Jonan: Pemerintah Tak Akan Menaikkan Harga BBM 

Kamu gak perlu khawatir berlebihan gara-gara rupiah melemah

Jakarta, IDN Times - Rupiah sempat menguat di Selasa sore karena ada kabar pemerintah hendak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Namun, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menegaskan bahwa pemerintah tidak akan menaikkan harga BBM dalam waktu dekat. 

1. Wacana kenaikan BBM muncul karena rupiah terus melemah

Jonan: Pemerintah Tak Akan Menaikkan Harga BBM pixabay.com/EmAji

Penegasan Jonan menepis spekulasi kenaikan harga BBM atas kekhawatiran terus terpuruknya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).  

"BBM naik? Gini pemerintah tidak merencanakan harga BBM naik dalam waktu dekat. Ya, jelas ya," tegas Jonan di Kementerian ESDM, seperti dikutip dari situs Antara, Selasa (4/9). 
 

Baca Juga: Ada kabar BBM Naik, Rupiah Sempat Menguat di Selasa Sore

2. Pelemahan rupiah berimbas ke pasar saham

Jonan: Pemerintah Tak Akan Menaikkan Harga BBM Ilustrasi (Pixabay)

Sebelumnya, Kepala Riset MNC Sekuritas, Edwin Sebayang di Jakarta menilai sentimen negatif eksternal yang memicu depresiasi nilai tukar rupiah berimbas negatif ke pasar saham. 

"Pergerakan mata uang yang cenderung melemah membuat investor di pasar modal khawatir dapat berdampak pada fundamental ekonomi," ujarnya. 

Menurutnya, salah satu strategi pemerintah dalam menjaga fluktuasi rupiah ke depannya bisa dilakukan dengan menaikan harga BBM. "Kemungkinan kebijakan kenaikan BBM akan mendapat apresiasi dari investor sehingga terbuka potensi pembalikan arah IHSG ke area positif," katanya. 

Ia menambahkan bahwa kebijakan kenaikan BBM juga dapat menurunkan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD), yang akhirnya dapat mendorong nilai tukar rupiah terapresiasi terhadap dolar AS. 

Baca Juga: Rupiah Terpuruk, Menko Darmin: Fundamental Ekonomi Kita Masih Kuat

3."Jangan cemas berlebihan terkait pelemahan rupiah"

Jonan: Pemerintah Tak Akan Menaikkan Harga BBM Rapat Terbatas untuk menjaga stabilitas rupiah, 14/8 (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Sementara itu, peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman mengingatkan warga di berbagai daerah jangan sampai cemas berlebihan terhadap fenonema pelemahan nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS. 

"Sebaiknya masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan dalam menanggapi pelemahan nilai tukar rupiah," kata Assyifa Szami Ilman, seperti dikutip dari Antara.

Menurut dia, pemerintah sudah responsif dan cekatan dalam menahan pelemahan nilai rupiah tersebut. 

Selain itu, dia mengungkapkan bahwa rupiah lebih kuat dibanding sejumlah mata uang Asia lainnya. Saat ini, rupiah hanya melemah sekitar sekitar 7 persen. 

Depresiasi tersebut, imbuh Assyifa, masih lebih rendah dibandingkan negara dengan perekonomian serupa, seperti rupee India (minus 9,7 persen), rand Afrika Selatan (minus 15,98 persen), dan real Brasil (minus 20,26 persen). 

Dengan demikian, lanjutnya, kondisi rupiah saat ini masih cukup kuat sehingga dalam waktu dekat tidak akan mengalami resesi seperti yang dialami oleh Turki dan Argentina pada saat ini.

Baca Juga: Pelemahan Rupiah dan Krisis Argentina

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya