Rentan Bencana Alam, Industri Pariwisata Butuh Dukungan Mitigasi

Mitigasi bencana bisa dianggap investasi sektor pariwisata

Rini Oktaviani

Jakarta, IDN Times - Perkembangan pariwisata di Indonesia menjadi salah satu industri yang tumbuh pesat. Data World Travel and Tourism Council (WTTC) yang dikutip oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan, Indonesia berada pada urutan ke-9 sebagai negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat di dunia.

Dari data tersebut, Indonesia menempati posisi terbaik di kawasan Asia Tenggara, menempati posisi di atas Thailand yang berada di nomor 12, Filipina dan Malaysia di nomor 13, Singapura di nomor 16, dan Vietnam di nomor 21.

Namun di balik itu semua, industri pariwisata Indonesia rentan terhadap bencana. Apabila tidak dikelola dengan baik, dampaknya akan mempengaruhi ekosistem pariwisata dan pencapaian target kinerja pariwisata.

“Bencana merupakan salah satu faktor yang sangat rentan mempengaruhi naik turunnya permintaan dalam industri pariwisata,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BPNB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu (16/1).

1. Industri pariwisata diproyeksikan menjadi penyumbang devisa terbesar tahun ini

Rentan Bencana Alam, Industri Pariwisata Butuh Dukungan Mitigasiinstagram.com/@kemenpar

Pada 2019, industri pariwisata diproyeksikan menyumbang devisa terbesar yaitu AS$ 20 Miliar. Pada tahun ini pula, kawasan pariwisata Indonesia juga ditargetkan menjadi kawasan regional yang terbaik, bahkan melampaui ASEAN.

Berdasarkan data Kementerian Pariwisata (Kemenpar), banyak keunggulan komparatif dan kompetitif dari pariwisata Indonesia. Sektor pariwisata yang ada di banyak daerah di Indonesia dianggap mampu meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan makin meningkatkan masyarakat sekitarnya. Dampak devisa yang masuk langsung dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

2. Bencana alam memengaruhi pencapaian target kinerja pariwisata

Rentan Bencana Alam, Industri Pariwisata Butuh Dukungan Mitigasizik.ua

Menurut Sutopo, ada sejumlah  kejadian bencana yang telah menyebabkan dampak industri pariwisata, antara lain erupsi Gunung Merapi tahun 2010, kebakaran hutan dan lahan pada Agustus hingga September 2015 , erupsi Gunung Agung di Bali pada 2017, gempa Lombok yang beruntun pada tahun 2018, dan tsunami di Selat Sunda pada 22 Desember 2018.

Sejumlah bencana alam tersebut telah menyebabkan anjloknya kunjungan wisatawan dan kerugian materi hingga miliaran rupiah.

3. Mitigasi sebagai investasi dalam pembangunan pariwisata

Rentan Bencana Alam, Industri Pariwisata Butuh Dukungan MitigasiIDN Times/Isidorus Rio Turangga

“Bencana adalah keniscayaan. Pasti terjadi karena bencana memiliki periode ulang, apalagi ditambah faktor antropogenik yang makin meningkatkan bencana,” kata Sutopo. Meski demikian, ia mengatakan risiko bencana dapat dikurangi sehingga dampak bencana dapat diminimumkan dengan upaya mitigasi bencana.

“Mitigasi bencana, baik struktural dan non struktural di kawasan pariwisata masih sangat minim. Seharusnya ini menjadi pembelajaran bagi kita semua. Mitigasi bencana harus ditempatkan menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan sektor pariwisata,” jelas Sutopo.

Ia mengemukakan, mitigasi dan pengurangan risiko bencana hendaknya ditempatkan sebagai investasi dalam pembangunan pariwisata itu sendiri. Sebab, dalam proses pembangunan setiap 1 US$ yang diivestasikan untuk pengurangan risiko bencana maka dapat mengurangi kerugian akibat bencana sebesar 7-40 US$.

4. Rencana penataan ruang kawasan pariwisata harus mengacu ke peta daerah rawan bencana

Rentan Bencana Alam, Industri Pariwisata Butuh Dukungan MitigasiANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

Penataan ruang dan pembangunan kawasan pariwisata, kata Sutopo, hendaknya memperhatikan peta rawan bencana sehingga sejak perencanaan hingga operasional dari pariwisata itu sendiri selalu mengaitkan dengan ancaman bencana yang ada. 

Faktanya, 8 dari 10 daerah prioritas pariwisata tersebut berada pada daerah yang rawan gempa, dan sebagian tsunami. Apalagi investasi pengembangan 10 detinasi pariwisata prioritas dan kawasan strategis pariwisata nasional tersebut sangat besar yaitu Rp500 triliun.

5. Perlu koordinasi lintas sektor dalam membangun pariwisata Indonesia

Rentan Bencana Alam, Industri Pariwisata Butuh Dukungan Mitigasiinstagram.com/@kemenpar

Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam membangun pariwisata Indonesia ialah koordinasi dengan berbagai pihak. Menurut Sutopo, penta helix stakeholder dalam pembangunan pariwisata dan penanggulangan bencana melibatkan unsur pemerintah, dunia usaha/swasta, akademisi, masyarakat, dan media.

Dengan masalah yang kompleks dan menyangkut banyak bidang, menurutnya perlu keterlibatan penuh dari semua unsur tersebut untuk membangun pariwisata secara optimal.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya