Mengupas Tuntas Peluang Pembangunan Indonesia Timur versi Pengusaha

Indonesia Timur punya potensi ekonomi sangat besar

Jakarta, IDN Times - Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan stakeholder terkait untuk pembangunan di Indonesia bagian timur. Infrastruktur dan sumber daya manusia menjadi peluang sekaligus tantangan dalam proses pembangunan tersebut.

Hal itu diungkapkan Direktur Utama PT Wijaya Karya Tumiyana, Direktur Utama PT Bosowa Group, Erwin Aksa, dan Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tony Wenas. Mereka menjadi pembicara di Indonesia Millennial Summit 2020, Stage Visionary Leaders di The Tribrata, Dharmawangsa, Jakarta, Jumat (17/1/2020).

Mereka membedah tentang Building Eastern Indonesia: No One Left Behind. IMS 2020 yang dihadiri lebih dari 6.000 orang menghadirkan 131 pembicara kompeten di berbagai bidang, dari politik, ekonomi, bisnis, olahraga, budaya, lintas agama, sosial, lingkungan sampai kepemimpinan millennial.

Seperti apa keseruannya?

1. Indonesia Timur sangat mudah dijangkau

Mengupas Tuntas Peluang Pembangunan Indonesia Timur versi PengusahaIDN Times/Kevin Handoko

Dalam benak banyak orang, Indonesia Timur adalah wilayah yang jauh, nyaris tak terjangkau. Hal itu dibantah oleh Dirut Wijaya Karya, Tumiyana. Menurut Tumiyana yang juga memiliki usaha peternakan dan budi daya sapi, Indonesia Timur saat ini sangat mudah dijangkau. Salah satunya melalui bandara yang dibangun di setiap provinsi. Untuk menuju Indonesia Timur, bandara transit dipusatkan di Makassar. Selain itu, beberapa dam (bendungan) di Indonesia Timur juga sedang dikerjakan WIKA, seperti di Palu, Pare-Pare, juga Gumbasa.

"Jadi kalau akumulasi berapa besar WIKA membangun di Indonesia Timur, hampir tiap titik di provinsi ada di sana, yang paling besar ada di Makassar. Kedua, ada Jalan Layang di tengah Makassar. Itu salah satu yang dipunyai Indonesia Timur, yang banyak dam. Itu salah satu jalan untuk bandara adalah membangun konektivitas yang kita punya. Sehingga teman-teman muda kalau mau ke timur distribusinya semua dari Makassar. Itu yang sekarang WIKA kerjakan," ungkap Tumiyana.

Baca Juga: IMS 2020: Tony Wenas, Alumni Hukum UI yang Sukses di Dunia Tambang

2. PT Freeport ikut terlibat pembangunan sejak 1973

Mengupas Tuntas Peluang Pembangunan Indonesia Timur versi PengusahaIDN Times/Kevin Handoko

Hal yang sama diungkapkan Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tony Wenas. Menurut Tony, sejak berdiri tahun 1973,  PT Freeport Indonesia sudah membangun banyak hal di Papua, khususnya di Mimika. Dari mulai infrastruktur, pembangunan manusia, dan ekonomi.

"Tahun 1973 itu di Papua tidak apa-apa di sana. Jadi kita bangun semua. Bandara Mimika yang bangun Freeport. Dua air trip untuk membuka keterisolasian masyarakat juga dibangun Freeport," ujarnya pria bernama lengkap Clayton Allen Wenas ini.

Dalam hal pembangunan fisik, ada lebih dari 3000-an rumah warga, jalan, jembatan, dan infrastruktur lain yang telah dibangun.

Teranyar, Freeport berkontribusi membangun Mimika Sport Complex. Yakni pusat sarana olahraga yang dipersiapkan untuk menjadi tuan rumah PON 2020.

"Ini akan jadi salah satu Sport Centre yang terbagus, nanti akan kita serahkan kepada pemerintah dalam rangka PON Papua 2020. Yang mengerjakan BUMN juga, nilainya Rp400 Miliar, tapi bukan soal nilainya, tapi yang paling penting kegunaannya, karena masyarakat Papua sangat senang sekali olahraga," ungkapnya.

3. Infrastruktur dan SDM jadi perhatian utama dalam proses pembangunan

Mengupas Tuntas Peluang Pembangunan Indonesia Timur versi PengusahaIDN Times/Reynaldy Wiranata

Sementara, Direktur Utama PT Bosowa Group, Erwin Aksa mengungkapkan, infrastruktur ataupun sumber daya manusia memang menjadi perhatian utama dalam pembangunan. Dua hal itu yang kerap membuat orang Indonesia Timur merantau ke Pulau Jawa.

"Memang di timur ini paling sulit didapatkan itu khususnya infrastruktur. Itulah yang menjadi kendala utama (selama ini). Kemudian (kini) kita berbicara pelabuhan, airport yang sudah hampir semua titik di Indonesia timur sudah memiliki airport dan pelabuhan, dan juga jalan sudah mulai baik," tutur Erwin.

Erwin mengatakan, pelaku usaha juga mendukung penuh upaya pembangunan infrastruktur, misalnya pembangunan jalan tol di luar Jawa dan Sumatera. Erwin menjelaskan, salah satu terobosan pemerintah adalah bekerja sama dengan swasta untuk menghadapi sulitnya percepatan investasi di Makassar.

"Jalan tol di Makassar itu kami bangun tahun 90-an, kemudian pada saat krisis listrik tahun 2000-an kami bangun pembangkit listrik, dan juga pada saat kita butuh ketahanan energi, pemerintah meminta kami untuk membangun tangki-tangki Pertamina untuk storage oil dan gas mereka. Jadi kerja sama pemerintah dan perusahaan swasta sangat terasa sekali di Sulawesi Selatan, dan kita bisa melihat bahwa kehandalan dalam supply dan keberadaan daripada row material, membuat orang ingin berinvestasi ke Makassar sekarang cukup tinggi," ungkapnya.

Menurut Erwin, pembangunan infrastruktur di Indonesia Timur sangat penting. Dengan demikian, harga-harga barang bisa ditekan.

"Kalau kita ingin membangun di Papua, itu mungkin bisa dua kali lipat dibanding kalau kita membangun di Jakarta. Semuanya harus diimpor seperti semennya harus diimpor kemudian sebagian tukang-tukangnya juga harus diimpor dari Pulau Jawa. Nah, sehingga saya kira pemerintah perlu melibatkan swasta," kata Erwin.

4. Sebanyak 85 persen material pembangunan dari sumber daya lokal

Mengupas Tuntas Peluang Pembangunan Indonesia Timur versi PengusahaIDN Times/Kevin Handoko

Tumiyana membenarkan material pembangunan memang impor, namun hanya 15 persen. Sehingga 85 persen dari total material pasti memakai sumber daya lokal. Menurut Tumiyana, Indonesia Timur saat ini mudah dijangkau karena connection sudah terbangun dengan baik. Semua spot titik menuju atau membawa resources ke titik pelabuhan udara sudah terbangun.

"Saya garisbawahi bahwa kesulitan (membangun infrastruktur) itu gak ada. Sulit itu kalau kita gak bisa. Jadi tidak ada kalimat sulit. Orang bicara sulit itu kalau gak bisa. Orang bicara mahal kalau kita tidak punya kemampuan untuk membeli. Untuk bisa punya kemampuan itu, kita harus belajar banyak untuk menggali seluruh resources yang ada dari mana pun sumbernya," kata Tumiyana.

5. Freeport telah membangun sektor ekonomi dan SDM

Mengupas Tuntas Peluang Pembangunan Indonesia Timur versi PengusahaIDN Times/Reynaldy Wiranata

Sementara, Tony memaparkan Freeport tak hanya membangun infrastruktur, melainkan juga pembangunan ekonomi dan manusia. Saat Freeport pertama kali beroperasi pertama di Papua tahun 1967, mulai beroperasi 1973 belum ada apa-apa di sana.

"Jadi kita bangun semuanya. Bukan hanya untuk keperluan produksi, tapi demi kepentingan masyarakat itu sendiri. Contohnya, Bandara Binaka dibangun oleh Freeport dan dua airstrip yang ada di gunung untuk membuka keterisolasian. Dan tentu ada lebih dari 3.000-an rumah yang kita buat untuk warga, jalan, jembatan, dan sarana fasilitas umum," kata pria berkacamata ini.

Tahun lalu, kata Tony, PT FI juga baru selesai membangun satu kompleks olahraga dengan nama Binaka Sport Complex, merupakan stadion olahraga atletik paling bagus berstandar internasional. Nanti akan kita serahkan pada pemerintah dalam rangka PON 2020.

"Yang mengerjakan BUMN juga, nilainya Rp400 miliar, tapi bukan soal nilainya, tapi yang paling penting kegunaannya, karena masyarakat Papua sangat senang sekali olahraga," ujarnya.

Selain itu, kata Tony, program kesehatan juga sangat penting. Di Mimika, misalnya, PT FI membangun satu rumah sakit dan 5 klinik untuk masyarakat 7 suku di Mimika. Mereka bisa berobat gratis. Hal itu sudah berlangsung lebih dari 20 tahun sampai dengan saat ini.

"Jadi kami terus coba bina, di samping ada departemen yang menangani masyarakat, agar masyarakat Papua bisa lebih sehat lagi, begitu mereka sehat, mereka bisa mengenyam pendidikan dan kemudian baru kegiatan ekonomi," ungkapnya.

6. PT Freefort Indonesia akan investasi sekitar US$20 miliar selama 20 tahun ke depan

Mengupas Tuntas Peluang Pembangunan Indonesia Timur versi PengusahaIDN Times/Kevin Handoko

Tony menjelaskan, 51 persen saham PT FI sudah menjadi milik Indonesia, dan 10 persennya adalah milik Papua. Saat ini PT FI telah berinvestasi di Papua US$ 15 miliar atau sekitar Rp200 triliun. Pihaknya juga akan berinvestasi sekitar US$ 20 miliar selama 20 tahun ke depan. Artinya, US$1 miliar per tahun sekitar Rp14-15 Triliun per tahun.

"Tentu saja investasi sebesar itu, akan meng-created multiplayer effect yang sangat besar. Dan kita secara rutin berdiskusi dengan Pemprov dan Pemkab untuk melakukan sinergi apa yang kita lakukan ke depan, jangan sampai apa yang dilakukan Freeport tumpang tindih dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah dan begitu juga sebaliknya.

Termasuk dalam pelaksanaan PON Papua 2020 akan dillakukan sinergi antara PT FI dan Pemprov Papua. Sehingga venue-venue yang mau dibangun, pemerintah bangun yang mana, Freeport bangun yang mana. Termasuk fasilitas Freeport yang bisa digunakan untuk PON 2020, contoh lapangan golf atau lapangan sepak bola.

"Dan tentu saja kami sudah berada di Papua selama 52 tahun. Kecintaan kami pada Papua betul betul melekat. Kami harus tumbuh dan berkembang bersama masyarakat di situ," ujarnya.

7. Perantau dari Indonesia Timur harus bisa membangun kampung halamannya

Mengupas Tuntas Peluang Pembangunan Indonesia Timur versi PengusahaIDN Times/Reynaldy Wiranata

Terkait kualitas SDM, Erwin Aksa berharap kepala daerah di Indonesia Timur mengenyam kualitas pendidikan yang baik. Menurut dia, banyak kepala daerah di Indonesia Timur dari birokrat atau orang-orang yang belum memiliki visi yang baik, sehingga pembangunan daerahnya masih sangat tertinggal.

"Nantinya kalau kita memiliki bupati atau gubernur yang memiliki visi yang baik dan memiliki pengalaman yang baik, itu pasti akan terbangun kotanya. Jadi saya berharap bahwa adik-adik sekalian yang dari timur kalau sudah (selesai) sekolahnya, kembali membangun daerahnya untuk menjadi bupati dan sebagainya, itu lebih penting," kata Erwin.

8. Indonesia Timur punya potensi ekonomi sangat besar

Mengupas Tuntas Peluang Pembangunan Indonesia Timur versi PengusahaIDN Times/Kevin Handoko

Erwin menambahkan, potensi Indonesia Timur untuk perkembangan ekonomi digital sangat besar. Namun, hal itu perlu didukung oleh kualitas SDM yang mumpuni.

"Jangan hanya main di digital e-commerce dan sebagainya, tapi kita juga harus membangun ekonomi tradisional dan sebagainya. Kuncinya adalah efisiensi, kuncinya adalah menggunakan artificial intelligence (kecerdasan buatan). Seperti di Israel, di sana perkebunannya menggunakan kecerdasan buatan, sehingga mereka bisa tahu berapa air yang dibutuhkan oleh tanaman, berapa pupuknya, kapan mereka panen dan sebagainya," jelasnya.

Ke depan, kata Erwin, tidak menutup kemungkinan akan ada perubahan di perkebunan dan pertanian menuju robotic dan arahnya kecerdasan buatan. SDM bakal berkurang, sehingga kualitas SDM harus ditingkatkan.

"Karena kalau tidak, unimplement kita akan naik. Saya kira teman-teman kita, di Indonesia timur peluangnya sangat banyak. Ada perkebunan, perikanan, dan sebagainya. Saya kira Indonesia timur adalah the future of Indonesia, karena pusat-pusat perekonomian itu akan disumbangkan dari Indonesia timur, saya kira itu," kata Erwin saat menutup sesi.

 

Baca Juga: Erwin Aksa Buka-bukaan soal Tantangan Pembangunan di Indonesia Timur 

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya