Daya Beli Masyarakat Turun, Industri Dituntut Kreatif

Semua industri memutar otak untuk terus bertahan

Jakarta, IDN Times - Daya beli masyarakat menurun imbas COVID-19. Ketua Umum DPP Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (GP Jamu) Dwi Ranny Pertiwi mengatakan, hal itu menjadi tantangan industri yang sudah siap untuk mendistribusikan produknya pasca-PSBB.

"Asumsi yang berkembang saat ini pada pandemik akan berlangsung lama. Ini membuat masyarakat menahan diri untuk membelanjakan uangnya, termasuk terhadap produk jamu," kata Ranny dalam webinar MarkPlus Industry Roundtable Sektor Farmasi, Selasa (23/6).

1. Industri dituntut kreatif dan inovatif

Daya Beli Masyarakat Turun, Industri Dituntut KreatifIlustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Ranny mengatakan, industri saat ini dituntut kreatif untuk menjangkau konsumen. Dia mencontohkan, berjualan lewat platform online bisa jadi solusi.

"Karena lewat online dan komunitas ini mereka bisa berpromosi, bisa mengedukasi sehingga masyarakat memahami manfaat jamu bagi kesehatan," kata dia.

Baca Juga: Perkuat Daya Beli saat Pandemi, PUPR Kucurkan Rp10 T untuk Padat Karya

2. Semua industri memutar otak untuk terus bertahan

Daya Beli Masyarakat Turun, Industri Dituntut KreatifIlustrasi. IDN Times/Arief Rahmat

Tak hanya industri makanan atau minuman, kata dia, industri jasa pun memutar otak untuk terus bertahan. Misalnya, para pengusaha travel banyak yang banting stir menjual produk makanan dan minuman sehat.

"Beberapa teman dari travel itu akhirnya selain menjual berjualan makanan juga jual jamu-jamuan, seperti wedang jahe. Ternyata penjualannya cukup bagus," katanya.

3. Ranny optimistis industri jamu masih memiliki masa depan cerah

Daya Beli Masyarakat Turun, Industri Dituntut KreatifProdusen jamu tradisional berbahan empon-empon di Kota Madiun. Dok.IDN Times/Istimewa

Ranny menambahkan, inovasi dibutuhkan agar produk diminati masyarakat. Itu bisa dimulai dari hal paling sederhana, misalnya mengubah produk kemasan semenarik mungkin.

"Millennial sekarang sebenarnya sudah mulai melirik jamu karena sudah memahami banyaknya manfaat jamu untuk membantu kesehatan dan kebugaran," kata Ranny.

Kendati daya beli menurun, Ranny optimistis prospek usaha jamu masih cukup bagus. Sebab, orang-orang mulai kembali mengonsumsi bahan alami. Bahkan, anak-anak muda sudah mulai tertarik untuk minum jamu di kafe-kafe jamu kekinian.

"Packaging jamunya juga sudah semakin modern. Saat ini (butuh) dukungan dari pemerintah, kalau terkait regulasi bisa lebih dimudahkan tentunya industri jamu akan mudah berkembang," ungkapnya.

Baca Juga: Selama Masa COVID-19, Daya Beli Masyarakat Hilang Rp362 Triliun

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya