Elidawati Oemar Berbagi Pengalaman Membangun Jaringan Elzatta

El berbagi pengalaman di Panggung Hijrah IMS 2020

Jakarta, IDN Times - Indonesia Millennial Summit dari IDN Times telah digelar di The Tribrata Darmawangsa, 17-18 Januari 2020. Acara bertema "Shaping Indonesia's Future" ini dihadiri oleh 6000-an pengunjung.

IMS 2020 menghadirkan 131 pembicara kompeten di berbagai bidang, dari politik, ekonomi, bisnis, olahraga, budaya, lintas agama, sosial, lingkungan sampai kepemimpinan millennial.

Terdapat beberapa stage yang menampilkan pembicara berpengalaman di bidangnya masing-masing. Mulai dari stage Visionary Leader, Future is Female, Talent Trifecta dan Hijrah. Tentunya acara ini dihadiri banyak sekali millennial dan Gen Z di Indonesia. 

Tahun ini, IDN Times menghadirkan panggung Hijrah yang diisi para speaker lintas agama, salah satunya Elidawati Oemar. Sebelum label halal ramai di dunia bisnis, pemilik brand Elzatta itu telah membangun bergai lini bisnis, mulai jilbab, travel, hingga makanan. Dalam panggung Hijrah, El berbagi pengalamannya merintis bisnis dan menyikapi berbagai tren fesyen muslim saat ini. Seperti apa keseruannya? Simak terus, ya!

1. Anda merintis karir fesyen hijab sejak 1990. Kenapa tertarik fesyen hijab? Apalagi saat itu bisnis halal juga belum terlalu hype. Apa motivasinya?

Elidawati Oemar Berbagi Pengalaman Membangun Jaringan ElzattaIDN Times/Panji Galih Aksoro

Saya adalah orang yang mengalami gak boleh pakai kerudung di sekolah. Ini sih kayak dongeng tapi beneran. Kalau sekarang kalian punya adik SMA, kuliah, dulu pakai kerudung tuh gak boleh kalau masuk sekolah negeri. Terus kalau masuk pegawai negeri juga gak boleh pakai kerudung, kalau suaminya orang angkatan juga gak boleh istrinya pakai kerudung. Jadi dulu itu kerudung sesuatu yang ditakuti.

Kenapa ditakuti? Karena waktu itu ada phobia kayaknya habis revolusi Iran. Terus muncullah Khomeini, hal seperti itu masuk ke kekhawatiran pihak pemerintah. Tapi pada dasarnya kan orang pakai kerudung juga gak ngapa-ngapain. Kalau ngapa-ngapain, gak pakai kerudung juga bisa ngapa-ngapain. Jadi bukan karena kerudungnya, ya.

Saat selesai kuliah tahun 1988, saya membantu sahabat saya bikin usaha busana muslim. Saya membantu sahabat saya itu karena mau syiar. Jadi gak mikir bisnisnya gimana, tapi gimana membantu orang untuk memudahkan orang-orang yang pakai kerudung mencari busana. Waktu itu mah susah. Kerudung itu ya cuma segi empat, sangat-sangat sederhana.

2. Saat melakukan gebrakan-gebrakan itu, respons yang didapat seperti apa?

Elidawati Oemar Berbagi Pengalaman Membangun Jaringan ElzattaElzatta Hijab Umumkan Kembalinya Citra Kirana Sebagai Muse dalam Koleksi Terbaru “Citra Series”. 28 Oktober 2019. IDN Times/Yolanda Vania

Itu sih gak gebrakan juga. Waktu itu pemain (bisnis fesyen muslim) ada Ida Royani dan Anna Nur Faidah. Di tempat saya, kami pakai manajemen sehingga sampai saat ini perusahaannya eksis dan alhamdulillah sampai sekarang masih berkembang.

Baca Juga: Kembali Gandeng Citra Kirana, Elzatta Hijab Luncurkan Series Terbaru

3. Elzatta dipatenkan pada 2012, sekarang merambah bisnis lainnya seperti makanan, travel. Mengapa? Apa karena melihat banyak saingan di bisnis halal?

Elidawati Oemar Berbagi Pengalaman Membangun Jaringan ElzattaElzatta Hijab Umumkan Kembalinya Citra Kirana Sebagai Muse dalam Koleksi Terbaru “Citra Series”. 28 Oktober 2019. IDN Times/Yolanda Vania

Soal bisnis halal, menurut saya fesyen agak susah dihalalkan. Saya pernah juga kasih sesi materi di BI. Bagaimana saya mau menghalalkan baju kalau bahannya di pabrik tekstil dan itu bukan milik kami? Kan masih harus halalkan pabrik tekstil itu dulu, dan ekosistemnya begitu, baru dari bahan udah jadi masuk ke kami. Oke kalau dari kami proses sampai ke hilirnya bisa jaga atau jamin itu halal. Saya rasa itu penting banget untuk saya sampaikan, saya tidak pernah menyatakan fesyen Elzatta atau Dauky itu bisnis halal.

Terus kenapa merambah ke bidang lain? Saya kan orang yang punya pengalaman bekerja lama, ya, 21 tahun. Saya melihat betapa banyak dan besar peran kita kalau membuka usaha. Ketika saya jadi direktur, saya bisa melihat kehidupan bagaimana karyawan, bagaimana sebuah perusahaan betul-betul berkontribusi terhadap kesejahteraan tidak hanya karyawan, tapi para suppliernya di hulu dan di hilir.

Setelah 21 tahun saya selesai, saya sebenarnya boleh-boleh saja duduk manis di rumah. Suami saya juga Insya Allah bisa penuhi kok kebutuhan kita. Tapi karena pengalaman yang saya miliki langka, gak banyak orang bekerja 21 tahun di bidang yang sama, lalu saya juga punya relasi yang banyak. Gimana nih cara supaya apa yang saya miliki tetap berkontribusi untuk banyak orang? Dari situlah kemudian saya memutuskan buka usaha, dengan support keluarga. Dari awal jelas (tujuan buka usaha) bisa bermanfaat untuk banyak orang, itu yang terus dikejar.

Mengapa makanan halal? Kan yang dihisab pertama kali adalah apa yang kita makan. Kalau saya lihat aduh, kita makan roti, beli roti ke sini nih, halal gak ya? Susah banget nyari yang halal itu. Sehingga akhirnya mulai (buka usaha). Kalau saya ngomong doang, siapa yang mau mulai.

Saya mulai masuk ke bisnis roti, kafe, itu karena bagian dari membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Kedua, bagian dari tanggung jawab saya bahwa halal itu memang harus. Kalau dulunya jilbab itu asing, terus kemudian jadi biasa, nah makanan juga gitu. Makanan halal juga ada di posisi seperti itu. Awalnya orang gak peduli juga halal atau gak, tapi perlahan-lahan saya rasa itu akan tumbuh sebagaimana hijab, tadinya gak dikenal orang menjadi dikenal orang.

4. Bagaimana cara bersaing dengan brand fesyen muslim dari negara-negara lain?

Elidawati Oemar Berbagi Pengalaman Membangun Jaringan ElzattaIDN Times/Panji Galih Aksoro

Brand di mana-mana pasti yang jadi andalan adalah daya saing. Daya saing ini yang harus ditingkatkan. Saya dari tahun ketiga Elzatta saya membuat tagline Elzatta Pesona Hijab Indonesia. Dan itu ke mana-mana saya omongin, saya sampaikan, di toko-toko pasti ada tagline Elzatta Pesona Hijab Indonesia. Itu untuk apa? Karena itu juga yang memang saya pikirkan. Indonesia ini luas banget dan penduduk muslim terbesar di dunia, yang pakai hijab banyak di Indonesia. Bukan saya mengecilkan Singapura, Brunei dan Malaysia, enggak. Tetapi realnya kita punya penduduk besar sekali dan mereka orang-orang yang memang butuh koleksi-koleksi lokal yang lebih baik.

Saya cita-citakan brand saya menjadi brand kebanggaan Indonesia, seperti Jepang dengan Uniqlo-nya, Inggris Mark & Spencer, GAP, dan sebagainya. Jadi kenapa gak kita di Indonesia mempunyai dan membangun konsisten brand yang menjadi kebanggaan Indonesia? Makanya saya pilih Elzatta dan Dauky di level middle, harganya di level middle, karena penduduk Indonesia lebih banyak di level middle ini.

Indonesia ini luas dan penduduknya menyebar. Cita-cita saya adalah di setiap kabupaten minimal ada 2 toko Elzatta. Kenapa? Karena harga terjangkau. Jadi apakah kita khawatir dengan brand asing yang masuk? Harusnya sih gak. Justru kita semakin fokus ke produk sendiri dan semakin memahami customer kita, toh orang luar yang masuk kan belum tahu juga. Dia pendatang. Harusnya kita pemain di lokal terus-menerus mempelajari, mengetahui behaviour customer kita.

5. Ada yang berpendapat bisnis halal saat ini cuma untuk meraup keuntungan di balik label agama. Tanggapannya?

Elidawati Oemar Berbagi Pengalaman Membangun Jaringan ElzattaIDN Times/Panji Galih Aksoro

Itu bergantung alasan masing-masing (pengusaha). Dan real memang ada kok orang yang terjun ke dunia halal tapi just a business. Di mana saja yang namanya demand tinggi pasti pengusaha masuk. Properti demandnya tinggi, pengusaha masuk. Ini kan juga sebuah bisnis.

Tapi untuk saya, halal itu apa? Halal itu kan sebenarnya gak usah diomong-omongin karena kehidupan kita musti halal. Bukan hanya masalah pakaian, makanan. Karena kita ini sebenarnya semuanya berhadapan dengan Allah. Jadi mulai niat kita, bagaimana kita berusaha, bagaimana membangun ekosistem di kantor, culture-nya, justru itu yang kita gak nunggu halal. Jadi kalau ada statement itu, ya gak salah karena setiap orang berbeda niat dalam memulai usaha.

6. Ada saran bagi millennial yang ingin mulai berbisnis?

Elidawati Oemar Berbagi Pengalaman Membangun Jaringan ElzattaElzatta Hijab Umumkan Kembalinya Citra Kirana Sebagai Muse dalam Koleksi Terbaru “Citra Series”. 28 Oktober 2019. IDN Times/Yolanda Vania

Pertama, benerin dulu niatnya. Jadi mau usaha untuk apa? Cari uang saja? Jadi diluruskan dulu niatnya. Kemudian, ya jalan aja. Jangan terlalu banyak teori. Ikuti, jangan takut rugi. Sunatullah, kita mau bekerja apa pun pasti ada turun naik. Sama juga kalau usaha pasti ada kegagalan dan keberhasilan. Terakhir, fokus.

7. Fesyen jadi industri paling banyak menyebabkan polusi di dunia. Adakah langkah-langkah membangun brand yang sustain dan environmental friendly?

Elidawati Oemar Berbagi Pengalaman Membangun Jaringan ElzattaIDN Times/Panji Galih Aksoro

Saya alhamdulillah sudah melakukan lebih dulu di kantor. Jadi kalau di kantor kami, baik di Jakarta atau Bandung gak ada lagi satu botol minuman. Semua karyawan sudah pakai tumbler. Kami sediakan dispenser di mana-mana. Itu memang sesuatu yang gak bisa cepat. Perlu proses 6 bulan. Kita mulai dulu dari corsec, juga dari diri sendiri.

Biasanya di mobil saya banyak air putih (kemasan), tapi gak ada juga sekarang. Kami punya cita-cita yang banyak karena sadar banget betapa fesyen punya limbah dari proses bahan, packaging, sampai ke konsumen. Kami sedang persiapkan, mudah-mudahan secara perlahan bisa kami ubah, mungkin dari packagingnya dulu. Apalagi kami punya kafe yang masih pakai sedotan plastik. Paling tidak, di kantor saya sudah mulai.

 


Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App. Unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Baca Juga: IMS 2020: Elzatta Sukses, Alasan Elidawati Oemar Rambah Bisnis Lain

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya