Tantangan Heinrich Vincent Bangun Bizhare, Sasar Millennial dan UMKM 

Edukasi jadi tantangan terbesar terhadap investasi baru ini

Jakarta, IDN Times - Begitu mendengar kata investasi, hal pertama yang terlintas dalam kepala mungkin saham, reksadana, deposito, P2P Lending, atau emas. Namun, tahukah kamu, di Indonesia juga ada jenis investasi lain loh, yaitu equity crowdfunding.

Equity crowdfunding adalah layanan urun dana dari sejumlah pemodal untuk mendanai bisnis atau usaha, melalui penawaran saham berbasis teknologi informasi. Dalam laman resmi OJK, baru ada tiga jenis platform fintech equity crowdfunding, salah satunya Bizhare. Platform yang didirikan pada 2017 tersebut secara khusus menyasar para pegiat UMKM.

IDN Times berkesempatan mewawancarai CEO Bizhare Heinrich Vincent secara virtual. Seperti apa sih seluk-beluk investasi equity crowdfunding? Simak wawancara berikut ini, ya!

1. Apa latar belakang Bizhare menyasar UMKM?

Tantangan Heinrich Vincent Bangun Bizhare, Sasar Millennial dan UMKM Ilustrasi UMKM Kerupuk ikan lele (IDN Times/Yurika Febrianti)

Konsepnya begini, kalau kita mau membuka bisnis kan (modalnya) ratusan juta hingga miliaran. Dengan konsep equity crowdfunding, Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) bisa bergabung. Apalagi 50 persen dari UMKM di Indonesia kekurangan modal untuk ekspansi.

Di sisi lain mereka punya produk bagus, tapi pinjam ke bank juga susah. Kenapa gak kita bantu saja mereka dengan cara patungan di perusahaan tersebut? Sehingga UMKM bisa ekspansi lebih pesat tanpa pinjam ke bank, atau kalau bisa IPO sekaligus.

Jadi dibuat skema urun dana berbasis kepemilikan saham. Nanti ada PT-nya, investor bersama pemilik bisnis, nanti Bizhare yang bantu laporan keuangannya secara bulanan atau berkala. Buat teman-teman ingin berinvestasi juga bisa cek di dasboard para investor. Jadi semua transparan, bisa dicek secara langsung perkembangan bisnisnya.

2. Hingga saat ini sudah berapa banyak dana yang tersalurkan?

Tantangan Heinrich Vincent Bangun Bizhare, Sasar Millennial dan UMKM Dok.Bizhare

Sejak tiga tahun terakhir kami sudah membantu lebih dari Rp30 miliar untuk UMKM di Indonesia. Sudah ada 41 ribu investor yang bergabung dengan kami dan menikmati dividen atau pasif income dari hasil investasinya. Kami terus lakukan supaya UMKM Indonesia bisa semakin berkembang, kami bantu ekspansi dengan cara equity crowdfunding ini.

Hingga saat ini total dana yang tersalurkan Rp30 miliar, dividen Rp2 miliar untuk Mei kemarin. Ini sudah cukup menghasilkan selama kurang dari dua tahun.

Kami tujuannya demokratisasi investasi supaya gak hanya kalangan atas saja yang bisa investasi, tapi seluruh masyarakat bisa ikutan. Tentunya sambil menggenjot pertumbuhan UMKM.

Baca Juga: Bayi 2 Bulan di Tulungagung Tertular Virus Corona dari Ibunya

3. Berapa banyak investor millennial yang tertarik dengan Bizhare?

Tantangan Heinrich Vincent Bangun Bizhare, Sasar Millennial dan UMKM Dok.Bizhare

Dari data internal, investor kami mayoritas kalangan millennial, 58 persen dari total user berusia 16-30 tahun dan 36 persen berusia 31-45 tahun. Ketentuan untuk investasi itu ada 5-10 persen dari penghasilan tahunan, cuma memang rata-rata investasinya dari Rp5 juta, Rp15 juta juga bisa. Kalau sudah punya modal cukup, ada yang sampai ratusan juta. Plus maksimum 300 orang dalam satu PT, jadi kalau lebih dari itu dibatasi.

Millennial mulai melek investasi. Mungkin karena equity crowdfunding itu dekat dengan masyarakat, sedangkan di bursa efek kan korporasi, kita gak tahu bisnisnya yang macam-macam. Sementara, kalau UMKM kita tahu sendiri lah sudah banyak brand besar (yang sudah dikenal) seperti Alfamart, UMKM Laundry, dan lain-lain. Lebih cocok untuk millennial karena punya gambaran yang sama tentang wujud perusahaan tersebut.

Harapannya kami bisa memacu UMKM di seluruh pelosok Indonesia, gak hanya di perkotaan. Total keuntungan juga bukan hanya dari investment. Bayangkan kalau kita buat konsep, misalnya ada sebuah restoran di sebuah pedalaman diinvest oleh investor lokal untuk mengembangkan usahanya. Ini bisa meningkatkan omzet lima kali lipat dibandingkan dengan invest sendiri.

4. Apakah semua UMKM bisa mendaftar untuk pendanaan?

Tantangan Heinrich Vincent Bangun Bizhare, Sasar Millennial dan UMKM Ilustrasi UMKM (ANTARA FOTO/Fauzan)

UMKM yang bisa didanai tentu diseleksi dahulu, bukan UMKM yang baru ada. Minimal sudah berjalan setahun, punya track record yang jelas, punya laporan keuangan. Kalau belum ada PT bisa kami bantu sebelum diajukan pendanaan. Kami ada bantuan teknologi juga untuk meminimalisiasi risiko.

Kami ada beberapa jalur untuk mitigasi, dari pendanaan sudah ada seleksi ketat. Selain itu kami lihat juga background owner, interview, apakah dia dikenal masyarakat, dan lain-lain. Termasuk lokasi usaha yang dibuka, strategis apa gak? Kami pernah menerima ratusan pengajuan, kami lihat lokasinya, yang terpilih gak banyak. Kami proses integrasi data analytic supaya tahu traffic lokasinya gimana, jadi seleksi manual ada, teknologi ada, dan scoring juga.

Lokasi survei pasar jadi poin penting. Paling banyak itu sektor F&B, dominan 60 persen, lalu ritel. Dari sekian UMKM yang didanai, sejauh ini semuanya masih jalan, belum ada yang tutup. Kami masih jalan semua, profitable. Memang ada dua yang minus, tapi masih jalan terus.

5. Adakah target jangka pendek yang ingin dicapai?

Tantangan Heinrich Vincent Bangun Bizhare, Sasar Millennial dan UMKM Dok.Bizhare

Kami saat ini sedang menggarap pasar sekunder. Jadi, teman-teman investor yang sudah investasi minimal setahun bisa menjual kembali sahamnya ke investor lain, seperti di BEI. Itu akan kami rilis dalam waktu 1-2 bulan ke depan. Jadi mereka juga punya strategi untuk jual saham.

Selain itu, kami berpartner dengan influencer untuk terobosan kemampuan marketing lebih tinggi. Jadi bisa menjangkau ke lebih banyak orang.

6. Sejauh ini, apa tantangan terbesar yang dihadapi?

Tantangan Heinrich Vincent Bangun Bizhare, Sasar Millennial dan UMKM Dok.Bizhare

Edukasi. Terutama masyarakat awam, karena equity crowdfunding ini konsep baru. Kita tahu sendiri, investor di pasar modal juga belum terlalu banyak. Jadi tantangan kami adalah edukasi dari sisi UMKM maupun investor.

Masyarakat kita mayoritas tahunya investasi ya ke deposito, reksadana. Mereka perlu diedukasi bahwa sebenarnya ada loh investasi dari aset bisnis yang gak hanya menghasilkan income dari cashflow atau bunga, tapi juga pasif income.

Selain itu soal potensi risiko bisnis. Walaupun sudah investasi di brand bagus, tetap ada potensi risikonya. Kebanyakan masyarakat Indonesia kurang paham, kalau investasi pengennya langsung untung besar.

Baca Juga: [WANSUS] Kalis: Urusan Gender Bukan Perempuan Saja, Tapi Juga Pria

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya