Indonesia Terancam Kutukan Middle-Income Trap

Kebijakan moneter BI perlu ditinjau ulang agar menggairahkan

Jakarta, IDN Times - Peneliti INDEF Dzulfian Syafrian mengatakan Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen jika ingin terbebas dari kutukan ‘middle-income trap’ alias risiko "tua sebelum kaya". Untuk itu, Bank Indonesia diminta mengeluarkan kebijakan suku bunga yang ekspansif.

"Jika BI ragu takut untuk merelaksasi kebijakan moneternya, BI turut berdosa membuat perekonomian kita hanya tumbuh segitu-gitu saja. Dalam jangka panjang, akumulasi dosa ini dapat berakibat membuat masyarakat Indonesia akan tua sebelum kaya," kata Dzulfian.

1. Jangan sampai sebagian besar penduduk tua sebelum kaya

Indonesia Terancam Kutukan Middle-Income Trapunsplash.com/solimonster

Dzulfian menambahkan, ancaman tua sebelum kaya ini sangat berbahaya. Sebab, ketika penduduk suatu negeri telah menua, mereka sudah tidak lagi produktif. Akibatnya, negara harus siap menyediakan berbagai fasilitas ketika para warganya ini sudah menjadi kakek-nenek.

"Jaminan kesehatan dan hari tua yang terjangkau, dana pensiun yang cukup untuk bertahan hidup, fasilitas untuk para duafa, pantai jompo yang layak adalah beberapa tantangan yang mesti disiapkan sebelum penduduk kita menua," ungkapnya.

2. Indonesia perlu memanfaatkan bonus demografi saat ini

Indonesia Terancam Kutukan Middle-Income Trapunsplash/Annie Spratt

Saat ini, Indonesia dianugerahi bonus demografi. Namun, bonus demografi diprediksi akan berakhir pada 2060 ketika Indonesia akan memasuki masa yang dikenal dengan istilah ‘aging population’ atau era generasi milenial sudah menua.

3. Pendapatan per kapita Indonesia masih jauh dari ideal

Indonesia Terancam Kutukan Middle-Income TrapIDN Times/Sukma Shakti

Belajar dari Jepang dan Korea, kata Dzulfian, Indonesia mesti mencapai pendapatan per kapita sekitar USD40.000 sebelum era bonus demografi berakhir. Sementara, saat ini pendapatan per kapita masih sekitar $12.000.

"Jadi, masih jauh sekali dari posisi ideal. Konsekuensinya, otoritas, baik pemerintah dan BI mesti kerja lebih keras untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar tidak stagnan di level 5 persen seperti yang terjadi beberapa tahun belakangan ini," kata dia.

4. Apakah kebijakan moneter BI sudah bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi?

Indonesia Terancam Kutukan Middle-Income TrapANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Peneliti INDEF M Rizal Taufikurrahman mengatakan kebijakan moneter BI yang mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6,00 persen perlu ditinjau ulang, apakah menggairahkan kinerja sektor riil atau sebaliknya.

"Utamanya terhadap investasi yang semakin membaik. Apalagi tahun ini adalah tahun yang sangat tergantung pada sektor riil untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi sesuai target APBN2019, yaitu 5,3 persen," kata dia.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya