Yes! Indonesia Dapat Investasi Rp142 Triliun, Terbesar sejak Reformasi

Berasal LG Group untuk pabrik baterai kendaraan listrik

Jakarta, IDN Times - Indonesia mencatatkan rekor investasi terbesar pascareformasi, senilai 9,8 miliar dolar AS atau setara Rp142 triliun. Investasi ini didapatkan dari LG Group asal Korea Selatan untuk pabrik baterai kendaraan listrik.

"Dalam catatan BKPM pascareformasi belum ada investasi sebesar ini. Ini langkah yang menurut saya luar biasa karena di era pandemik sedikit negara yang punya peluang seperti ini," kata Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers Tentang Investasi Baterai Listrik LG Energy Solution & Konsorsium BUMN di akun YouTube BKPM, Rabu (30/12/2020).

1. Kerja sama Kementerian BUMN dengan BKPM

Yes! Indonesia Dapat Investasi Rp142 Triliun, Terbesar sejak ReformasiIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Bahlil menjelaskan bahwa kerja sama investasi ini merupakan hasil tindak lanjut pertemuan Presiden Jokowi dan Presiden Moon Jae In di Busan pada bulan November 2019 lalu. BKPM bersama Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan kementerian dan lembaga terkait lainnya kemudian melakukan berbagai pertemuan tindak lanjut dengan pihak LG.

"Ini deal bisnis yang sangat transparan. Dari dinamika tersebut 18 Desember kemarin pemerintah Indonesia MoU dengan LG Group dan gandeng Hyundai untuk pembangunan pabrik listrik yang terintegrasi dari hulu ke hilir," kata Bahlil.

Baca Juga: Erick: Investor Asing Siap Bantu RI Produksi Baterai Kendaraan Listrik

2. Persiapan dari Kementerian BUMN untuk pabrik baterai kendaraan listrik

Yes! Indonesia Dapat Investasi Rp142 Triliun, Terbesar sejak ReformasiIDN Times/Debbie Sutrisno

Kementerian BUMN telah menyiapkan PT Indonesia Battery yang terdiri dari Mining Industri Indonesia (MIND ID), PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Pertamina, dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Direktur Utama MIND ID, Orias Petrus Moedak, mengatakan PT Indonesia Battery akan dipimpin oleh Komisaris Utama MIND ID Agus Tjahjana Wirakusuma. PT Aneka Tambang atau Antam akan mengerjakan pasokan baterai bagian hulu atau pertambangan nikel. Sedangkan PT PLN dan PT Pertamina akan menggarap di sektor hilir.

"Saya sempat singgung kerja sama PLN dan Pertamina, kita akan ikut di dalam holding itu sama rata. Di hulu ada Antam dan mitra dari luar negeri. Lalu di hilir jatahnya Pertamina untuk lakukan investasi dengan holding atau mitra luar. Begitu juga PLN.

Mengenai pembagian saham, Orias mengatakan itu akan diputuskan sepekan ke depan. "Idealnya sahamnya sepertiga di holding. Lalu di hilir kombinasi masing-masing, jadi Antam saya minta ikut," kata Orias pada Kamis, 15 Oktober 2020.

3. Para menteri bergerak dan datang langsung ke Korea Selatan cari investor

Yes! Indonesia Dapat Investasi Rp142 Triliun, Terbesar sejak ReformasiMenko Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah) didampingi Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian (kanan) dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Pada 16 Desember lalu, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan kala itu, Agus Suparmanto, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang dan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia akan berangkat ke Korea Selatan (Korsel) Selasa.

Laporan dari Yonhap News, keempat menteri tersebut menghadiri upacara penandatanganan resmi Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Korea dan Indonesia pada 18 Desember 2020. Selain itu, mereka juga akan mencari investor untuk industri kendaraan listrik.

Para menteri akan bertemu dengan beberapa petinggi di Hyundai Motors, LG, POSCO, dan kunjungan lapangan. Mereka lalu akan kembali ke Indonesia pada 19 Desember pagi.

Yonhap News menyebut menteri-menteri Indonesia berangkat ke Korsel karena investasi dari Korsel dianggap penting. Selain itu, pemerintah Indonesia juga akan mengusulkan Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) atau Omnibus Law ke para investor di Korsel.

Sebagai penghasil nikel, kobalt, dan mangan yang digunakan dalam baterai, Indonesia telah menetapkan target untuk menjadi hub industri kendaraan listrik pada 2030, dan telah melakukan upaya untuk menarik para pembuat baterai seperti LG Energy Solutions serta produsen mobil.

Pemerintah Indonesia telah bernegosiasi agar LG Energy Solutions untuk berinvestasi sekaligus dari proyek pertambangan nikel seperti Maluku Utara serta industri peleburan dan pabrik produksi baterai mobil.

"Pemerintah Indonesia ingin menandatangani MOU atau LOI dengan LG Energy Solutions selama kunjungan ini, namun sejauh ini belum ada konfirmasi. Namun, pihak terkait mengatakan kemungkinan penandatanganan masih terbuka selama kunjungan tersebut," tulis Yonhap News.

Baca Juga: 3 BUMN Segera Bentuk Holding Indonesia Battery, Begini Konsepnya

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya