Dampak COVID-19, Permintaan Peci di Aceh Berkurang Selama Ramadan

Para reseller hanya berani mengambil 100 peci

Banda Aceh, IDN Times - Seketika gadis itu berdiri, ketika seorang wanita paruh baya yang duduk di depan rumah toko (ruko) tiga pintu memanggilnya. Senyuman lembut dan sedikit malu-malu dilempatkan gadis itu ketika menyambut kedatangan IDN Times.

Gadis itu adalah Mutia, orang yang kini dipercaya menjaga toko souvenir khas Aceh, Khasanah, yang terletak di Gampong Ceurih, Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh, Aceh. Tak hanya menjual cendera mata, toko milik keluarga Mutia ini juga menjajakan serta memproduksi peci, penutup kepala yang telah menjadi ciri khas orang Indonesia termasuk di Aceh.

Dalam memproduksi peci, biasanya Toko Khasanah menggunakan jasa sejumlah pekerja yang tak lain merupakan warga sekitar untuk membantunya. Mereka diberikan tugas untuk menjahit dan melakukan beberapa tahapan lainnya dalam membuat peci dari bahan yang telah disediakan.  Kegiatan itu telah berlangsung sejak 1990-an, yang mana usaha tersebut pertama kali didirikan oleh ayah Mutia.

1. Memproduksi ratusan peci per bulan dan dikirim ke berbagai daerah

Dampak COVID-19, Permintaan Peci di Aceh Berkurang Selama RamadanPeci yang diproduksi di Toko Souvenir Khas Aceh Khasanah,Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh, Aceh (IDN Times/Saifullah)

Mutia menyebutkan, biasanya usaha milik keluarganya itu mampu memproduksi peci 200-an per bulan. Jumlah produksi bahkan akan meningkat ketika Ramadan tiba, sebab peci termasuk salah satu alat penutup kepala yang juga sering digunakan umat Islam untuk beribadah.

Peci yang diproduksi oleh Toko Khasanah tidak hanya dijajal di pasaran Kota Banda Aceh saja, namun juga sejumlah daerah di Provinsi Aceh, seperti Langsa, Aceh Barat Daya, Aceh Singkil, dan kabupaten kota lainnya. Bahkan, permintaan juga datang dari luar Aceh walau pun pemesanannya tidak sebanyak daerah di dalam provinsi berjulukan Serambi Makkah ini.

“Permintaannya kalo di luar daerah tu biasanya 300 sampai 400 peci. Itu permintaan untuk luar Kota Banda Aceh,” kata Mutia.

Baca Juga: Potret Malam Pertama Salat Tarawih di Aceh Dalam Suasana COVID-19 

2. Berbagai jenis peci diproduksi dan dijual dengan harga yang bervarian

Dampak COVID-19, Permintaan Peci di Aceh Berkurang Selama RamadanSalah seorang pelanggan sedang mencoba peci hasil yang diproduksi di Toko Souvenir Khas Aceh Khasanah,Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh, Aceh (IDN Times/Saifullah)

Ada beberapa jenis peci yang dijual serta diproduksi oleh toko souvenir milik keluarga Mutia itu. Mulai dari peci model songkok, polos, serta memiliki motif. Untuk harga jualnya sendiri, mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah.

“Kalau peci yang dijual di sini ada yang beragam, mulai dari songkok, motif, dan polos. Harganya mulai dari Rp 25 ribu sampai Rp 120 ribu,” kata Mutia.

Ketika ditanyakan omset yang didapatkan per bulan dari hasil penjualan peci tersebut, pewaris Toko Khasanah itu pun sedikit malu-malu mengungkapkannya.

“Untuk omset setiap tahunnya berbeda-beda, di atas Rp 5 juta per bulan bisa dapat,” ungkapnya.

3. Tahun ini permintaan peci di pasaran menurun dikarenakan COVID-19

Dampak COVID-19, Permintaan Peci di Aceh Berkurang Selama RamadanPeci hasil produksi Toko Souvenir Khas Aceh Khasanah,Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh, Aceh

Dampak dari adanya wabah Virus Corona atau COVID-19 ternyata juga berimbas terhadap usaha rumahan milik Mutia. Ia mengatakan, biasa setiap tahunnya ada banyak pemesanan peci selama Ramadan, namun untuk tahun ini terbilang menurun.

“Penjual peci untuk tahun ini agak berkurang daripada Ramadan di tahun sebelumnya, karena mungkin ada dampak dari adanya COVID-19 jadi penjualannya agak berkurang,” kata Mutia.

Pemilik Toko Souvenir Khas Aceh Khasanah ini menyampaikan, selama Ramadan biasanya banyak para reseller (penjual kembali) datang ke tokonya untuk membeli peci dalam jumlah besar.

Misalnya, untuk tahun-tahun sebelumnya reseller di Kota Banda Aceh sekali mengambil peci bisa sebanyak 200 peci, sekarang hanya 100 peci.

“Tahun lalu banyak, meski tahun ini ada juga tapi untuk barang yang diambilnya itu sedikit berkurang,” imbuhnya.

Baca Juga: Mak Meugang, Tradisi Makan Daging Sambut Ramadan di Aceh

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya