Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan, rupiah menguat sejalan dengan sentimen pasar terhadap aset berisiko yang terlihat cukup positif, tercermin dengan penguatan indeks saham Asia di pembukaan pagi ini.
Selain itu, data Purchasing Managers' Index (PMI) AS yang dirilis semalam, baik sektor jasa dan manufaktur yang hasilnya di bawah ekspektasi pasar, memicu pelemahan dolar AS yang mungkin bisa berlanjut pagi ini.
Menurut Ariston, penguatan rupiah masih rentan karena ekspektasi soal kebijakan suku bunga AS masih berubah-ubah tergantung data AS, dan masih ada isu pelambatan ekonomi China.
"Selain itu, mulai defisitnya neraca transaksi berjalan (current account) di kuartal kedua 2023 setelah surplus selama 7 kuartal beruntun bisa menjadi penekan untuk rupiah ke depan," tuturnya.