Faisal Basri: Selama Virus Gak Terkendali, Ekonomi Mustahil Bangkit 

Masyarakat cenderung menahan belanja meski menerima bansos

Jakarta, IDN Times - Ekonom Faisal Basri menilai pengendalian virus corona hal paling krusial saat ini. Menurut dia, kebijakan apa pun akan sulit memulihkan ekonomi selama sektor kesehatan masih sekarat.

"Virusnya sedang mendaki, ekonomi disuruh berlari, ya, tidak bisa. Sekali pun pemerintah memberikan banyak stimulus, tidak begitu efektif. Oke, dunia usaha dibantu, restrukturisasi kredit, atau macam-macam ya, stimulus itu. Namun, dia tidak bisa menjual produknya, kan tidak ada gunanya?," kata Faisal dalam wawancara khusus bersama IDN Times, Selasa (15/9/2020).

1. Ekonomi tak bisa bangkit selama virus belum terkendali

Faisal Basri: Selama Virus Gak Terkendali, Ekonomi Mustahil Bangkit Ilustrasi Pasar (Antara/Livia Kristianti)

Faisal mengatakan, Indonesia saat ini sedang memasuki fase krusial. Kasus COVID-19 setiap hari meningkat dengan kecepatan tinggi. Rata-rata kasus per hari mencapai angka 3000-an. Sementara, angka kematian rata-rata sudah di atas 100.

"Tidak ada satu negara pun yang berhasil atau yang berani, kecuali beberapa negara saja, seperti Amerika Serikat, yang berani melonggarkan pembatasan sosial tatkala kasus sedang tinggi-tingginya, sedang meningkat gitu. Jadi kita ini sedang mendaki, tapi kita disuruh lari, kan ya tidak bisa. Ekonomi tidak bisa," katanya.

Baca Juga: Pernyataan Kontradiktif Presiden Jokowi selama Pandemik COVID-19

2. Masyarakat cenderung menahan belanja kendati pemerintah memberikan stimulus ekonomi

Faisal Basri: Selama Virus Gak Terkendali, Ekonomi Mustahil Bangkit Ilustrasi Pasar (IDN Times/Besse Fadhilah)

Untuk memulihkan ekonomi, kata Faisal, pemerintah mendorong masyarakat untuk belanja karena itu komponen terbesar di dalam PDB. Stimulus ekonomi diberikan dalam berbagai bentuk, mulai dari bansos tunai, subsidi gaji bagi pegawai yang bergaji di bawah Rp5 juta, Kartu Prakerja, dan sebagainya.

Namun, lanjutnya, masyarakat cenderung menahan belanja lantaran bantuan itu tidak diberikan setiap bulan atau sepanjang tahun.

"Oleh karena itu, kalau coronanya masih lama, masyarakat berpikir 'bahaya nih, saya harus berjaga-jaga lebih banyak'. Jadi buat berjaga-jaga, tabungan di bank naik. Dana pihak ketiga di bank naik, tetap konsisten 8 persen, sementara pertumbuhan kreditnya turun mencapai level terendah pada bulan Juni, hanya 1,5 persen. Oleh karena itulah, dunia perbankan secara keseluruhan tidak mengalami masalah likuiditas. Likuiditas tersedia, tapi tidak ada yang meminjamkan atau perbankan-nya hati-hati," jelas Faisal.

3. Ekonomi bakal pulih asal pandemik COVID-19 mampu dikendalikan

Faisal Basri: Selama Virus Gak Terkendali, Ekonomi Mustahil Bangkit Ilustrasi tes usap atau swab test. IDN Times/Bagus F

Menurut Faisal, hampir semua negara mengalami resesi. Hanya ada beberapa negara yang tidak mengalami resesi, misalnya Tiongkok, Korea Selatan, dan Vietnam. Negara-negara tersebut dinilai berhasil menangani pandemik COVID-19 kendati tidak ada yang benar-benar berpengalaman. Mereka bisa memulihkan ekonomi karena telah mengelola virusnya dengan baik terlebih dahulu.

"Langkah paling bagus untuk menggerakkan ekonomi adalah tatkala pemerintah telah mampu mengendalikan virus, itu kuncinya. Sepanjang virus tidak bisa dikendalikan atau belum bisa dikendalikan atau belum menunjukkan tanda-tanda yang membuat masyarakat maupun dunia usaha confident bahwa pemerintah mampu mengawasinya, mengendalikannya, ekonomi akan sulit dan kebijakan apa pun akan tumpul," kata Faisal.

Baca Juga: Luhut Sebut Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Bagaikan Seni

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya