Minyak Mentah Jatuh Usai Donald Trump Batasi Perjalanan karena Corona

Harga minyak mentah Brent dan WTI kembali merosot

New York, IDN Times - Harga minyak mentah kembali jatuh setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberlakukan pembatasan perjalanan. Kebijakan itu dibuat Trump sebagai upaya menghentikan penyebaran virus corona, setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan wabah itu sebagai pandemi.

Dikutip dari The Straits Times, kemerosotan harga minyak diperparah oleh ancaman banjir pasokan murah, setelah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menyatakan akan meningkatkan produksi dalam perselisihan dengan Rusia.

Baca Juga: Mikel Arteta Positif Virus Corona, Arsenal Tutup Pusat Latihan!

1. Minyak mentah Brent dan WTI kembali merosot

Minyak Mentah Jatuh Usai Donald Trump Batasi Perjalanan karena CoronaIlustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei, merosot US$ 2,57 dolar atau 7,2 persen, menjadi ditutup pada US$ 33,22 dolar per barel. Sementara, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun US$ 1,48 dolar atau 4,5 persen menjadi menetap pada US$ 31,50 dolar per barel.

Ekuitas global anjlok dan indeks Dow Jones berada di jalur untuk kinerja terburuk sejak "Black Monday" Wall Street pada 1987, setelah Trump mengumumkan pembatasan perjalanan.

2. Prospek permintaan minyak semakin buruk

Minyak Mentah Jatuh Usai Donald Trump Batasi Perjalanan karena CoronaIlustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Harga-harga memangkas kerugian secara singkat setelah Federal Reserve Bank New York mengatakan, akan meningkatkan pembelian surat utang pemerintah dan meluncurkan operasi repo baru, tetapi rebound memudar dengan cepat di seluruh pasar.

"Pembantaian pasar global terus berlanjut ketika Wall Street berjuang untuk memahami berapa lama pandemi global akan mengganggu perjalanan, perdagangan, dan kehidupan sehari-hari," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA New York, seperti dikutip dari Antara.

"Minyak mentah Brent tampaknya siap untuk dijual 10 persen, karena prospek permintaan sepertinya hanya akan semakin buruk," imbuh dia.

3. Permintaan minyak global akan berkontraksi pada 2020

Minyak Mentah Jatuh Usai Donald Trump Batasi Perjalanan karena CoronaIlustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Permintaan minyak global akan mengalami kontraksi pada 2020 untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade. Badan Energi Internasional (IEA) pekan ini menurunkan perkiraan tahunannya hampir satu juta barel per hari, atau satu persen dari permintaan global.

Permintaan pada kuartal pertama telah turun tajam pada tahun ini, sebagian besar karena dampak virus corona pada aktivitas ekonomi di Tiongkok.

Baik Brent maupun WTI anjlok sekitar 50 persen dari tertinggi yang dicapai pada Januari. Mereka mengalami penurunan satu hari terbesar sejak Perang Teluk 1991 pada Senin (9/3/2020), setelah Arab Saudi melancarkan perang harga.

Perbedaan contango Brent enam dari Mei hingga November melebar hingga sebanyak 7,31 dolar AS per barel, level yang tidak terlihat sejak Januari 2015.

Contango adalah harga berjangka suatu komoditas lebih tinggi dari harga untuk membelinya sekarang. Itu mendorong perusahaan minyak dan pedagang untuk memompa minyak ke penyimpanan - baik di darat atau di tanker di laut - dengan tujuan untuk menjualnya nanti dengan keuntungan.

4. Biaya angkut minyak turut melonjak

Minyak Mentah Jatuh Usai Donald Trump Batasi Perjalanan karena CoronaKilang minyak Pertamina. IDN Times/Surya Aditya

Selain itu, biaya untuk mengangkut minyak dengan supertanker melonjak. Sebab, produsen utama bergegas untuk mengamankan kapal guna mengirim lebih banyak minyak mentah dan perusahaan mencari kapal untuk penyimpanan.

Ketika eksportir minyak utama Arab Saudi bergerak cepat untuk meningkatkan produksi, Rusia terjebak oleh keputusan yang pekan lalu menyebabkan runtuhnya aliansi dengan Riyadh dan produsen lainnya. Moskow mengatakan, tidak ada pengurangan poin produksi karena kemungkinan akan terlalu sedikit untuk mengimbangi dampak virus pada permintaan global.

Saat ini, kedua belah pihak sedang melakukan perang harga, kata Ehsan Khoman, kepala penelitian dan strategi MENA di MUFG.

"Kami percaya kedua belah pihak memiliki kapasitas keuangan yang cukup, dan tujuan yang cukup berbeda untuk mempertahankan perang harga minyak selama beberapa kuartal, bukan bulan," katanya.

5. Pasokan minyak diprediksi surplus

Minyak Mentah Jatuh Usai Donald Trump Batasi Perjalanan karena CoronaAntara

Arab Saudi telah meningkatkan upaya untuk memeras kadar minyak Ural Rusia dari pasar utamanya. Arab Saudi menawarkan barel murahnya sendiri kepada para penyuling di seluruh dunia yang membeli minyak mentah Rusia, kata tujuh sumber minyak, seperti dilaporkan Reuters.

Dengan permintaan turun tajam dan produksi meningkat dengan cepat, pasar menghadapi surplus besar pada April. Perkiraan untuk lingkup kelebihan pasokan bervariasi. Itu bisa sebanyak enam juta barel per hari, kata Kirill Tachennikov, direktur dan analis minyak senior di BCS Global Markets di Moskow.

Baca Juga: Faktor-faktor Penyebab IHSG Babak Belur Sepanjang 2020 Versi OJK

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya