4 Perbedaan Devaluasi dan Depresiasi, yuk Pahami! 

Keduanya berpengaruh pada ekspor-impor

Jakarta, IDN Times - Nilai mata uang di setiap negara tentu tak selamanya stabil. Terkadang, nilai mata uang bisa mengalami kenaikan atau penurunan yang cukup drastis dibanding mata uang negara lain.

Penurunan nilai mata uang ini disebut sebagai devaluasi, namun juga bisa disebut depresiasi. Meski mempunyai arti yang sama, keduanya ternyata sangat berbeda lho.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) devaluasi diartikan sebagai penurunan nilai uang yang dilakukan dengan sengaja terhadap uang luar negeri atau terhadap emas dengan tujuan memperbaiki perekonomian. Sementara itu, Depresi memiliki arti penurunan atau penyusutan nilai (mata uang) yang terjadi bukan karena keputusan otoritas negara.

Dilansir dari simulasikredit, berikut sejumlah perbedaan antara devaluasi dan depresiasi yang perlu kamu ketahui. 

Baca Juga: Devaluasi: Pengertian, Penyebab, dan Tujuannya

1. Sebab terjadinya

4 Perbedaan Devaluasi dan Depresiasi, yuk Pahami! Ilustrasi Pendapatan Daerah (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Devaluasi mata uang terjadi karena keputusan yang dibuat pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang negaranya dengan alasan dan tujuan tertentu, misalnya untuk meningkatkan nilai ekspor.

Di sisi lain, depresiasi terjadi bukan karena keputusan yang dibuat pemerintah, melainkan karena tingginya permintaan dan penawaran di pasar mata uang. Demi memperkuat kembali nilai mata uang negaranya, pemerintah akan melakukan intervensi untuk memperbaiki kembali nilai mata uang tersebut.

2. Sistem pertukaran mata uang

4 Perbedaan Devaluasi dan Depresiasi, yuk Pahami! Ilustrasi Uang (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Devaluasi terjadi pada negara yang menggunakan nilai tukar tetap (fixed exchange rate). Ototoritas moneter (bank sentral) dari negara yang menggunakan sistem ini akan menetapkan nilai mata uangnya terhadap mata uang asing tertentu. Bank sentral akan bertugas menjaga cadangan devisa dengan membeli atau menjual mata uang sendiri di pasar valuta asing.

Tujuannya adalah untuk menjaga nilai mata uang nasional dalam kisaran yang sangat sempit dan tidak membiarkannya mengambang terhadap mata uang lain. Maka dari itu, bank sentral dapat menurunkan nilai mata uangnya sewaktu-waktu.

Contoh dari fixed exchange rate, yaitu uang rupiah ditetapkan secara tetap terhadap dollar AS (USD).

Sedangkan, depresiasi terjadi pada negara-negara yang menggunakan sistem nilai tukar mengambang (real effective exchange rate). Kebanyakan negara di dunia umumnya menggunakan sistem tukar mengambang.

Nilai mata uang dengan sistem nilai tukar mengambang ditentukan oleh pasar mata uang. Nilainya tergantung pada kekuatan penawaran dan permintaan mata uang asing tertentu.

Baca Juga: Bos BI Sebut 3 Aspek Penting Pengembangan Rupiah Digital

3. Dampak terhadap perdagangan luar negeri dan ekonomi dalam negeri

4 Perbedaan Devaluasi dan Depresiasi, yuk Pahami! ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Baik devaluasi maupun depresiasi sama-sama memiliki dampak bagi ekonomi dalam negeri, seperti di antaranya:

Devaluasi

  • Meningkatkan nilai ekspor
  • Mengurangi volume impor
  • Produk dalam negeri semakin bersaing
  • Meningkatkan devisa negara

Depresiasi

Harga barang impor lebih mahal sedangkan harga barang ekspor lebih murah, dengan asumsi bahwa perubahan volume ekspor dan impor berubah secara lamban. Hal ini akan menyebabkan defisit perdagangan yang semakin besar atau surplus perdagangan yang menurun.

4. Masa berlakunya terhadap ekonomi

4 Perbedaan Devaluasi dan Depresiasi, yuk Pahami! Ilustrasi dolar AS ( ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Jangka waktu devaluasi mata uang sebenernya sangat pendek. Meski begitu, devaluasi dinilai mampu mengatasi permasalahan ekonomi di sebuah negara.

Sementara, depresiasi cenderung memakan waktu yang lebih lama. Ini  terjadi karena depresiasi berada di luar kuasa pemerintah sehingga lebih sulit dikendalikan. Maka dari itu, depresiasi menimbulkan efek jangka panjang.

Baca Juga: Ekonomi Indonesia Diprediksi Cuma Tumbuh 4,75 Persen di Kuartal II-2022

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya