Investor Asing Tinggalkan Sektor yang Penuh Tenaga Kerja, Mengapa?

Investor mulai beralih ke sektor jasa

Jakarta, IDN Times - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus investor asing kian meninggalkan sektor primer dan sekunder. Padahal, tenaga kerja di kedua sektor itu paling banyak. Menurut Ahmad, investasi ke lapangan kerja semakin 'tidak terlihat'.

"Pada kuartal kedua, tenaga kerja sebanyak 255 ribu orang. Kalau kuatal kedua tahun lalu 289 ribu orang. Artinya, terjadi penurunan, sedangkan investasinaik dari 176 triliun ke 200 triliun. Pertanyaannya, investasi model apa yang masuk ke Indonesia?" ujar Ahmad dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (7/8).

1. Penanaman modal asing jeblok

Investor Asing Tinggalkan Sektor yang Penuh Tenaga Kerja, Mengapa?IDN Times/Indiana Malia

Ahmad mengatakan, sektor primer dan sekunder di mana tenaga kerja banyak terserap (50 persen) dan struktur produk domestik bruto (50 persen), semakin ditinggalkan investor asing. Penanaman modal asing (PMA) pun jeblok sampai 20,2 persen.

"Ini data kuartal pertama tapi masih related," ujarnya.

Baca Juga: Tahun Ini, Pertumbuhan Ekonomi RI Diprediksi Hanya 5,1 Persen

2. Terjadi pergeseran investasi ke sektor jasa

Investor Asing Tinggalkan Sektor yang Penuh Tenaga Kerja, Mengapa?IDN Times/Indiana Malia

Menurut Ahmad, ada pergeseran struktur yang semula di sektor padat--primer dan sekunder, beralih ke sektor tersier seperti jasa keuangan, perdagangan, dan lain-lain.

"Ini indikasi kenapa investasi yang masuk kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja semakin sedikit. Ini mencerinkan, investor yang masuk ke sini mencari sektor tersier yang capital intensive, banyak diperlukan capital dibandingkan labour," ungkapnya.

3. Ekspor mengalami penurunan

Investor Asing Tinggalkan Sektor yang Penuh Tenaga Kerja, Mengapa?ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Padahal, lanjut Ahmad, semakin banyak investasi diharapkan semakin tinggi pula pertumbuhan industri. Selain itu, ekspor juga bisa semakin didorong.

"Tapi net ekspor yang menjadi komponen pertumbuhan ekonomi semakin menunjukkan penurunan. Harusnya berkontribusi positif, malah negatif. Ini mereduksi PDB," katanya.

4. Perekonomian triwulan II melambat

Investor Asing Tinggalkan Sektor yang Penuh Tenaga Kerja, Mengapa?IDN Times/Auriga Agustina

Perekonomian Indonesia pada triwulan II melambat. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, hal itu lantaran terpengaruh kondisi ekonomi global pada periode yang sama yang juga menunjukkan perlambatan.

"Ekonomi mitra dagang Indonesia, seperti China, Amerika Serikat, Singapura, dan Korea Selatan mengalami pertumbuhan lebih lambat ketimbang periode yang sama pada tahun sebelumnya. China pada triwulan II 2019 hanya tumbuh 6,2 persen. Angka itu melambat ketimbang triwulan II tahun sebelumnya yang mencapai 6,7 persen," kata Suhariyanto di Gedung BPS, Senin (5/8).

BPS mencatat pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2019 sebesar 5,05 persen secara year on year. Sementara, pertumbuhan ekonomi triwulan II terhadap triwulan I 2019 terhitung sebesar 4,2 persen. 

“Dengan demikian, secara kumulatif pertumbuhan ekonomi adalah 5,06 persen,” ujarnya.

Baca Juga: INDEF: Penurunan Suku Bunga BI Tak Akan Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

5. Pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibanding triwulan I

Investor Asing Tinggalkan Sektor yang Penuh Tenaga Kerja, Mengapa?IDN Times/Auriga Agustina

Menurut dia, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2019 lebih lambat ketimbang triwulan I 2019 yang mencapai 5,07 persen dan triwulan III 2018 yang mencapai 5,06 persen. 

Secara spasial, pertumbuhan ekonomi triwulan II 2019 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang berkontribusi terhadap produk domestik bruto sebesar 59,11 persen. Sementara, pertumbuhan di wilayah Maluku dan Papua masih mengalami kontraksi sebesar -13,2 pesen. 

Baca Juga: Perekonomian Indonesia Melambat, Mengapa?

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya