Jokowi Ngotot Lanjutkan Hiliriasi Nikel, Uni Eropa 'Gerah'

Hilirisasi nikel akan jadi berkah untuk Indonesia

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo ngotot tak mau mengekspor nikel ke Uni Eropa. Jokowi ingin melakukan hilirasi nikel di dalam negeri.

Pengamat Energi Terbarukan, Dewanto Indra Krisnando mengatakan, keinginan Jokowi itu membuat Uni Eropa resah. Terlebih, Uni Eropa sudah melakukan gugatan di Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO.

"Nikel menjadi komponen penting dalam produksi baterai kendaraan listrik, dan sekaligus pendorong perubahan dalam pemanfaatan energi. Intinya hilirisasi tambang ini perlu didukung," ujar Dewanto, Senin (5/12/2022).

Baca Juga: Gugatan Nikel, Jokowi: Zaman VOC Kerja Paksa eh Sekarang Ekspor Paksa

1. Hilirisasi nikel bakal jadi berkah untuk Indonesia

Jokowi Ngotot Lanjutkan Hiliriasi Nikel, Uni Eropa 'Gerah'Produksi nikel PT Aneka Tambang Tbk (Antam). (dok. Antam)

Dewanto mengatakan, langkah Jokowi melakukan hilirisasi nikel akan menjadi berkah Indonesia. Menurutnya, investasi juga akan masuk di Indonesia dan tentunya akan menciptakan lapangan pekerjaan.

"Begitu investasi masuk tentu ini akan membuka lapangan pekerjaan dan menambah pendapatan. Otomatis seluruh masyarakat akan menikmati hasil ini," ucap dia.

"Langkah hilirisasi tambang baik itu nikel, timah dan lainnya itu menimbulkan multiplayer efek ke semua sektor, termasuk industri pertambangan, masyarakat desa seperti disampaikan Pak Presiden hingga pada perkembangan UMKM," sambungnya.

Hilirisasi sumber daya alam yang ada di Indonesia diyakini akan menambah penerimaan negara dari sektor pajak dan penerimaan negara bukan pajak.

"Untuk itu, kebijakan Presiden Jokowi agar hilirisasi tambang perlu didukung penuh demi kepentingan penggunaan energi baru terbarukan,” kata dia.

Baca Juga: RI Kalah Gugatan di WTO soal Nikel, Jokowi: Banding!

2. Jokowi ingin Indonesia optimalkan potensi nikel dalam negeri

Jokowi Ngotot Lanjutkan Hiliriasi Nikel, Uni Eropa 'Gerah'Presiden Jokowi pimpin rapat terbatas pada Rabu (4/11/2020) (Dok. Biro Pers Kepresidenan)

Sebelumnya, Presiden Jokowi telah memerintahkan jajarannya untuk mengambil banding, usai kalau dalam gugatan di Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO. Gugatan itu dilayangkan oleh Uni Eropa, karena Indonesia tak mau lagi mengekspor nikel.

Jokowi kemudian menyinggung soal Indonesia di zaman VOC. Kala itu, masyarakat Indonesia dipaksa untuk kerja dan tanam paksa.

Dia menegaskan, potensi hilirasi nikel itu besar sekali. Oleh karenanya, Indonesia ingin mengelola nikel tersebut, tidak menjualnya dari bahan belum jadi.

"Dan potensi kita ini gede sekali, mau kita lanjutkan ekspor bahan mentah. Hati-hati, dulu zaman VOC, zaman kompeni, itu ada yang namanya kerja paksa ada yg namanya tanam paksa. Zaman modern ini muncul lagi, ekspor paksa, kita dipaksa untuk ekspor. Lho ini barang kita kok, memang sudah saya sampaikan kemarin kita kalah. Tapi apakah kita langsung pengen berhenti saja, oh ndak," ujar Jokowi di acara Kompas100 CEO Forum Tahun 2022, Istana Negara, Jakarta, Jumat (2/12/2022).

3. Jokowi tak takut dengan gugatan Uni Eropa

Jokowi Ngotot Lanjutkan Hiliriasi Nikel, Uni Eropa 'Gerah'Presiden Jokowi beri sambutan di acara Pembukaan Inovasi Indonesia Expo 2020 pada Selasa (10/11/2020) (Dok. Biro Pers Kepresidenan)

Menurut Jokowi, kalau ada negara lain yang menggugat Indonesia, itu merupakan hak mereka. Jokowi sadar kebijakan Indonesia menyetop ekspor nikel bakal membuat negara-negara tersebut terganggu.

"Setelah saya cek kenapa sih Uni Eropa ini menggugat? Ya benar karena industrinya ternyata banyak di sana, kalau dikerjain di sini (di Indonesia) artinya di sana akan ada pengangguran, di sana akan ada pabrik yang tutup, di sana akan ada industri yang tutup," tuturnya.

Tapi, kata Jokowi, bagaimana pun Indonesia juga punya keinginan untuk menjadi negara maju, dan membuka lapangan kerja lebih banyak lagi.

"Kalau kita digugat saja kita takut, mundur, gak jadi, ya gak akan kita menjadi negara maju. Terus! saya sampaikan kepada Menteri, terus! 'pak ini apakah?' terus! tidak boleh berhenti, tidak hanya berhenti di nikel tapi terus yang lain," ucap dia.

Baca Juga: Jokowi: 56 ribu Rumah Rusak di Cianjur Akan Diberi Bantuan

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya