Kerja Sama dengan EU CEPA, RI Mau  Dongkrak Produksi Kopi dan Kakao 

Produktivitas kopi dan kakao masih stagnan

Jakarta, IDN Times - Kemitraan Indonesia dengan European Union (EU) dalam Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) diharapkan mampu mendatangkan manfaat untuk kedua belah pihak, terutama dalam bidang ekonomi. Uni Eropa merupakan salah satu mitra dagang strategis Indonesia.

"Ekspor utama Indonesia ke Uni Eropa termasuk produk pertanian, di antaranya adalah kakao dan kopi," ungkap Chairwoman CIPS Saidah Sakwan di Jakarta, Selasa (17/9).

1. Produksi kakao Indonesia masih stagnan

Kerja Sama dengan EU CEPA, RI Mau  Dongkrak Produksi Kopi dan Kakao IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Menurut Saidah, kerja sama Indonesia–Uni Eropa dalam skema CEPA di bidang pertanian seharusnya bisa diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan melalui peningkatan produktivitas. Proses transfer pengetahuan dan keahlian diharapkan bisa membantu meningkatkan produktivitas komoditas pangan, termasuk kakao dan kopi.

"Produksi kakao Indonesia yang terbilang stagnan perlu mendapatkan perhatian," ujarnya.

Baca Juga: Mentan Amran Genjot Peningkatan Produksi Kakao dan Kopi 

2. Petani kakao lokal perlu jaminan atas akses pasar

Kerja Sama dengan EU CEPA, RI Mau  Dongkrak Produksi Kopi dan Kakao IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Saidah mengatakan, petani kakao lokal membutuhkan beberapa hal. Di antaranya adalah perlu melakukan proses fermentasi biji kakao dan jalan untuk mendapatkan jaminan atas akses pasar. Menurut dia, fermentasi biji kakao masih jarang dilakukan oleh petani lokal.

"Padahal proses ini sangat penting untuk mendapatkan produk turunan biji kakao yaitu bubuk kakao. Dengan demikian, proses ini juga memperluas pangsa pasar kakao Indonesia," kata dia.

Menurut Saidah, adanya added value pada kakao akan membuka kesempatan yang lebih luas kepada para petani lokal untuk bisa menjangkau pasar Eropa. "Kakao olahan juga memiliki harga jual yang lebih tinggi daripada biji kakao," imbuhnya.

3. Petani lokal butuh pendampingan lapangan

Kerja Sama dengan EU CEPA, RI Mau  Dongkrak Produksi Kopi dan Kakao IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Selain itu, lanjut Saidah, petani lokal membutuhkan pendampingan lapangan dan informasi berdasarkan riset mengenai benih apa yang bagus untuk ditanam. Hal ini dilakukan agar para petani boleh mendapatkan sertifikasi internasional yang akan menjamin produk kakao berkualitas tinggi. Dengan demikian, bisa dilirik pembeli besar skala internasional.

Berdasarkan data yang diungkapkan Atase Pertanian Indonesia untuk Belgia pada Juni 2019 lalu, nilai ekspor kakao Indonesia ke Uni Eropa pada 2018 mencapai US$215, 2 juta. Nilai ini mengalami peningkatan sebesar 22 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar US$201,7.

"Angka ini baru satu persen dari total nilai impor Uni Eropa (UE) untuk produk kakao dan turunannya yang mencapai US$27,4 miliar," kata Saidah.

4. Produktivitas kopi Indonesia perlu ditingkatkan

Kerja Sama dengan EU CEPA, RI Mau  Dongkrak Produksi Kopi dan Kakao IDN Times/Indiana Malia

Produktivitas kopi Indonesia, lanjutnya, juga masih perlu ditingkatkan. Jika melihat data jumlah produksi dan luas lahan yang dimiliki Indonesia, terdapat indikasi bahwa tingkat produktivitas di Indonesia masih rendah. Sementara dari data Kementerian Pertanian tahun 2018, produktivitas kopi Indonesia berada pada angka 731 kg/ha.

"Salah satu yang mendasari rendahnya produktivitas kopi adalah petani masih menerapkan metode budidaya yang kurang efisien," ungkapnya.

Menurut dia, budidaya kopi yang baik dapat merujuk kepada Good Agricultural Practice (GAP) dari Puslitkoka ataupun lembaga lain, baik lembaga nasional ataupun lembaga internasional. Contoh budaya GAP yang baik adalah melakukan pemangkasan, pemupukan, penyiangan secara rutin dan juga memberikan pohon pelindung.

Baca Juga: 7 Manfaat Bubuk Kakao Bagi Kesehatan, Si Bahan Dasar Pembuat Cokelat

5. Metode budidaya efektif dan efisien perlu digalakkan

Kerja Sama dengan EU CEPA, RI Mau  Dongkrak Produksi Kopi dan Kakao IDN Times/Indiana Malia

Oleh sebab itu, kata Saidah, metode budidaya yang efektif dan efisien perlu digalakkan. Meskipun terlihat sederhana, akan tetapi kenyataan di lapangan banyak petani yang tidak dapat menjalankannya. Hal ini dikarenakan ketidaktahuan atau ketidakmampuan petani untuk menjalankan Good Agricultural Practice ini.

"Kemampuan finansial ataupun faktor alam juga dapat menjadi penghambat. Untuk dapat mengatasi masalah budidaya di level petani ini diperlukan penyuluhan kepada petani kopi di Indonesia," kata Saidah.

Baca Juga: Edukasi Petani Kopi Rendah, Produksi Indonesia Kalah dari Vietnam

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya