Jatuh Bangun Ayu Pertahankan Kampez Group tanpa Merumahkan Karyawan

Omzetnya turun sampai 90 persen

Jakarta, IDN Times - Merintis suatu bisnis memang membutuhkan mental baja. Itulah yang dirasakan Ayu Zulkarnaen, pemilik usaha Kampez Group di Jember, Jawa Timur. Perempuan 24 tahun tersebut sudah enam tahun jatuh bangun membangun bisnisnya.

Bermula dari iseng, bisnis kuliner yang dinamainya Kampez Group mencapai masa kejayaan sampai terperosok imbas COVID-19. Namun, Ayu tak pernah menyerah. Apa pun dia lakukan demi mempertahankan usahanya.

Baca Juga: Kisah Sukses Pria Singapura Dirikan Bisnis Kesehatan di Indonesia

1. Ide jualan bermula dari suka jajan dan jalan-jalan

Jatuh Bangun Ayu Pertahankan Kampez Group tanpa Merumahkan KaryawanOwner Kampez Group, Ayu Zulkarnaen. (Dok.Kampez Group)

Ayu mulai membuka usaha saat kelas 2 SMA, tepatnya pada 4 Maret 2014. Meminjam teras toko baju papanya, ia berjualan jus buah dan capuccino cincau di gerobak berukuran 1,5x1 meter.

"Jus buah harganya Rp3 ribu, kalau capuccino cincau Rp4 ribu. Di situ aku mulai bagi waktu antara sekolah dan jualan," kata Ayu.

Ayu lantas memilih nama Kampez untuk usahanya. Kampez merupakan akronim dari Kampung Es. Saat ini, Kampez telah dipatenkan di HAKI. "Emang aneh, sih, kalau dibalik jadi sempak, haha. Tapi nama ini bawa hoki. Orang kan jadi penasaran, kepo, akhirnya mampir," tuturnya.

Karena dagangan Ayu semakin laris, akhirnya papanya memutuskan menutup toko baju dan memperluas bisnis minuman. Toko yang semula berisi baju diganti meja dan kursi buat pelanggan. Lambat laun, Ayu bisa mengontrak dua toko di Kecamatan Jenggawah.

"Awal ide jualan itu karena suka jalan-jalan, apalagi saat itu sedang booming minuman yang temanya capuccino cincau. Karena respons pasar makin bagus, kami tambah menu seperti nasi goreng, roti bakar, soto, lalapan, dan banyak macamnya," ungkapnya.

2. Ayu membuka cabang Kampez Group di Kecamatan Ambulu

Jatuh Bangun Ayu Pertahankan Kampez Group tanpa Merumahkan KaryawanKampez Group (Dok.Kampez Group)

Pada  7 Maret 2018, Ayu membuka cabang Kampez Group di Kecamatan Ambulu. Lantaran modal yang dimilikinya saat itu terbatas, ia lantas berjualan sendirian menggunakan gerobak portable. Dari laba penjualan selama sebulan, ia berhasil mengontrak satu toko di tempat yang cukup strategis.

"Menu andalanku di sini adalah nasi goreng. Proses masaknya pakai kompor yang bisa muter dan ngaduk nasi sendiri, jadi pegawai gak capek. Ini satu-satunya di Jember loh," kata Ayu.

Saat memulai usaha, Ayu membutuhkan modal sekitar Rp2 juta. Uang itu digunakan untuk membuat gerobak dan peralatan lainnya. Sementara, peralatan dapur seperti blender, gelas, sendok, dan pisau mengambil dari rumah.

"Nah, hasil jualan di Kampez Ambulu itu buat beli peralatan dan perlengkapan. Jadi modalnya perlahan-lahan saja. Aku gak langsung pakai modal gede karena sambil cari peluang, apakah mereka mau produk ini. Jadi modalnya memang gak terlalu banyak," kata Ayu.

3. Ayu meraup untung Rp168 ribu saat pertama kali berjualan

Jatuh Bangun Ayu Pertahankan Kampez Group tanpa Merumahkan KaryawanOwner Kampez Group, Ayu Zulkarnaen. (Dok.Kampez Group)

Saat pertama kali berjualan dari pukul 9 pagi hingga 9 malam, Ayu mendapatkan omzet Rp168ribu di Kampez Jenggawah. Sementara, omzet pertama saat berjualan di Kampez Ambulu hanya Rp60 ribu. Namun, Ayu tak menyerah begitu saja. Lambat laun, dia berhasil mengantongi omzet Rp3 juta per hari.

Saat awal membuka usaha, Ayu hanya berpikir "Wah, enak juga nih buka usaha bisa bikin kaya". Namun, sekarang mindset itu berubah. Kalau dia bisa kaya, dia harus bisa memberi lapangan pekerjaan untuk orang lain.

"Yah, bermanfaat untuk orang lain begitu," ungkapnya.

Baca Juga: [WANSUS] Kisah Elisa Prajogo, Ahli Strategi di Startup Teknologi

4. Risiko berbisnis, mulai rugi bahan baku, uang, sampai kena penipuan

Jatuh Bangun Ayu Pertahankan Kampez Group tanpa Merumahkan KaryawanKampez Group Ambulu (Dok.Kampez Group)

Berbisnis ternyata tidak semudah yang Ayu bayangkan. Dia mengenang saat pertama kali berjualan. Selain sepi pengunjung, banyak pula yang mempertanyakan harga dagangannya yang dinilai mahal. Ayu mematok harga minumannya Rp4 ribu, sementara pedagang lain masih berkisar seribuan.

"Tetapi karena ada komunitas teman-teman sekolah, teman-teman Mama dan Papa, mereka diajak, kenalin produk, sampai akhirnya sekarang bisa memperkenalkan Kampez Group ke banyak orang. Kalau sekarang tuh jualan gampang, bisa promosi lewat media sosial. Kalau dulu masih dari mulut ke mulut dan pakai banner. Twitter aja gak punya," katanya.

Selain sepi peminat di awal buka usaha, Ayu juga kerap merugi. Rugi bahan baku, uang, dan tenaga. Bahkan, dia juga pernah menjadi korban penipuan. Namun, hal itu dijadikan sebagai batu loncatan agar bisnisnya bisa tumbuh lebih baik lagi.

"Ada yang pernah ngaku-ngaku anggota polisi, pesan nasi 50 boks. Seneng banget waktu itu, karena di Kampez memang banyak juga pelanggan dari anggota polisi. Pas pesanannya mau kami antar, oknum itu malah minta dibeliin pulsa sekalian. Karena curiga, akhirnya aku telepon salah satu polisi. Katanya gak ada acara di tempatnya. Lemes banget, sih, akhirnya nasi box itu aku bagi-bagiin aja," kenangnya.

5. Omzet bisnis ambles saat dihantam pandemik COVID-19

Jatuh Bangun Ayu Pertahankan Kampez Group tanpa Merumahkan KaryawanIlustrasi. (IDN Times/Arief Rahmat)

Berbisnis memang tak mudah, harus tahan banting saat pasang maupun surut. Tidak terkecuali saat Indonesia dihantam pandemik COVID-19. Ayu mengaku sempat stres dan depresi, apalagi saat itu dia baru saja melahirkan.

"Ampun, rasanya bertahan saat pandemik itu antara hidup dan mati. Apalagi usahaku di desa. Ketika COVID-19 datang, Jember sempat sepi total. Jalanan sampai gak ada orang sama sekali," katanya.

Omzet sehari yang biasanya mencapai Rp3 juta, ketika dihantam COVID-19 ambles jadi Rp150 ribu sehari. Padahal, Ayu berjualan mulai pukul 9 pagi hingga pukul 9 malam.

"Stres banget dan mikir gimana caranya bayar pegawai, bayar operasional pakai uang apa. Ternyata, ya, memang bukan hanya aku saja yang terdampak. Semua kena," tuturnya.

6. Meski bisnisnya surut, Ayu tak sampai hati merumahkan karyawan

Jatuh Bangun Ayu Pertahankan Kampez Group tanpa Merumahkan KaryawanIlustrasi rugi (IDN Times/Arief Rahmat)

Imbas pandemik COVID-19, bisnis Ayu memang belum pulih sepenuhnya. Omzetnya anjlok sampai 90 persen. Hal itu diperparah dengan cuaca yang tak bersahabat akhir-akhir ini.

"Kalau sudah kena hujan dan banjir jadi sepi. Gak ada orang keluar sama sekali, orang bisa berhari-hari gak keluar karena jalanan juga rusak parah. Aku berharap pemda bisa melakukan perbaikan jalan. Kalau masyarakat gak bisa keluar rumah, daya beli turun. Ini mempengaruhi usaha banyak orang, apalgi biaya operasional terlanjur keluar," ungkapnya.

Namun, Ayu tetap pantang menyerah. Awalnya dia memang sempat down karena menanggung delapan karyawan. PHK juga bukan opsi terbaik. Dia pun memutar otak untuk mempertahankan bisnisnya.

"Akhirnya aku mencoba mulai bikin catering, sistem delivery order, promo-promo, banyak hal lainnya untuk bangkit. Aku muter otak banget agar gak sampai merumahkan karyawan. Meski situasi naik turun, aku harus bisa buat karyawan tetap nyaman," kata Ayu.

Ayu tak pernah kepikiran untuk merumahkan karyawan. Sebab, mereka telah membersamai Ayu saat merintis bisnis hingga berada di puncak.

"Kalau aku merumahkan mereka, itu sama saja kayak aku gak punya rasa terima kasih. Kan mereka juga berjuang buatku," tuturnya.

7. Kunci berbisnis adalah tahan banting dan tidak mudah goyah

Jatuh Bangun Ayu Pertahankan Kampez Group tanpa Merumahkan KaryawanKampez Group. (Dok.Kampez Group)

Hingga kini, Ayu masih berusaha keras untuk mempertahankan bisnisnya. Menurut dia, memulai bisnis di zaman sekarang itu sangat mudah. Sudah banyak platform media sosial yang dapat membantu membangun bisnis.

"Dulu gak ada media sosial, sekarang semua serba mudah. Ada banyak kemudahan untuk buka usaha, yang penting mantepin ide dan hati. Jangan goyah. Mental memang bakal naik turun, tetapi ketika sudah yakin, kita akan bangkit. Jatuh boleh, sedih boleh, tapi sebentar saja. Kita tetap harus bangkit lagi karena kita melihat ke depan, bukan ke belakang," kata Ayu.

Baca Juga: Kisah Sukses CEO Gelora.id, Mencari Cuan dari Keringat di Lapangan

Topik:

  • Hana Adi Perdana
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya