Nilai Tukar Rupiah Rabu 15 April Diprediksi Menguat, Ini Pemicunya

Dipicu berbagai faktor internal dan eksternal

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu besok (15/4) dipredksi menguat di level Rp15.550-Rp15.700. Pada penutupan perdagangan Selasa sore (14/4) tadi, rupiah menguat tipis di pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) di level Rp15.610 per dolar AS.

Sementara, berdasarkan data Bloomberg rupiah berada di level Rp15.645 per dolar AS, melemah tipis dari penutupan sebelumnya di level Rp15.630 per dolar AS.

1. Proyeksi pertumbuhan ekonomi memengaruhi nilai tukar rupiah

Nilai Tukar Rupiah Rabu 15 April Diprediksi Menguat, Ini PemicunyaIlustrasi Dollar Dan Rupiah (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Baca Juga: Gubernur BI Semakin Pede Rupiah Bisa Tembus Rp15.000 di Akhir Tahun

Menurut Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim, nilai tukar rupiah dipengaruhi berbagai faktor. Pada faktor internal, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan skenario terberat pada pertumbuhan ekonomi kuartal ke-2 tahun 2020. Pertumbuhan ekonomi diprediksi akan berada di posisi 0,3 persen hingga minus 2,6 persen akibat merebaknya COVID-19.

Di sisi lain, tekanan pertumbuhan ekonomi masih akan berlanjut hingga kuartal ke-3. Namun, ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi di kuartal ke-4 akan kembali membaik.

"Secara tahunan, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar 2,3 persen. Namun skenario terburuk pertumbuhan ekonomi minus hingga 0,4 persen di tahun ini," ungkap Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa (14/4).

2. Pemerintah mengerahkan APBN pada tiga prioritas

Nilai Tukar Rupiah Rabu 15 April Diprediksi Menguat, Ini PemicunyaInstagram.com/smindrawati

Untuk menahan jatuhnya pertumbuhan ekonomi, pemerintah akan mengerahkan APBN 2020 pada tiga prioritas. Di antaranya sektor kesehatan, jaring pengaman sosial (social safety net), dukungan kepada dunia usaha dan perkembangan COVID-19 yang berangsur-angsur berkurang.

Selain itu, Bank Indonesia juga tetap mempertahankan suku bunga acuannya di 4,5 persen. Sebab, saat ini fundamental ekonomi masih cukup stabil. Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) hari ini kembali melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi di perdagangan DNDF dan Pasar SUN.

"Walaupun saat ini masa WFH, namun perdagangan tersebut sudah aktif bertransaksi dari pembukaan pagi. Kondisi global akibat pandemi virus corona ini sudah diantisipasi sebelumnya oleh Bank Indonesia, sehingga dengan sigap dan melakukan penjagaan ketat dan ekstra waspada terhadap mata uang garuda," katanya.

Menurut Ibrahim, intervensi yang cukup ketat dan ekstra waspada mampu membawa mata uang garuda kembali menguat walaupun tipis.

3. Faktor eksternal juga turut memengaruhi nilai tukar rupiah

Nilai Tukar Rupiah Rabu 15 April Diprediksi Menguat, Ini Pemicunya(IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara, ada beberapa faktor eksternal yang memengaruhi nilai tukar rupiah. Jumlah kasus yang dikonfirmasi oleh WHO dari COVID-19 terus meningkat hingga mendekati dua juta secara global.

Di Eropa, dua negara yang paling terpukul hingga saat ini telah melonggarkan pembatasan mereka. Spanyol telah memungkinkan sekitar 300.000 pekerja tidak penting untuk kembali ke pekerjaan mereka, sementara Italia akan memungkinkan sejumlah kecil perusahaan untuk melanjutkan operasi minggu ini. 

Di Amerika Serikat, negara-negara di pantai timur dan barat berkumpul untuk mengoordinasikan pembukaan kembali ekonomi secara bertahap ketika krisis COVID-19 akhirnya tampak surut. Sebaliknya, Prancis memperpanjang pengunciannya hingga 11 Mei. Sementara, Jerman diperkirakan akan melakukan hal serupa akhir pekan ini. 

4. Perekonomian Tiongkok kembali menggeliat pascalockdown

Nilai Tukar Rupiah Rabu 15 April Diprediksi Menguat, Ini PemicunyaPetugas keamanan membuka blokade jalan di Kota Wuhan setelah status lockdown dicabut per 8 April 2020. ANTARA/HO-GT

Faktor lainnya adalah rilis data neraca perdagangan Tiongkok yang lebih baik dari perkiraan di tengah tekanan berat ekonomi global akibat pandemi COVID-19. Berdasarkan data neraca Tiongkok, nilai ekspor Tiongkok turun 6,6 persen dan impor turun 0,9 persen pada bulan Maret secara tahunan (year on year/YoY). 

"Rilis data ekonomi yang lebih baik dari perkiraan disebabkan oleh sebagian wilayah yang kini kembali beraktivitas dan pembatasan wilayah atau lockdown mulai dilonggarkan di pusat industri Wuhan," ungkap Ibrahim.

 

Baca Juga: BI: Cadangan Devisa Tergerus untuk Menstabilkan Rupiah

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya