[WANSUS] Suryani Motik Bicara Kebijakan saat Pandemik dan Nasib Bisnis

Bagaimana proyeksi ekonomi Indonesia pascapandemik?

Jakarta, IDN Times – Bagaimana proyeksi perekonomian Indonesia selama pandemik COVID-19 ini belum berakhir hingga nanti pascapandemik? Pertanyaan tersebut menjadi hal penting bagi sebagian besar pengusaha saat ini. Setelah terdampak dengan sangat signifikan sejak pandemik melanda, dunia bisnis putar otak dan banyak melancarkan banyak strategi.

Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Suryani Motik membagikan pandangan tentang berbagai kebijakan penanganan pandemik yang sangat berdampak bagi dunia bisnis. Apa saja hal yang dia proyeksikan dari kacamata pengusaha?

Berikut hasil wawancara lengkap IDN Times dengan Suryani Motik pada 17 September 2020 lalu. Wawancara ini dilakukan dalam rangkaian kegiatan Indonesia Millennial Report 2020 yang akan diluncurkan dalam acara Indonesia Millennial Summit (IMS) 2021.

Baca Juga: [WANSUS] COO Tokopedia Bicara Masa Depan Marketplace Selama Pandemik

1. Bagaimana tanggapan Anda terhadap kebijakan ekonomi yang sudah diterapkan pemerintah di masa pandemik COVID-19 ini?

[WANSUS] Suryani Motik Bicara Kebijakan saat Pandemik dan Nasib BisnisInfografis Stimulus Ekonomi Indonesia selama Pandemik COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Hampir semua pemerintah di seluruh dunia pasti ini sesuatu yang baru, pasti panik, pasti bingung. Ini mau ngapain. Pasti ada faktor uji coba nya juga terhadap kebijakan. Kalau yang saya lihat begitu. Cuma yang membedakan, setiap kali uji coba pendekatan yang dilakukan pasti dihitung mitigasi resikonya kayak apa, konsekuensinya kayak apa. Nah itu yang saya lihat.

Yang jelas kalo kita bandingkan di awal pandemi, di bulan-bulan Januari, Februari yang kerasa sekali kan di bisnis itu Maret, April drop apalagi Jakarta, Bogor, Bandung. Kan wilayah pandemik utama, yang kita lihat kepanikan dan ketidaksiapan. Ribut antara pusat dengan daerah, pemerintah ngambil kebijakan. Itu punya implikasi juga ke pengusaha.

Kemudian tidak sinkron antara pusat dan daerah dalam kebijakannya. Itu berdampak juga terhadap pengusaha-pengusaha yang misalnya lokasinya di perbatasan. Atau lokasinya di Bogor, saya musti ikut aturan pusat atau saya ikut aturannya Bogor gitu loh.

Nah setelah kita ribut nih kalo dilihat dari sejak awal kan, semua panik, termasuk pengusaha panik. Nah kadin ribut minta angka, dasarnya dari apa? Siapa aja yang mesti kena?

Pertama pemerintah kasih mikirnya cuma perbankan aja. Karena ngelihatnya penyalurannya lewat perbankan, karena mikir misalnya membandingkan (dengan era) 1998. 98 sama sekarang beda kondisinya. 98 itu orang masih berani keluar belanja, UMKM gak ada masalah.

Sekarang UMKM malah yang pertama kali tumbang karena orang gak bisa keluar, gak bisa belanja, dan tidak boleh jualan. Bahkan saya denger mungkin di Jakarta dengan PSBB diperketat akan ada jam malam juga kayak di Bogor. Yang jualan-jualan tengah malem tuh yang sore-sore, yang malem-malem yang biasa di pinggir jalan akan dibatasi juga.

Hal seperti itu kan memang dinamis sekali yang namanya pandemi ini, dinamis ini kadangkala sudah jadi karakter birokrasi yah. Perubahan di luar lebih cepat dari pada adjustment justifikasi dari birokrasi dalam mengantisipasi perubahan di luar. Saya kira itu yang menjadi masalah. Kalo kita lihat dari kondisi makronya umumnya sepert itu.

2. Jadi menurut Anda puncak dari pandemik ini belum terlihat?

[WANSUS] Suryani Motik Bicara Kebijakan saat Pandemik dan Nasib BisnisIlustrasi corona. IDN Times/Mardya Shakti

Belum, belum, jadi kalo orang bilang second wave, first wave-nya aja belum selesai, iya kan? Nah orang takut second wave. Kalo selama kurva belum turun belum landai, kemudian naik lagi kemudian jadi second wave, ini turun aja kapan kita belum tau.

Kita belum bisa bilang ekonomi akan membaik, akan bagus. Jadi lagi-lagi, menurut saya, pemerintah harus lebih banyak fokus kepada soal kesehatan. Bagaimana menanganinya dan tidak bisa menanganinya misalnya hanya DKI tapi tetep dengan wilayah sekitar.

Baca Juga: [WANSUS] HIPMI Soroti Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Dunia Usaha

3. Bidang apa yang menurut Anda belum tersentuh oleh pemerintah?

[WANSUS] Suryani Motik Bicara Kebijakan saat Pandemik dan Nasib BisnisIlustrasi Resesi (IDN Times/Arief Rahmat)

Yang saya lihat begini, sekarang pemerintah ini paling takut sama resesi. Terutama pak presiden, takut banget sama resesi, kalo denger kata resesi itu kayaknya momok, gak tau ada yang nakut-nakutin secara politik kalo resesi gampang dijatuhin gitu ya, padahal hampir  seluruh dunia resesi kok.

Resesi asal, predictable asal ,penangannya bagus kan gak papa. Semua dunia juga lagi resesi, gak usah khawatir gitu. Sumbangan terbesar dari pertumbuhan ekonomi kita dari rumah tangga. Pemerintah harus banyak mengeluarkan bantuan sosial untuk menaikkan daya beli. Jadi adanya demand.

Jadi kalo pemerintah supply dan demand. Supply itu pengusaha-pengusahanya, demand itu daya beli masyarakatnya. Sekarang pemerintah mau genjot ke demandnya, daya beli masyarakatnya.

Itu dengan bantuan misalnya yang tadi BPJAT 600 ribu. Kemudian yang pengusaha 2,4 juta. Terus gaji 13 turun padahal lagi susah kan, akibatnya pengusaha yang setengah mati aduh pemerintah nurunin, gua gak PHK aja udah bagus, kan gitu. Nah itu yang kita lihat. Karena pemerintahnya fokus pada demand-nya, kekhawatiran terhadap resesi, tapi emang kita perlu juga daya beli.

Sekarang kalo dilihat mood orang hari ini saving, bagaimana menghindari pengeluaran. 85 persen kalo lihat itu orang mood saving, itu mood-nya mengurangi pembelanjaan padahal pada saat mengurangi pembelanjaan. Padahal pada saat mengurangi pembelanjaan, berarti gak ada sumbangan ke pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi kita didominasi oleh masyarakat, belum dari ekspor. Ekspor kita masih belum.

Karena itu okay ini bagus di satu sisi untuk menaikkan daya beli. Tapi di sisi lain, di supply-nya pengusahanya harus dibantu. Kemudian ini bantuannya kita tetap minta BLT jangan dalam bentuk barang-barang. Dan ini saya kira memang saya gak yakin sampai akhir tahun ini akan normal.

Selama vaksin belum ditemukan. Dan prediksi WHO vaksin ditemukan baru pertengahan tahun. Berarti kita musti jaga napas sampai pertengahan tahun. Kondisi ini akan turun naik seperti ini dan gak bisa kita hidup tanpa kerjasama dengan bantuan dari pemerintah.

Walaupun kita tau pemerintah sendiri kan pajaknya gak masuk, darimana uangnya? Ini persoalan sendiri. Jualan SUN (Surat Utang Negara), gak dibeli berarti BI yang beli, BI musti cetak uang kan. Itu ada multiplier effect yang harus kita cermati dengan baik.

4. Jika bicara soal BUMN, bagaimana kondisinya sejauh ini kaitannya dalam memulihkan ekonomi nasional menurut Anda?

[WANSUS] Suryani Motik Bicara Kebijakan saat Pandemik dan Nasib BisnisLogo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terpasang di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/7/2020) (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Jujur kita belum merasakan. Kita belum merasakan. Malah temen-temen ngiri kok kucuran di BUMN ini besar sekali ya. Padahal BUMN ini bermasalah bukan saat pandemi. Nah yang kita inginkan sebenernya BUMN harus membuka diri sebagai pasar terutama untuk pengusaha kecil menengah.

Jadi BUMN itu kan kalau misalnya kalo BUMN kasih proyek ke pengusaha kecil menengah, mbok ya kasih modal kerja juga. Jadi dibayar kalo memang orangnya sudah bagus dikurasi baik, kasih DP awal, 30 persen. Ini akan sangat membantu. Atau BUMN nya gak mau. Bisa juga sistem piutang, kerjasama segitiga. Jadi BUMN jadi penjamin, kemudian perbankan yang membiayai, dijamin oleh BUMN. Nah pasarnya dari BUMN.

Sebenernya yang ingin kita minta diperbanyak untuk pengusaha-pengusaha lokal. Dan sebenernya kita harus membaca, membuka kondisi yang susah ini jadi peluang menggerakan ekonomi Indonesia. Ekonomi yang dijalankan pengusaha-pengusaha baik lokal maupun pengusaha nasional.

Kan ini juga impor dan segala macemnya orang masih berhenti. Bagaimana kesempatan ini bisa dilakukan stimulus gitu. Tapi memang teori gampang cuma saya belinya APBN nya, APBD berkurang karena pajaknya gak masuk. Nah itu memang jadi isu juga akhirnya.

5. Hal yang juga banyak disorot di masa pandemik ini, Kartu Pra Kerja. Menurut Anda, signifikankah manfaatnya?

[WANSUS] Suryani Motik Bicara Kebijakan saat Pandemik dan Nasib Bisnis(Ilustrasi Kartu Pra Kerja) IDN Times/Arief Rahmat

Kartu prakerja itu sebenernya diluncurkan untuk orang-orang yang belum dapat kerjaan, di-training supaya siap kerja. Persoalannya adalah kerjaannya gak ada. Jadi yang mau ditraining apa?

Yang kedua, training-training yang ditawarkan di awal kenapa dikritik habis-habisan sama orang? Itu kamu buka Google itu banyak yang ditawarkan secara gratis, jadi kenapa kita mesti beli?

Kenapa uangnya tidak dialihkan untuk misalnya menyubsidi startup yang memang dikurasi punya potensi bagus, untuk BLT supaya daya beli tinggi, bantuan tidak lewat bank, bantuan langsung tunai ke mikro yang jumlahnya yang 2,4 juta itu yang jumlahnya berapa ditingkatkan lewat uang Prakerja itu.

Tunggulah kalo ekonomi sudah hangat kembali, Prakerja baru efektif. Kecuali sudah ada permintaan yang memang akan membutuhkan orang ini, saya butuh tenaga di sektor ini dengan keahlian ini, boleh itu dibiayai. Kalo ada jaminan pasarnya Kartu Prakerja boleh jalan. Kalau gak, wasting money aja.

6. Harus jelas dulu pasarnya, baru Prakerja bisa berjalan dengan efektif?

[WANSUS] Suryani Motik Bicara Kebijakan saat Pandemik dan Nasib BisnisIDN Times/Margith Juita Damanik

Iya dong. Iya pasarnya siapa? Misalnya, Microsoft bilang saya butuh programmer, ada opportunity orang Indonesia buat programmer 200 atau 500 orang, persyaratannya apa? Salurin dari kartu prakerja. Siapa yang bisa nge-train? Ditender, baru efektif kan.

Orang di-training di situ kalau perlu Microsoft untuk quality control kita suruh. Google atau Baidu mau bikin usaha di Indonesia atau apalah gitu yang memang berkembang pada saat pandemi ini, mereka mau bikin. Nah itu baru Kartu Prakerja bisa digunakan.

Tapi kalo sekarang training leadership, habis itu apa? Uangnya dipakai bayarnya mahal. Wasting aja. Kita gak punya uang, kita mesti efisien dalam keadaan begini. Baik negara maupun swasta, kita gak punya luxurius untuk buang-buang uang. Karena kondisi lagi susah.

7. Menurut pendapat Anda, kapan titiknya pemulihan ekonomi nasional itu dimulai?

[WANSUS] Suryani Motik Bicara Kebijakan saat Pandemik dan Nasib BisnisIlustrasi Pertumbuhan Ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Pemulihan ekonomi nasional itu tidak berdiri sendiri. Itu dia mengikuti kemampuan satu negara mengatasi persoalan COVID. Jadi kalo misalnya COVID-nya, kurvanya landai, bukan hanya satu provinsi, dua atau tiga provinsi, tapi kurva nasional sudah landai itu baru kita bisa efektif bicara pemulihan ekonomi.

Hari ini kita hanya bertahan hidup, belum bisa memulihkan. Mungkin bahasanya kalo pemulihan terlalu muluk menurut saya. Selama kurvanya kayak kita nih masih naik terus menjulang ke atas langit. Itu belum akan. Akan sia-sia. Yang ada bertahan aja. Yang ada adalah bagaimana mempertahankan dunia usaha untuk tidak jatuh lebih  jauh ke dalam.

Saya yakin sih tahun 2021 masih minus. Mudah-mudahan minusnya, tapi kalo APBN 2021 dikurangin spending-nya untuk penaganan COVID, untuk banta UKM pasti pertumbuhannya juga akan pengurangan, saya masih yakin tahun depan itu masih minus. Belum plus lah kita.

Saya gak tau tergantung seberapa ganas COVID dan seberapa efektif temen-temen yang menangani COVID sendiri.  Kita fokus nanganin pandemi-nya dulu ekonominya supaya bertahan aja dulu. Terus diperketat. Turuninlah aparat, sekali-kali rakyat biar bisa belajar disiplin.

8. Sektor apa yang mungkin akan bangkit lebih cepat dan sektor apa yang akan butuh waktu lebih lama?

[WANSUS] Suryani Motik Bicara Kebijakan saat Pandemik dan Nasib BisnisPedagang rempah. ranselkosong.com

Balik lagi, ini karena di tipologi di tahun depan itu masih nuansanya masih COVID, WHO bilang pertengahan baru, walaupun kita berharap memang kalau negara, herd immunity pendekatannya, kita kan herd immunity. Artinya bertahan karena imunitas pasti pengin cepet vaksin itu cirinya. Kalau negara yang sudah mampu kurvanya, okelah vaksin tapi gak terlalu gitu loh. Nah, itu kita lihat berarti kita masih dealing dengan isu kesehatan.

Nah, bisnis-bisnis yang masih dekat dengan isu kesehatan, mungkin ada turun naik ada PSBB diperketat diperlonggar. Kita masih akan denger sampai di misalnya pertengahan tahun depan. Ini berarti bisnisnya apa? Yang terkait dengan sektor kesehatan, obat gitu loh, obat, jamu-jamuan, terus makanan sehat.

Karena concern orang untuk menaikkan imunitas kan jadi tinggi.

Kemudian frozen karena orang takut keluar karena belanja gak boleh. Daring atau online mau pendidikan online itu akan punya peluang. Makanan okay, makanan karena orang juga di rumah walaupun bisa masak juga bosen dan pengen makanan di luar, jadi restoran masih okay, tapi restorannya mungkin yang gak dine in. Itu saya kira masih punya peluang.

Kemudian alat-alat kesehatan misalnya orang mulai belajar tentang oxymeter, bagaimana mengukur rentang  oksigen. Kemudian olahraga, lihat penjualan alat-alat olahraga sepeda. Terus kalo kita perkenalkan training-training lewat Youtube. Ini bisa bikin sehat ngurangi lemak, ngurangi ini, pasti laku setengah mati.

Wisata, kalau wisatanya, kan orang masih takut travelling, kalo wisatanya yang bisa orang ngerasa aman, protokolnya dijalankan dengan baik mungkin masih bisa. Hotel mungkin bisa berubah dari tadinya tempat orang nginep jadi ruang isolasi. Ruang isolasi buat orang-orang yang kena. Tapi biasanya hotel-hotel bintang melati  1-2 lah. Kalo hotel bintang 5 mungkin agak takut karena nanti untuk ubah imagenya ini pernah buat isolasi, orang serem juga mungkin. Nah yang seperti itulah.

Tapi yang jelas industri kesehatan, dan sayangnya industri kesehatan kita ketinggalan jauh.

9. Apa sih keunggulan Indonesia terkait dengan ekonomi regional Asia Tenggara untuk pemulihan ekonomi?

[WANSUS] Suryani Motik Bicara Kebijakan saat Pandemik dan Nasib BisnisANTARA FOTO/Adeng Bustomi

Kita bisa lihat ekspor terbesar di ASEAN itu dari Indonesia apa? Salah satunya makanan dan minuman. Makanan dan minuman kita termasuk eksportir yang cukup bagus di ASEAN. Industri otomotif juga, pabrik-pabrik kan banyak di Indonesia dibuat.

Nah kemudian misalnya, masih industri resource. Misalnya kayak minyak, CVO dan sebagainya kita masih okay lah unggulah disitu. Nah banyak hal yang sebenernya punya potensi ditingkatkan supaya kita gak kalah. Cuma memang musti ada keberanian marketing dan keberanian memperbaiki servis di industri pariwisata untuk ke depan.

Sekarang ini orang Indonesia masih tumpahan untuk destinasi wisata. Biasanya orang ke Singapore, Thailand misalnya baru Bali dan Malaysia. Kan limpahan aja,

Kita kepengen misalnya merubah orang datang ke Indonesia baru sisanya ke Singapore dan Malaysia. Singapore kan lebih besar Jakarta, kenapa orang pilih destinasinya ke Singapore? Kan aneh. Hal-hal seperti itu opportunity kita ke depan.

Nah, mestinya itu BUMN bisa jadi anchor buat perusahaan-perusahaan menengah kecil yang punya isu persoalan. Kadangkala izin di negara baru, dealing sama bea cukai di sana dan sebagainya kan. Nah, BUMN yang besar ini yang dealing, kita nebeng aja ikut. Jadi benderanya pake bendera mereka. Nah, itu yang saya kira belum optimum dilakukan.

10. Sebesar apa pengaruh pemulihan ekonomi di negara-negara mitra terhadap ekonomi di Indonesia?

[WANSUS] Suryani Motik Bicara Kebijakan saat Pandemik dan Nasib BisnisIlustrasi Marina Bay, Singapura (IDN Times/Indiana)

Yang jelas gini, kalo kita ekspor ke Thailand, kalo Thailand pulih kemudian Indonesia dibolehkan masuk gak di-lock. pasti punya pengaruh, ekspor kita naik.

Kalo misalnya di Jepang, okay kita ekspor kita yang selama ini agak terhambat kan bisa jalan juga karena ekonomi mereka bagus, daya belinya bagus. Berarti mereka akan beli lebih banyak lagi.

Sayur misalnya, sayur juga Singapore, kebutuhannya didominasi oleh Thailand. Padahal dari Berastagi itu deket banget tinggal nyebrang gitu kan. Kalau mereka bagus, kemudian pertumbuhannya di Singapore sudah positif orang banyak travelling ke Singapore, pertimbangan terhadap sayur dan buah-buahan tinggi kan permintaan kita tinggi lagi. Kita akan naik lagi. Jadi bagus kita juga.

11. Apakah great reset diperlukan oleh sektor ekonomi dan bisnis untuk bertahan terhadap krisis di masa-masa yang akan datang?

[WANSUS] Suryani Motik Bicara Kebijakan saat Pandemik dan Nasib BisnisANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Ini ilmunya namanya knowledge management dan namanya government-nya mestinya learning government. Jadi pemerintahan yang pembelajar. Bisa kan kita sudah belajar dari flu burung kemudian belajar dari pandemi.

Mustinya bisa direcord, dikumpulkan baik dalam peraturan, isu dan sebagainya dan ini disimpan, apakah aturan protapnya gimana, kebijakan paling efektif setelah nanti misalnya selesai kebijakan. Kan ini semuanya dicoba. Ada report, ada laporan dibuat dan harus disimpan baik-baik. Apakah di bagian inovasi pemerintah. Disimpan dan jadi ilmunya pemerintah.

Kedua, kesombongan dari siapapun yang mimpin nanti harus dikurangi. Artinya kalo baik dari periode lalu, kenapa tidak diambil pelajaran?

Jadi dari yang kita sudah bukukan ilmu baru ini mengatasi pandemi di sektor kesehatan. Pasti kan ada protap di sektor kesehatan, yang pertama kali dilakukan apa misalnya di sektor kesehatan.

Kemudian di sektor ekonomi, bantuan supaya gak salah lagi yang pertama kali harus diluncurkan apa? Nah, itu ada dibukukan dan dibuat dalam satu bentuk panduan dan ini nanti disiapkan. Pada saat ada masalah, ini dikeluarkan lagi. Jangan nyari lagi yang baru.

Bukan belajar dari nol lagi, we're not starting from zero. We have experience already dan kita punya ilmunya disitu dan bisa cepet. Kenapa Korea bisa cepet? Dia bukukan waktu ada kasus pandemi sebelumnya. Flu burung, begitu dia mau recovery dia lakukan diambil dari itu.

12. Apakah ada organisasi atau infrastruktur yang perlu dibangun dari sekarang untuk antisipasi krisis sejenis ini?

[WANSUS] Suryani Motik Bicara Kebijakan saat Pandemik dan Nasib BisnisPresiden Jokowi saat mengunjungi Gedung BNPB pada Rabu, 10 Juni 2020 (Dok. Biro Pers Kepresidenan)

Mungkin saya melihat apakah ini bisa masuk di BNPB gitu yah. Jadi crisis center atau pandemi center, ini yang harus diperkuat dan badan inilah yang akan bertanggung jawab dan menangani dan belajar.

Setelah pandemi ini usai, dia gak diam, dia harus ada lesson learned dari pandemi ini. Keluar dengan buku panduan. Jika ini terjadi yang akan datang jadi apa yang harus dilakukan?

Jadi mitigasi resiko, pendekatannya itu harus ada. Dan ini yang saya kira memang, bagus sekali pertanyaan kamu, ke depan untuk kita gak selalu mulainya dari bawah.

13. Apa harapan Anda untuk ekonomi Indonesia di 2021?

[WANSUS] Suryani Motik Bicara Kebijakan saat Pandemik dan Nasib Bisnis(Wakil Ketua KADIN Yani Motik) Tangkapan layar Youtube IDN Times

Saya gak mau yang muluk-muluk, harapan saya temen-temen pengusaha hang on, bertahanlah, bersabarlah, do the best that you could, memang gak gampang. Jangan putus asa, rajin ngulik. Opportunity pasti ada, tentunya gak sebesar sebelum kita kena pandemi.

Dan harapan itu buat pengusaha. Buat ekonomi kalo toh resesi, okay resesi tapi jangan terlalu jauh. Dan jelas minta pemerintah itu kabinet ekonominya bisa duduk bareng satu suara. Yang keluar itu yang udah jadi. Jangan satu-satu, belum jadi udah keluar, sehingga memberikan sign yang negatif ke pasar.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya