Chatib Basri: Ketersediaan Vaksin Pengaruhi Pemulihan Ekonomi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Ekonom Chatib Basri menyebut ketersediaan vaksin berpengaruh terhadap pemulihan ekonomi. Sebelum vaksin selesai, menurut Chatib, protokol kesehatan harus tetap dijalankan. Artinya, ekonomi harus beroperasi di bawah 100 persen.
"Dengan kondisi ini, pemulihan akan berbentuk U, bukan V. Untuk kuartal III tahun ini mungkin masih terjadi perlambatan," kata Chatib melalui akun Twitter-nya, @ChatibBasri.
1. Butuh waktu lama untuk memvaksin masyarakat
Chatib lantas membuat hitungan sederhana. Misalnya, vaksin tersedia Januari 2021 dan hanya 25 juta orang tua yang diprioritaskan mendapatkan vaksin lebih dahulu. Dalam satu tahun ada 365 hari, maka setiap hari harus ada 68 ribu orang yang divaksin selama setahun.
"Mampukah kita memvaksin 68 ribu orang per hari? Saya tidak tahu. Dan itu membutuhkan waktu 1 tahun. Padahal, kabarnya dibutuhkan 2 kali vaksin," kata dia.
Baca Juga: 248 Relawan Sudah Disuntik Vaksin Sinovac, Tidak Ada Gejala Sakit
2. Skala ekonomis tak tercapai karena berbagai faktor
Editor’s picks
Bersama peneliti ekonomi Namira, Chatib mencoba melakukan eksperimen awal dengan data Google dan http://Humdata.org. Data Google Mobility menunjukkan setelah re-opening aktivitas, mobilitas naik tajam, lalu flat dan melambat. Data menunjukkan pada Juni-Agustus terjadi perlambatan. Hal itu juga konsisten dengan hasil survei Saiful Mujani bahwa persepsi ekonomi kembali menurun.
"Ada beberapa kemungkinan penjelasan. Di antaranya daya beli yang lemah, perilaku kelas menengah atas yang berhati-hati karena kesehatan, perubahan perilaku seperti belanja, dan protokol kesehatan membuat ekonomi tak bisa beroperasi 100 persen. Akibatnya, skala ekonomis tak tercapai," jelas Chatib.
3. Perusahaan bisa bertahan, namun tak dapat untung
Jika ekonomi hanya beroperasi 50 persen, lanjutnya, untuk banyak sektor break even point tidak tercapai. Menurut dia, perusahaan bisa tetap bertahan selama masih bisa membayar biaya variabel seperti gaji, namun tidak untung.
"Perusahaan bisa jadi zoombie companies. Karena itu tak ada insentif untuk ekspansi dan meningkatkan investasi. Ekonomi akan stuck atau pemulihan lambat," ujarnya.
Baca Juga: Perusahaan di DKI Bisa Didenda Rp150 Juta jika Abai Protokol COVID-19