Gubernur BI: Jangan Lihat, Kalau Rp15 Ribu per Dolar Sudah Kiamat 

Pelemahan mata uang rupiah bukan hal yang mengkhawatirkan...

Jakarta, IDN Times - Pelemahan rupiah masih belum beranjak dari angka Rp15 ribu per dolar. Namun, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan, pelemahan mata uang ini bukan hal yang mengkhawatirkan lho.  
 

1. Sebelum was-was, bandingkan dulu dengan mata uang negara lain

Gubernur BI: Jangan Lihat, Kalau Rp15 Ribu per Dolar Sudah Kiamat ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Menurut Perry, pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan karena hal yang sama juga dialami oleh mata uang negara-negara berkembang lainnya. 

"Jangan kita lihat kalau (kurs rupiah) Rp15 ribu, sudah kiamat. Kita bandingkan dulu dengan semua negara yang mengalami tekanan depresiasi," kata Perry, seperti dikutip dari Antara, Rabu (3/10). 

Perry mengingatkan fenomena perlemahan mata uang ini tidak hanya dialami oleh Indonesia, namun juga negara-negara berkembang lainnya. 
 

2. Tingkat pelemahan rupiah masih jauh lebih kecil dibanding negara lain

Gubernur BI: Jangan Lihat, Kalau Rp15 Ribu per Dolar Sudah Kiamat Ilustrasi mata uang lira (Pixabay)

Perry pun mengajak publik untuk melihati depresiasi mata uang yang terjadi di negara-negara seperti Turki, Brasil, Afrika Selatan, India, dan Filipina. Negara-negara ini memiliki kondisi perekonomian sama seperti Indonesia. 

"Tingkat pelemahan rupiah sejak akhir Desember 2017 sampai sekarang 9,82 persen.  Bandingkan dengan Turki 37,7 persen, Brasil 17,6 persen, Afrika Selatan 13,8 persen dan India 12,4 persen," ujarnya. 
 

Baca Juga: Kita Bisa Bantu Kuatkan Rupiah dengan 5 Cara Ini

3. Cara jitu menahan pelemahan rupiah

Gubernur BI: Jangan Lihat, Kalau Rp15 Ribu per Dolar Sudah Kiamat ANTARA FOTO/Reno Esnir

Salah satu upaya jangka menengah panjang yang bisa dilakukan untuk menahan perlemahan rupiah adalah dengan memperbaiki defisit neraca transaksi berjalan. 

Perbaikan neraca transaksi berjalan yang mengalami defisit tidak terlalu krusial dalam keadaan ekonomi normal, namun menjadi mendesak dalam keadaan penuh gejolak. 

"Ini yang membuat kita tidak bisa dibandingkan dengan Thailand, karena mereka mempunyai surplus neraca transaksi berjalan hingga 54 miliar dolar AS, sehingga mata uangnya relatif stabil," ujarnya. 

Perry menyakini perbaikan defisit neraca transaksi berjalan ini dapat membuahkan hasil dan membantu menekan pergerakan rupiah terhadap dolar AS di 2019.

Baca Juga: Dolar Tembus Rp15.000 Lagi, Ini Kata Menkeu 

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya