Apa Itu Saham Gorengan yang Disebut dalam Kasus Jouska? Ini Cirinya

Harga tak wajar, tidak likuid, dan kerap bermasalah

Jakarta, IDN Times - Istilah saham gorengan kembali ramai diperbincangkan publik. Kali ini, perkara kerugian ratusan juta yang dikeluhkan klien PT Jouska Finansial Indonesia. Perusahaan financial advisory itu dituding telah bertanggung jawab atas pengelolaan dana kliennya dalam investasi saham.

Jouska disebut para klien, telah mengotak-atik dana mereka untuk beinvestasi di saham LUCK yang akhirnya membuat portofolio investasi mereka merah. Saham emiten PT Sentral Mitra Informatika Tbk yang berkode LUCK itu disebut sebagai saham gorengan. LUCK juga sempat tercatat sebagai unusual market activity (UMA) di Bursa Efek Indonesia.

Sebelumnya, praktek saham gorengan juga sempat ramai pada skandal Jiwasraya tahun lalu. Tak lama, Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri) yang tersangkut skandal dugaan korupsi juga dikaitkan dengan saham mereka yang terindikasi gorengan. 

Sebanyak delapan kode saham PT Asabri pernah berpredikat UMA atau tidak wajar. Di antaranya IIKP, INAF, NIKL, PCAR, FIRE, SMRU, KEAF, dan ICON. Diduga beberapa dari kode saham itu masuk kategori saham gorengan.  

Lantas, apa itu saham gorengan? Dilansir dari laman idx.co.id, saham-saham bervolatilitas tinggi dan tidak didukung oleh fundamental dan informasi memadai disebut saham gorengan. Lantas, bagaimana mengenali ciri-cirinya?

1. Harga saham bergerak naik dan turun sangat cepat

Apa Itu Saham Gorengan yang Disebut dalam Kasus Jouska? Ini CirinyaIlustrasi memantau pergerakan saham. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Harga saham gorengan kerap naik dan turun sangat cepat. Selain itu, harga saham gorengan biasanya diperjualbelikan sangat murah. Misalnya, harga saham X yang semula Rp100 tiba-tiba bergerak ke angka Rp500. Namun, dalam hitungan jam bisa anjlok di harga Rp50 per lembar saham.

Investor perlu waspada terhadap saham-saham seperti itu. Sebab, pergerakan harganya sangat tidak wajar. Selain itu, tidak disertai analisis pasar yang jelas.

Baca Juga: Profil Aakar Abyasa, Bos Jouska yang Dituding Mainkan Saham Gorengan

2. Harga saham digerakkan oleh rumor

Apa Itu Saham Gorengan yang Disebut dalam Kasus Jouska? Ini CirinyaPengunjungi mengamati layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Desas-desus atau rumor saham kerap diembuskan oleh para bandar. Mereka mengincar para investor untuk membeli saham tertentu agar harganya melonjak. Misalnya, muncul isu akuisisi saham perusahaan A kepada perusahaan B. Dari isu tersebut, investor ritel berbondong-bondong membeli sahamnya. Otomatis, harga saham naik drastis. Saat itulah bandar untung besar. Setelah saham dilepas, harganya kembali anjlok.

Oleh sebab itu, investor perlu mempelajari analisis teknikal dan fundamental sebelum membeli saham. Dengan demikian, investor akan terhindar dari saham gorengan. Jadi, jangan beli saham hanya sekadar dari isu saja, ya!

3. Saham tidak likuid dan kerap bermasalah

Apa Itu Saham Gorengan yang Disebut dalam Kasus Jouska? Ini CirinyaPengunjungi berjalan di samping layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Ini juga perlu dipahami oleh para investor. Saham gorengan biasanya tidak likuid alias susah dicairkan. Berbeda dengan saham lainnya, saham gorengan juga jarang aktif dalam perdagangan sehari-hari.

Selain itu, saham gorengan juga kerap bermasalah. Misalnya, terlilit utang, disuspensi Bursa Efek Indonesia, dan tidak terbuka pada publik. Kapitalisasi saham yang dimiliki juga jauh lebih kecil dibanding saham lainnya. Misalnya, saham B kapitalisasi Rp100 miliar, sementara saham C kapitalisasi Rp1 triliun.

Dikutip dari moneysmart.id, kapitalisasi pasar yaitu jumlah saham sebuah emiten yang beredar dikalikan dengan harga saham perusahaan tersebut. Misalnya, saham yang beredar emitem B mencapai 1.000.000.000 lembar. Harganya Rp100 per lembar saham. Itu artinya 1.000.000.000 lembar x Rp 100= Rp 100 miliar.

Para analis mengkategorikan emiten mana saja yang berkapitalisasi pasar besar, menengah, dan kecil. Untuk emiten berkapitalisasi besar yaitu nilainya di atas Rp4 triliun. Emiten berkapitalisasi menengah Rp2 triliun hingga Rp4 triliun. Dan untuk emiten berkapitalisasi kecil nilainya di bawah Rp1 triliun.

Nah, saham-saham yang berkapitalisasi kecil inilah yang kerap dibidik bandar untuk digoreng. Jadi, hati-hati ya sebelum berinvestasi!

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App. Unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Baca Juga: Disebut Main Saham Gorengan, Ternyata Jouska Bukan Manajer Investasi

Topik:

  • Sunariyah
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya