3 Strategi OJK Dorong Literasi Keuangan Digital Indonesia

Inklusi Keuangan di Indonesia masih cukup rendah

Jakarta, IDN Times - Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Horas Tarihoran mengungkapkan, pihaknya terus melakukan transformasi guna mendorong peningkatan literasi keuangan nasional. 

“Transformasi tadi membuat konsumen ingin sesuatu yang mudah, cepat, dan aman. Namun yang perlu digarisbawahi, kemudahan ini sering disalahartikan oleh konsumen kita dengan kemudahan yang lain. Misalnya mudah berinvestasi dikiranya juga mudah mendapatkan (uang), padahal bukan,” jelas Horas dalam acara Diskusi Publik KADIN BPKD “Transformasi Digital sebagai Pendorong Pertumbuhan Literasi Keuangan” di Jakarta, Rabu (31/8/2022).

Baca Juga: OJK: Restrukturisasi Kredit di Perbankan Turun ke Rp560 Triliun

1. OJK sudah punya strategi dalam kembangkan literasi keuangan nasional

3 Strategi OJK Dorong Literasi Keuangan Digital IndonesiaOtoritas Jasa Keuangan (OJK). (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

OJK, sebut horas, memiliki Strategi Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Indonesia (SNLKI) yang diluncurkan pada 2021 lalu. Adapun, ketiga pilar dalam strategi tersebut, antara lain:

  • Memanfaatkan teknologi digital. OJK mulai mencari celah-celah teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk mempercepat indeks literasi keuangan digital ini.
  • Membangun dan meningkatkan aliansi strategis. Untuk melaksanakan program ini, dibentuk Dewan Nasional Keuangan Inklusif yang dipimpin secara langsung oleh Presiden Joko Widodo.
  • Memperluas akses dan ketersediaan produk dan layanan jasa keuangan yang inklusif.

2. Literasi keuangan Indonesia masih rendah

3 Strategi OJK Dorong Literasi Keuangan Digital IndonesiaIlustrasi pengaduan masalah keuangan di OJK. ANTARA FOTO/Basri Marzuki

Horas mengatakan, literasi keuangan di Indonesia masih rendah, di mana indeks literasinya hanya 38,03 persen di 2019. 

Berdasarkan data Kominfo, pada Januari 2021, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 202,35 juta pengguna atau sebesar 76,8 persen. 

“Kemudian dari 34 provinsi ternyata masih 21 provinsi yang tingkat indeks literasinya masih di bawah 38 persen,” paparnya.

3. Angka inklusi keungan Indonesia masih jauh di bawah negara-negara tetangga

3 Strategi OJK Dorong Literasi Keuangan Digital IndonesiaANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Berdasarkan survei, tingkat inklusi Indonesia disebut masih lebih rendah dibanding negara tetangga. Pada 2019 saja, angka inklusi Indonesia diketahui hanya sebesar 75 persen. Sementara negara tetangga sudah diangka 80 persen. Bahkan Singapura mencatatkan angka inklusi hingga 90 persen.

“Inklusi keuangan yang kita inginkan adalah yang sehat dan berkelanjutan. Indeks inklusi keuangan idealnya 80 persen. Bapak presiden telah mencanangkan bahwa target inklusi keuangan di 2024 sudah 90 persen,” ujarnya.

Baca Juga: Begini Cara Tokopedia-Bank Jago Genjot Inklusi Keuangan Digital

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya