Jelang New Normal, Ekspor Kerapu Menggeliat Lagi

Permintaan pasar memacu produksi ikan kerapu di sektor hulu

Jakarta, IDN Times - Kegiatan ekspor kerapu diprediksi kembali naik seiring rencana implementasi new normal atau normal baru. Sebanyak 16,72 ton ikan kerapu  senilai US$ 100.326 hasil budidaya dari Kepulauan Natuna-Provinsi Kepulauan Riau kembali diekspor ke Hongkong melalui jalur laut dari Pelabuhan Muat Sedanau.

Aktivitas ekspor kerapu kembali menggeliat setelah sebelumnya lesu saat puncak wabah COVID-19 yang melanda Tiongkok selama triwulan 1 tahun 2020.

Bongkar muat ekspor dilakukan secara ketat dengan menerapkan protokol COVID-19 dan menggunakan dua kapal angkut berbendera hongkong, yakni MV. Cheung Kam Wah dan Cheng Wai Hing.

1. Permintaan pasar memacu produksi ikan kerapu di sektor hulu

Jelang New Normal, Ekspor Kerapu Menggeliat LagiAktivitas ekspor kerapu ke Hongkong. (Dok. KKP)

Baca Juga: Yang Mau Bisnis di Bidang Perikanan, KKP Buka Akses Permodalan! 

Eksportir Kerapu yang juga pemilik PT Putri Ayu Jaya, Eko Prihananto mengatakan, ekspor kerapu dari Natuna terus dilakukan secara berkala. Menurutnya, market demand yang mulai normal telah memacu produksi ikan kerapu di sektor hulu.

"Saya rasa ini sangat menggembirakan, dan kondisi ke depan saya prediksi aktivitas ekspor kerapu akan makin baik. Kita sempat mengalami penurunan ekspor yang signifikan. Saya rasa ini momen proses produksi untuk kembali bangkit," ujar Eko dalam keterangan tertulis, Kamis (4/6).

2. Permintaan ekspor diprediksi bakal meningkat

Jelang New Normal, Ekspor Kerapu Menggeliat LagiMasyarakat yang sempat melakukan penghadangan terhadap kapal yang akan mengambil ikan kerapu (IDN Times/ istimewa)

Sementara itu, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto optimistis ekspor hasil produksi budidaya akan kembali bangkit memasuki era normal baru. Itu menunjukkan aktivitas ekonomi mulai bergerak. Menurut dia, ini bisa terlihat dari tren permintaan pasar yang sudah mulai terbuka.

"Market mulai ada titik terang, mulai terbuka. Mudah-mudahan di era new normal ini sumbatan rantai pasok bisa lancar. Dengan demikian, proses produksi di hulu akan kembali bergeliat," ungkap Slamet.

Ia juga memastikan demand untuk pasar ekspor akan naik, bahkan bisa jadi akan lebih tinggi dibanding sebelumnya. Pandemik COVID-19, menurut Slamet, telah memberikan dampak negatif bagi suplai pangan. Oleh karena itu, saat mulai masuk normal baru diprediksi ada efek kejut terhadap permintaan, khususnya untuk komoditas ekonomi tinggi seperti kerapu.

"Era new normal saya prediksi akan memberikan daya ungkit bagi permintaan ekspor. Tentu saat ini konsumen global sangat membutuhkan pangan termasuk ikan setelah sebelumnya suplai terganggu akibat penerapan lockdown di berbagai negara. Ini yang akan kita tangkap peluangnya. Kita genjot produksi komoditas unggulan ekspor seperti kerapu," ujarnya.

3. Era normal baru akan mengubah pola perilaku konsumen

Jelang New Normal, Ekspor Kerapu Menggeliat LagiIlustrasi ikan kerapu. (yummy.co.id)

Namun demikian, Slamet mengingatkan, era normal baru tentu akan mengubah pola atau perilaku konsumen. Salah satunya semakin ketatnya non tarif barrier akibat pergeseran pola konsumsi masyarakat global. Hal itu dipastikan akan memperketat pilihan produk berdasarkan kualitas dan jaminan keamanan pangan.

"Yang perlu diantisipasi yakni persyaratan non tarif barrier yang semakin rigit. Oleh karenanya, konsistensi dalam menjaga mutu dan jaminan keamanan pangan mutlak dilakukan. Sertifikasi proses budidaya (CBIB) termasuk penerapan protokol COVID-19 dalan proses produksi harus konsisten dilakukan," kata dia.

 

Baca Juga: Kontroversi Ekspor Benih Lobster, Menteri KKP Klaim Regulasi Aman

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya