Dibayangi Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi Dunia Diprediksi Melambat

Kinerja ekspor menurun

Jakarta, IDN Times - Pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini diprediksi akan lebih rendah dibandingkan pada 2018 lalu. Lembaga-lembaga internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan lebih rendah dibandingkan 2018.

International Monetary Fund (IMF), misalnya, memperkirakan pertumbuhan 2019 sebesar 3,2 persen. Angka itu lebih rendah dibandingkan 2018 yang sebesar 3,6 persen.

"Perkembangan ekonomi dunia terakhir ini memang kurang supportif terhadap perkembangan ekonomi nasional," ungkap Direktur Keuangan PT. Bank Mandiri Tbk. Panji Irawan di Jakarta, Senin (9/9).

Baca Juga: Sri Mulyani Buka-Bukaan Soal Resesi yang Guncang Perekonomian Global

1. Ekonomi dunia masih dibayangi perang dagang

Dibayangi Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi Dunia Diprediksi MelambatIDN Times/Indiana Malia

Menurut Panji, prospek ekonomi dunia ke depan terus dibayang-bayangi ketidakpastian akibat perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok. Perang dagang akan berdampak negatif terhadap ekonomi global karena akan menurunkan volume perdagangan dunia.

"Pada akhirnya bisa menekan pertumbuhan ekonomi dunia," jelasnya.

2. Ekspor menurun akibat perang dagang

Dibayangi Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi Dunia Diprediksi MelambatIDN Times / Arief Rahmat

Bagi Indonesia, kata Panji, perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah berdampak negatif terhadap penurunan kinerja ekspor melalui penurunan harga-harga komoditas. Misalnya, harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) belakangan ini terus tertekan ke tingkat harga sekitar 500 dolar AS per ton.

"Padahal harga rata-rata tahun 2017 sebesar 648 dolar per ton dan tahun 2018 turun lagi menjadi 556 dolar per ton," kata dia.

3. Harga batubara turut menurun

Dibayangi Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi Dunia Diprediksi MelambatDok. IDN Times

Hal yang sama juga terjadi pada harga batubara, yang terus menurun akhir-akhir ini ke tingkat harga 65 dolar AS per ton. Padahal harga rata-rata 2017 di atas 100 dolar per ton dan pada 2018 sebesar 88,3 dolar per ton.

"Meskipun tantangan ekonomi global semakin besar, kami memandang bahwa stabilitas ekonomi nasional masih terjaga, dengan pertumbuhan yang relatif masih lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara emerging markets lainnya," jelas Panji.

Baca Juga: Akibat Perang Dagang AS-Tiongkok, Ekonomi Singapura Resesi

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya