Balas Sanksi Uni Eropa, Rusia Stop Pasokan Gas untuk 3 Negara Ini

Rusia stop ekspor gas untuk Jerman, Belanda dan Denmark

Jakarta, IDN Times - Pada Selasa (31/5/2022), perusahaan energi Rusia memutuskan untuk memperpanjang pemutusan suplai gasnya ke perusahaan gas Belanda, GasTerra. Selain Belanda, Rusia juga memutus pasokan gasnya ke perusahaan energi Denmark, Ørsted dan perusahaan Shell Energy untuk suplai ke Jerman.

Tindakan ini diambil Rusia karena perusahaan-perusahaan tersebut menolak untuk membayar dengan mata uang rubel. Ini juga merupakan bentuk balasan dari Rusia atas pengesahan embargo parsial atas migas Rusia oleh Uni Eropa, dilansir dari The Guardian.

Baca Juga: Inflasi Rusia Tak Terkontrol, Rusia Defisit Anggaran Rp259 Triliun

1. Balasan Rusia atas embargo Uni Eropa

Perang ekonomi antara Rusia dan Uni Eropa semakin memanas. Pemutusan suplai gas ke Belanda, Denmark dan Jerman ini adalah salah satu usaha Rusia untuk membalas embargo parsial Uni Eropa atas produk migasnya.

Pada Selasa (31/5/2022), Uni Eropa mengesahkan embargo parsial terhadap migas Rusia. Menurut kebijakan itu, Uni Eropa hanya akan melarang impor migas Rusia yang melalui jalur laut. Sedangkan impor yang dilakukan melalui pipa Druzhba tetap akan diperbolehkan.

Pengecualian ini dilakukan akibat ketergantungan beberapa negara eropa terhadap migas Rusia. Hungaria, Republik Ceko dan Slovakia adalah negara yang mengimpor migas Rusia melalui pipa tersebut. Uni Eropa mengklaim bahwa embargo ini akan berdampak pada 75 persen impor minyak Rusia dan akan naik menjadi 90 persen pada akhir tahun ini.

Baca Juga: Ogah Transaksi Pakai Rubel, Pasokan Gas ke Finlandia Disetop Rusia

2. Belanda, Denmark dan Jerman menolak pembayaran dengan rubel

Keputusan Rusia untuk memutus ekspor gasnya untuk 3 negara tersebut diambil karena adanya penolakan untuk membayar produknya dengan rubel.

Ørsted mengatakan bahwa tidak ada kewajiban hukum untuk membayar dalam rubel dalam kontraknya dengan raksasa energi negara Rusia, Gazprom. Ørsted bersikeras untuk melanjutkan pembayaran dengan euro, dilansir dari CNN.

Tuntutan Rusia untuk melakukan pembayaran dengan rubel ini dilakukan untuk menaikkan nilai mata uang tersebut yang telah jatuh akibat sanksi dari negara-negara barat. Penurunan nilai rubel juga diakibatkan oleh dikeluarkannya Rusia dari sistem pengiriman pesan bank internasional, SWIFT. Komisaris energi Uni Eropa juga sebelumnya telah menghimbau negara-negara anggota untuk menolak tuntutan Moskow, dilansir dari The Guardian.

Baca Juga: Ukraina Blokir Aliran Gas Alam Rusia, Harga di Eropa Melonjak

3. Tanggapan Belanda dan Denmark

Menurut sebuah lembaga think thank ekonomi, Bruegel, sekitar 4 persen dari total konsumsi energi Denmark dan sekitar 2 persen dari Belanda dipasok dari Rusia. 

Menyiasati itu, Gas Terra mengklaim telah menemukan alternatif lain untuk menggantikan 2 miliar meter kubik gas yang biasanya didapat dari Rusia. Sedangkan Denmark mengaku telah memprediksi pemotongan tersebut dan mengklaim bahwa pemutusan tersebut tidak akan langsung mempengaruhi pasokan gas Denmark.

Namun, pemotongan gas Rusia dinilai telah mempengaruhi perekonomian negara-negara Eropa. Pemotongan pasokan telah mendorong harga gas yang sudah tinggi menjadi lebih tinggi lagi dan juga mengakibatkan lonjakan inflasi. Ini kemudian menjadi tekanan pada pemerintah dan perusahaan Eropa untuk menemukan pasokan dan infrastruktur alternatif serta melakukan pembaruan fasilitas penyimpanan, dilansir dari The Guardian.

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya