Kian Perkasa, Rupiah Menguat ke Level Rp14.578

Berbagai aspek mendukung penguatan rupiah

Jakarta, IDN Times – Nilai tukar rupiah kembali alami apresiasi terhadap dolar AS. Dikutip dari situs Bank Indonesia (BI), dolar diperdagangkan di level Rp14.578 pada Kamis siang (8/11).

Dalam satu minggu terakhir, rupiah mengalami penguatan. Pada bulan Oktober lalu, rupiah sempat melemah terhadap dolar AS. Berbagai aspek mendukung penguatan rupiah terhadap dolar. Salah satunya cadangan devisa negara dan Indeks Penjualan Riil (IPR).

1. Rupiah meguat karena berbagai dukungan

Kian Perkasa, Rupiah Menguat ke Level Rp14.578Cadangan devisa Indonesia hingga Juni 2018

Nilai tukar rupiah menguat salah satunya didukung oleh keyakinan pasar terhadap data cadangan devisa Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova.

“Pasar menanti data posisi cadangan devisa Indonesia hari ini. Diproyeksikan masih cukup tinggi dan memadai menjaga stabilitas makroekonomi nasional,” kata Rully dikutip dari Antara.

Selain itu, data IPR pada September 2018 mencapai 4,8 persen (yoy). Hal itu, menurut dia, menunjukkan ada indikasi kinerja penjualan eceran tetap optimis.

2. Oktober menjadi bulan dolar menguat tajam

Kian Perkasa, Rupiah Menguat ke Level Rp14.578ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Kurs dolar terhadap rupiah menembus ambang batas psikologi baru, yakni di atas Rp15.000 pada 2 Oktober 2018. Di pekan pertama, dolar AS terus menguat hingga ke level menembus angka Rp15.180.

Memasuki pekan kedua Oktober, dolar AS kembali menguat. Angkanya hingga menembus Rp.15.235. Titik ini menjadi level tertinggi dolar terhadap rupiah. 

Tren penguatan rupiah baru terlihat memasuki bulan November. 

Baca Juga: Rupiah Melemah di Tengah Minim Sentimen Positif

3. Sempat melemah karena ketidakpastian ekonomi global

Kian Perkasa, Rupiah Menguat ke Level Rp14.578Pixabay.com/EmaAji

Gubernur BI, Perry Warjiyo menegaskan, fluktuasi kurs rupiah terjadi karena ketidakpastian ekonomi global. Perubahan terus terjadi dan menekan rupiah sejak awal September 2018. 

Salah satunya, imbuh Perry, krisis ekonomi yang melanda sejumlah negara, seperti Turki dan Argentina. Selain itu, salah satu faktor kuat adalah perang dagang antara Amerika Serikat dengan China sejak Juli lalu. 

Faktor-faktor tersebut yang mempegaruhi arus modal asing yang masuk ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Tahun Depan, Diperkirakan Kurs Rupiah Rp14.800-Rp15.200

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya