Utang Indonesia Tak Wajar? Jawaban Menkeu Sri Mulyani Ini Bikin Jleb

Sebanyak 44% utang dari masa lalu. Kenapa baru ribut?

Jakarta, IDN Times - Dalam sidang pidato tahunan, Ketua MPR, Zulkifli Hasan menilai pembayaran pokok utang pemerintah tidak wajar. Benarkah demikian? 

Dalam pidato tanggal 16 Agustus 2018, Zulkifli menyampaikan bahwa pembayaran pokok utang Pemerintah yang jatuh tempo tahun 2018 sebesar Rp400 triliun yang 7 kali lebih besar dari Dana Desa dan 6 kali lebih besar dari anggaran kesehatan adalah tidak wajar.

Namun, hal itu dibantah Menteri Keuangan Sri Mulyani.

1. Sri Mulyani: Pernyataan politis, juga menyesatkan

Utang Indonesia Tak Wajar? Jawaban Menkeu Sri Mulyani Ini Bikin JlebANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Di akun Facebook terverifikasi, Senin (18/8) Sri Mulyani menilai pernyataan seperti itu menyesatkan dan berbau politis. 

Dia kemudian memberikan penjelasan mengenai utang Indonesia. Berikut tujuh poin penjelasan Sri Mulyani.

IDN Times hanya memberikan sedikit edit sebatas tanda baca. Silakan kamu baca ya, biar mendapatkan informasi berimbang:

Pertama, pembayaran pokok utang tahun 2018 sebesar Rp396 triliun, dihitung berdasarkan posisi utang per akhir Desember 2017.

Dari jumlah tersebut 44 persen adalah utang yang dibuat pada periode sebelum 2015 (sebelum Presiden Jokowi). Ketua MPR saat ini adalah bagian dari kabinet saat itu.

Sementara itu, 31,5 persen pembayaran pokok utang adalah untuk instrumen SPN/SPN-S yang bertenor di bawah satu tahun yang merupakan instrumen untuk mengelola arus kas (cash management). Pembayaran utang saat ini adalah kewajiban yang harus dipenuhi dari utang masa lalu, mengapa baru sekarang diributkan?

2. Perbandingan data utang dengan Dana Desa

Utang Indonesia Tak Wajar? Jawaban Menkeu Sri Mulyani Ini Bikin JlebRupiah di Bank Indonesia (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Kedua, karena Ketua MPR menggunakan perbandingan, mari kita bandingkan jumlah pembayaran pokok utang dengan anggaran kesehatan dan anggaran Dana Desa.

Jumlah pembayaran pokok utang Indonesia tahun 2009 adalah Rp117,1 triliun, sedangkan anggaran kesehatan adalah Rp25,6 triliun. Jadi perbandingan pembayaran pokok utang dan anggaran kesehatan adalah 4,57 kali lipat.

Pada tahun 2018, pembayaran pokok utang adalah Rp396 triliun sedangkan anggaran kesehatan adalah Rp107,4 triliun, atau perbandingannya turun 3,68 kali. Artinya rasio yang baru ini sudah menurun dalam 9 tahun sebesar 19,4 persen.

Bahkan di tahun 2019 anggaran kesehatan meningkat menjadi Rp122 triliun atau sebesar 4,77 kali anggaran tahun 2009, dan rasionya mengalami penurunan jauh lebih besar lagi, yakni 26,7 persen. Di sini, anggaran kesehatan tidak hanya yang dialokasikan ke Kementerian Kesehatan, tapi juga untuk program peningkatan kesehatan masyarakat lainnya, termasuk DAK Kesehatan dan Keluarga Berencana.

Mengapa pada saat Ketua MPR ada di kabinet dulu tidak pernah menyampaikan kekhawatiran kewajaran perbandingan pembayaran pokok utang dengan anggaran kesehatan, padahal rasionya lebih tinggi dari sekarang? Jadi ukuran kewajaran yang disebut Ketua MPR sebenarnya apa?

Kenaikan anggaran kesehatan hingga lebih 4 kali lipat dari 2009 ke 2018 menunjukkan pemerintah Presiden Jokowi sangat memperhatikan dan memprioritaskan pada perbaikan kualitas sumber daya manusia.

3. Kenaikan Dana Desa jauh lebih tinggi

Utang Indonesia Tak Wajar? Jawaban Menkeu Sri Mulyani Ini Bikin JlebMenteri Keuangan Sri Mulyani (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Ketiga, Ketua MPR juga membandingkan pembayaran pokok utang dengan dana desa. Karena dana desa baru dimulai tahun 2015, jadi sebaiknya kita bandingkan pembayaran pokok utang dengan dana desa tahun 2015 yang besarnya 10,9 kali lipat.

Pada tahun 2018, rasio menurun 39,3 persen menjadi 6,6 kali, bahkan di tahun 2019 menurun lagi hampir setengahnya menjadi 5,7 kali. Artinya, kenaikan dana desa jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan pembayaran pokok utang. Lagi-lagi tidak ada bukti dan ukuran mengenai kewajaran yang disebut Ketua MPR.

Jadi arahnya adalah menurun tajam, bukankah ini arah perbaikan? Mengapa membuat pernyataan ke rakyat di mimbar terhormat tanpa memberikan konteks yang benar? Bukankah tanggung jawab pemimpin negeri ini adalah memberikan pendidikan politik yang baik kepada rakyat dengan memberikan data dan konteks yang benar.

4. Defisit anggaran selalu dijaga di bawah 3 persen

Utang Indonesia Tak Wajar? Jawaban Menkeu Sri Mulyani Ini Bikin JlebANTARA FOTO/Hafidz Mubarak

Keempat, Pemerintah terus melakukan pengelolaan utang dengan sangat hati-hati (pruden) dan terukur (akuntabel). Defisit APBN selalu dijaga di bawah 3 persen per Produk Domestik Bruto (PDB) sesuai batas UU Keuangan Negara.

Defisit APBN terus dijaga dari 2,59 persen per PDB tahun 2015, menjadi 2,49 persen tahun 2016, dan 2,51 persen tahun 2017. Dan tahun 2018 diperkirakan 2,12 persen, serta tahun 2019 sesuai Pidato Presiden di depan DPR akan menurun menjadi 1,84 persen.

Ini bukti tak terbantahkan bahwa pemerintah berhati-hati dan terus menjaga risiko keuangan negara secara profesional dan kredibel. Ini karena yang kami pertaruhkan adalah perekonomian dan kesejahteraan serta keselamatan rakyat Indonesia.

5. Defisit keseimbangan diupayakan turun

Utang Indonesia Tak Wajar? Jawaban Menkeu Sri Mulyani Ini Bikin JlebZulkifli Hasan (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Kelima, defisit keseimbangan primer juga diupayakan menurun dan menuju ke arah surplus. Tahun 2015 defisit keseimbangan primer Rp142,5 triliun, menurun menjadi Rp129,3 triliun (2017) dan tahun 2018 menurun lagi menjadi defisit Rp64,8 triliun (outlook APBN 2018).

[Keseimbangan primer adalah penerimaan negara dikurangi belanja--di luar pembayaran bunga utang-red]

Tahun 2019 direncanakan defisit keseimbangan primer menurun lagi menjadi hanya Rp21,74 triliun, sekali lagi menunjukkan bukti kehati-hatian pemerintah dalam menjaga keuangan negara menghadapi situasi global yang sedang bergejolak. Apakah ini bukti ketidak-wajaran atau justru malah makin wajar dan hati-hati?

Baca Juga: Belanja Negara Jadi Rp2.439,7 T, Ini 5 Target Pemerintahan Jokowi 2019

6. Sejak 2016, rating Indonesia membaik jadi investment grade

Utang Indonesia Tak Wajar? Jawaban Menkeu Sri Mulyani Ini Bikin JlebANTARA FOTO/Hafidz Mubarak

Keenam, selama tahun 2015-2018, pertumbuhan pembiayaan APBN melalui utang justru negatif, artinya penambahan utang terus diupayakan menurun seiring dengan menguatkan penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan pajak. Bila tahun 2015 pertumbuhan pembiayaan utang adalah 49,0 persen (karena pemerintah melakukan pengamanan ekonomi dari tekanan jatuhnya harga minyak dan komoditas lainnya), tahun 2018 pertumbuhan pembiayaan utang justru menjadi negatif 9,7 persen!

Ini karena pemerintah bersungguh-sungguh untuk terus meningkatkan kemampuan APBN yang mandiri. Ini juga bukti lain bahwa pemerintah sangat berhati-hati dalam mengelola APBN dan kebijakan utang.

Hasilnya? Pemerintah mendapat perbaikan rating menjadi investment grade dari semua lembaga pemeringkat dunia sejak 2016. Jadi siapa yang lebih berkompeten menilai kebijakan fiskal dan utang pemerintah wajar atau tidak?

7. Sri Mulyani ajak semua pemangku kebijakan cerdaskan rakyat

Utang Indonesia Tak Wajar? Jawaban Menkeu Sri Mulyani Ini Bikin JlebANTARA FOTO/Hafidz Mubarak

APBN adalah instrumen untuk mencapai cita-cita bernegara, untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur serta makin mandiri. Komitmen dan kredibilitas pengelolan APBN ini sudah teruji oleh rekam jejak pemerintah selama ini. Mari cerdaskan rakyat dengan politik yang berbasis informasi yang benar dan akurat.

Baca Juga: Pidato Lengkap Presiden Jokowi di Sidang MPR 2018

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya