Presiden Terpilih Harus Benahi Ekonomi Secara Bertahap

Kewirausahaan dan perdagangan harus saling mendukung

Jakarta, IDN Times - Presiden dan wakil presiden terpilih diminta konsisten melakukan pembenahan ekonomi secara bertahap. Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Muhammad Diheim Biru mengatakan, investasi teknologi asing dibutuhkan untuk menopang kebutuhan pembangunan dalam negeri, terutama kalau barang-barang tersebut belum bisa diproduksi di dalam negeri.

"Implementasi tersebut secara bersamaan perlu diiringi dengan pengembangan teknologi produsen domestik dan investor lokal secara berkelanjutan. Pemerintah juga harus mendukung hal ini melalui revisi kebijakan-kebijakan terkait kewirausahaan dan perdagangan," kata Diheim melalui keterangan tertulis, Senin (22/4).

1. Kebijakan kewirausahaan dan perdagangan harus saling mendukung

Presiden Terpilih Harus Benahi Ekonomi Secara BertahapIDN Times/Toni Kamajaya

Menurut Diheim, kebijakan terkait kewirausahaan dan perdagangan idealnya harus saling mendukung satu sama lain. Selain menciptakan iklim usaha kondusif, ada kemudahan untuk memulai usaha.

"Kebijakan perdagangan juga perlu dibenahi agar produk hasil wirausaha bisa menjangkau pasar yang luas,” jelasnya.

Baca Juga: Ini Kata Rhenald Kasali soal Perekonomian Indonesia Era Jokowi

2. Perlu sinkronisasi prosedur antara pemda dengan pemerintah pusat

Presiden Terpilih Harus Benahi Ekonomi Secara BertahapDokumentasi Pribadi

Diheim mengatakan, pembenahan yang perlu dilakukan pada sektor kewirausahaan meliputi sinkronisasi prosedur birokrasi antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Selain itu, kemudahan dalam pemenuhan prasyarat untuk registrasi suatu usaha secara resmi.

"Masih banyak komunitas di berbagai penjuru Tanah Air yang secara infrastruktur sulit untuk dijangkau oleh sistem Online Single Submission. Belum lagi penyebaran informasi mengenai registrasi yang belum komprehensif, banyaknya dokumen-dokumen prasyarat, dan sistem yang bentrok antara kebijakan pusat dengan daerah," tuturnya.

Proses yang rumit, kata Diheim, menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk registrasi usaha paling cepat selama 23 hari. Apabila persyaratan dokumen bisa didapatkan secara cepat dan prosedur registrasi dipersingkat, proses registrasi usaha di Indonesia berpotensi untuk dipotong menjadi 6 hari saja.

3. Komoditas pangan masih dikendalikan oleh BUMN

Presiden Terpilih Harus Benahi Ekonomi Secara BertahapIDN Times/Margith Juita Damanik

Untuk bidang pangan, kata Diheim, rantai komoditas konsumsi rakyat di Indonesia cenderung lebih banyak dikendalikan oleh BUMN. Selain itu, peran swasta di pasar domestik masih dibatasi oleh kebijakan kementerian-kementerian terkait.

"Harga komoditas bahan pangan utama seperti beras, gula, dan daging-dagingan, masih terlampau mahal dibandingkan negara-negara tetangga seperti Filipina, Thailand, Malaysia, dan India," kata dia.

4. Pembatasan kebijakan tangan mengakibatkan harga tetap tinggi

Presiden Terpilih Harus Benahi Ekonomi Secara BertahapIDN Times/Mohamad Ulil Albab

Menurut Diheim, indikator harga mahal pada daging, gula, dan beras menunjukkan kesenjangan antara produksi pangan domestik dengan pemenuhan kebutuhan di pasar. Jika kebijakan pangan terus dibatasi, tidak dilakukan upaya untuk menyederhanakan rantai distribusi dan masih ada pembatasan peran swasta di pasar, harga pangan kemungkinan akan tetap tinggi.

"Untuk menutupi kesenjangan tersebut, perlu pertimbangan untuk melibatkan swasta dalam melakukan perdagangan komoditas pangan," kata Diheim.

Baca Juga: Tenor Pelunasan Utang Kian Turun, Amankah Perekonomian Indonesia?

5. Pihak swasta dapat memperkuat distribusi

Presiden Terpilih Harus Benahi Ekonomi Secara BertahapPexels.com/rawpixel

Diheim mengatakan, pihak swasta dapat membantu memperkuat distribusi yang lebih efisien. Hal itu berpotensi memperkuat teknologi produksi domestik serta membantu peranan Bulog dalam melakukan impor pangan pada tingkat harga yang efisien.

"Apabila laju pasokan pangan ke pasar lebih cepat karena rantai distribusi yang lebih singkat, diiringi peningkatan produktivitas yang tinggi, pasokan pangan domestik bisa memenuhi permintaan di pasar. Selain itu, komoditas menjadi lebih murah untuk dibeli oleh konsumen masyarakat kelas ekonomi bawah rata-rata," ungkapnya.

Baca Juga: Jokowi: Indonesia akan Jadi Negara dengan Perekonomian Terbesar Ke-4

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya