Jangan Panik! Ini Strategi Investasi di Tengah Gejolak Virus Corona 

Kenali dulu profil risikomu, baru berinvestasi

Jakarta, IDN Times - Pasar keuangan global dan domestik melewati bulan Februari 2020 dengan berat. Isu penyebaran virus corona terus membayangi sepanjang bulan. Selain itu, pasar semakin tertekan di akhir bulan karena meningkatnya kasus infeksi virus corona di luar Tiongkok.

Namun, tetap tenang dan jangan panik. Ada strategi investasi yang dapat dilakukan di tengah ketidakpastian pasar. Apa saja itu?

Baca Juga: BI: Virus Corona Akan Berdampak Terhadap Pariwisata dan Investasi 

1. Investor berprofil risiko moderat dapat menambah portofolio di obligasi

Jangan Panik! Ini Strategi Investasi di Tengah Gejolak Virus Corona Ilustrasi investasi (IDN Times/Mia Amalia)

Pasar saham Indonesia terkoreksi cukup dalam dengan IHSG anjlok -8,20 persen pada bulan lalu. Sementara, indeks obligasi pemerintah Indonesia (BINDO) cenderung flat dengan kinerja +0,12 persen. Volatilitas pasar juga cenderung meningkat di tengah ketidakpastian yang terjadi.

"Kami merekomendasikan investor yang memiliki profil risiko moderat untuk sementara dapat menambahkan atau mengalihkan porsi portofolionya ke dalam instrumen pendapatan tetap, yakni obligasi," ungkap Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya dalam keterangannya, Senin (9/3).

2. Investor berprofil risiko agresif dapat menambah dan menyeimbangkan aset saham

Jangan Panik! Ini Strategi Investasi di Tengah Gejolak Virus Corona Ilustrasi investasi. (IDN Times/Mia Amalia)

Ivan menyarankan, strategi investasi yang dapat dilakukan pada bulan ini adalah stay in the market. Investor dapat menambah serta menyeimbangkan kembali porsi kelas aset saham di dalam portofolio yang tergerus. Menurut Ivan, koreksi yang sedang terjadi saat ini dapat dimanfaatkan oleh investor yang memiliki profil risiko agresif.

Sain itu, investor berprofil risiko moderat bisa memperbesar ataupun mengalihkan portofolionya ke dalam kelas aset obligasi. Sebab, obligasi cenderung memiliki volatilitas yang lebih rendah dibandingkan kelas aset saham.

3. Obligasi memiliki tiga keuntungan bagi investor

Jangan Panik! Ini Strategi Investasi di Tengah Gejolak Virus Corona Ilustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Obligasi merupakan surat utang yang berisi janji dari penerbit surat utang untuk membayar sejumlah imbalan berupa bunga dalam suatu periode tertentu. Pokok utang akan dilunasi pada waktu yang telah ditentukan kepada pembeli surat utang tersebut. Dengan demikian, ada tiga keuntungan bagi investor.

Pertama, investor akan mendapatkan kupon secara berkala. Tingkat kuponnya biasanya lebih tinggi dari bunga deposito. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kupon seperti kredibilitas penerbit, jangka waktu obligasi, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga acuan. Kedua, berpotensi memperoleh capital gain jika obligasi tersebut dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Ketiga, risiko yang lebih rendah dibandingkan instrumen saham.

"Harga obligasi di pasar sekunder cenderung memiliki volatilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan instrumen saham. Bahkan untuk obligasi yang diterbitkan pemerintah para pelaku pasar sepakat bahwa instrumen tersebut merupakan instrumen yang bebas risiko alias risk free," ujar Ivan.

Pada bulan Maret ini, pemerintah telah menerbitkan Sukuk Negara Ritel dengan seri SR012. SR012 ini ditawarkan pemerintah sejak 24 Februari lalu dengan masa pemesanan 24 Februari-18 Maret 2020. Kupon yang ditawarkan 6,3 persen dengan tenor 3 tahun. Investor dapat membeli SR012 ini kapan saja selama masa penawaran.

Baca Juga: Ada Virus Corona, Kucuran Investasi dari Tiongkok Bisa Raib Rp6,9 T

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya