya gak terasa.

Itu karena hukum alam lah karena inflasi, makanya berinvestasi, tapi berinvestasi di mana? Itu harus didiversifikasi, tapi Anda lihat saja, Anda invest dari sekarang, capital market-nya Indonesia kan naik 80-an persen sebenarnya. Jadi ada untungnya secara rupiah.

Untuk situasi sekarang ini apakah benar untuk menghindari aset tetap dan lebih baik menyimpan cash saja atau reksadana?

[WANSUS] Komisaris BEI Pandu Sjahrir Bahas Investasi hingga soal Luhutilustrasi. IDN Times/Ita Malau

Ya kalau reksadananya bagus kenapa gak? Kalau cash betul bagus untuk disimpan tapi abis itu buat apa? Karena tentunya nilai cash secara jangka panjang akan makin turun. Orang bilang cash is king, benar, tapi cash is king untuk membeli sesuatu. Dan ini saya belajar nih buat sharing, setiap ada krisis untuk pengusaha nih adalah waktu terbaik untuk membeli kalau ada tunai.

Makanya di situ dibilang cash is king sangat penting, tapi untuk membeli sesuatu, bukan hanya ditonton. Karena dengan berinvestasi itu, Anda juga membuat nilai bukan hanya untukmu, tapi untuk yang lain, membangun sesuatu.

Pak Pandu ini kalau saya baca-baca dari beberapa artikel, termasuk yang hampir gak pernah atau jarang membeli yang bukan kebutuhan dan fokusnya ke investasi? Bagaimana tipsnya sih agar fokus belanja sesuai kebutuhan kita ketimbang keinginan kita?

[WANSUS] Komisaris BEI Pandu Sjahrir Bahas Investasi hingga soal LuhutPandu Sjahrir/Dok.Istimewa

Kalau mikirin gaya hidup, ya secukupnya ajalah. Sekali Anda upgrade gaya hidup Anda, dan ini saya juga nyalahin sosial media nih, kadang-kadang adik-adik di sosial media saling posting “To live a better life” sebenarnya better life itu sama keluarga, sama pasangan, sama yang udah punya anak ya sama anak, itulah kebahagiaanmu.

Karena kalau mereka happy kita juga happy. Kalau punya ya misalnya mobil baru, jam baru, itu kan happy-nya sesaat doang, baju baru sesaat doang, sehari happy abis itu sudah.

Jadi menurut saya, ya karena saya kebanyakan baca investasi, bapak ibu saya latar belakangnya juga ngajarin, om saya apalagi militer, hidup sih cukup. Jadi kita harus banyak merasa bersyukur. Jadi menurut saya lagi nih, kalau buat adik-adik yang ngikutin, ya hidup secukupnya, yang lainnya diinvestasikan saja, apakah Anda mau beli tanah, membangun sesuatu, membangun usaha, berinvestasi di saham, itu saja.

Kalau saya, pengalaman hidup saya saja, ya. Misalnya Anda pendapatan 100, saya tahu gaya hidup saya biayanya 50, sisanya 50 selalu saya investasikan. Pendapatan saya naik ke 150, biaya saya tetap 50, semuanya saya investasikan. Jadi kalau boleh ada target nih 20 tahun dari sekarang, kalau boleh pendapatan lebih besar dari nilai investasi dan bukan dari pendapatan gajian, itu goal. Namanya passive income.

Passive income harus bisa lebih besar dari pada active income. Jadi cara poin paling mudah yaudah biayanya 50. Ini yang tahu saya pasti tahu lah selama delapan tahun, 10 tahun terakhir biayanya 50 paling naik-naik dikit lah ke 60, 70, tapi kan pendapatannya harus naik dan investasinya harus naik. Belajar nabung jangka panjang, karena kalau adik-adik belajar selama 20 tahun, wah mungkin 20 tahun dari sekarang kita ketemu lagi malah face-to-face.

Ada yang namanya generasi sandwich, misalnya saya masih punya tanggungan adik, orang tua yang harus dibiayai sementara gaji masih sebatas Rp5,6 jutaan, gimana nih Pak?

[WANSUS] Komisaris BEI Pandu Sjahrir Bahas Investasi hingga soal LuhutKomisaris PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Pandu Patria Sjahrir (Dok. Pribadi/Pandu Patria Sjahrir)

Tanggung jawab kita kan sama kita dan keluarga, kita orang Indonesia kita juga harus mikirin nanti kepada anak-anak kita generasi berikutnya. Jadi kalau buat kita, alhamdulillah hidup kita baik-baik ajalah, yang penting bisa makan, ada atap di atas dan kadang-kadang juga bukan untuk dibeli bisa saja kita sewa, saya tidak apa-apa. Saya per hari ini masih tinggal sewa loh nih, saya sharing saja bukan punya, tapi sewa.

Tapi poinnya harus belajar konsisten dan disiplin, disiplin dengan uang, karena dengan disiplin uang alhasil disiplin dengan hidup sendiri. Jadi benar tuh generasi sandwich tuh kita urus orang tua kita, karena orang tua kita tanggung jawab kita, kalau kita udah bisa, kita urus.

Abis itu kita juga harus mikirin nabung itu buat generasi ke depan, untuk anak kita, atau misalnya keponakan kita, ya kan tergantung bagaimana. Jadi tugas kita itu bisa mikir, bukan hanya berpikir ke belakang, tapi juga ke depan.

Saya juga merasakan yang sama, ngurus ibu dan anak, tapi itu malah happy, karena akhlaknya banyak bisa ngurusin ibu, tapi juga harus bisa ngurusin anak.

Tapi juga bukan berarti kalau misalnya kita jadi sangat sukses, anaknya lalu dikasih segala-galanya, gak. Karena harus belajar nanti. Kasih dia kail dan jangan pernah kasih ikan, karena dia harus bisa belajar bagaimana mencari ikan sendiri, bukan dikasih ikan. Itu penting tuh.

Baca Juga: Banjir Sentimen untuk Pasar Saham Pekan Depan, Lirik Saham-saham Ini! 

Topik:

  • Rochmanudin
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya