Larangan Ekspor Gandumnya Dikritik G7, India Diminta Tanggung Jawab

India bilang larangan ekspor gandum dapat direvisi

Jakarta, IDN Times - Negara-negara G7 merespons keputusan India yang mengeluarkan kebijakan pelarangan ekspor gandum produksinya pada Sabtu (14/5/22). Dalam pertemuan di Jerman, G7 menyebut langkah India itu dikhawatirkan akan memicu ancaman kerawanan pangan global.

Menteri Pertanian Jerman Cem Ozdemir menilai langkah India akan memperburuk krisis yang saat ini sudah terjadi.

Hasil panen gandum India telah mengalami penurunan karena gelombang panas yang menerpa negara tersebut. Tapi stok gandum global juga sudah terancam karena perang Rusia di Ukraina telah memicu kelangkaan pasokan.

Baca Juga: Dampak Perang Rusia-Ukraina, India Larang Ekspor Gandum

1. Larangan ekspor gandum untuk mengendalikan harga domestik yang mengalami kenaikan

Larangan Ekspor Gandumnya Dikritik G7, India Diminta Tanggung Jawabilustrasi gandum (Pexels.com/TymurKhakimov)

Pada hari Jumat, pemerintah India dari Direktorat Perdagangan Luar Negeri menerbitkan lembaran yang menyebutkan bahwa harga gandum global telah mengancam ketahanan pangan India, negara-negara tetangga dan negara rentan.

Hal itu memicu keputusan untuk melakukan pelarangan semua ekspor produksi gandum dalam negeri, kutip The Guardian. Selain itu, sebab lain mengapa larangan ekspor dilakukan adalah gelombang panas yang mempengaruhi hasil panen.

Pelarangan itu dilakukan dengan tujuan mengendalikan harga produk domestik. Harga gandum di India telah naik ke rekor tertinggi, di beberapa pasar mencapai 25.000 rupee (Rp4,7 juta) per ton, jauh di atas harga dukungan minimum pemerintah sebesar 20.150 rupee (Rp3,8 juta)

Sejak awal tahun 2022, harga gandum dunia sendiri telah meningkat lebih dari 40 persen. Ini karena perang Rusia di Ukraina. Dua negara tersebut adalah eksportir gandum terbesar di dunia dengan sepertiga pasokan global bergantung terhadap produk ekspor mereka.

Baca Juga: Duh, Perang Rusia-Ukraina Diprediksi Ganggu Impor Gandum ke RI! 

2. Larangan ekspor gandum dapat direvisi

India adalah produsen gandum terbesar kedua di dunia. Tapi, sebagian besar hasil produksi tersebut dikonsumsi di dalam negeri. Sisanya dipasarkan untuk ekspor ke negara lain.

Sejauh ini, menurut CNN, pemerintah India masih akan mengizinkan ekspor yang didukung oleh letter of credit yang sudah diterbitkan dan ke negara-negara yang meminta pasokan. Ini demi "memenuhi kebutuhan ketahanan pangan mereka."

Selain itu, langkah larangan ekspor tersebut juga tidak diberlakukan selamanya sehingga kebijakan itu dapar direvisi.

Seorang pejabat senior pemerintah India yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan telah terjadi inflasi di dalam negeri yang di luar perkiraan.

"(Kenaikan harga) itu bukan gandum saja. Kenaikan harga secara keseluruhan menimbulkan kekhawatiran tentang inflasi dan itulah mengapa pemerintah harus melarang ekspor gandum," katanya.

3. G7 mengkritik kebijakan India

Larangan Ekspor Gandumnya Dikritik G7, India Diminta Tanggung JawabPerwakilan Menteri Pertanian negara-negara G7 di Jerman (Twitter.com/Julien Denormandie)

Jerman telah menjadi tuan rumah untuk pertemuan negara-negara G7. Dalam pertemuan Menteri Pertanian kelompok tersebut di Stuttgart, mereka melontarkan kritiknya atas keputusan pemerintah New Delhi.

"Jika semua orang mulai memberlakukan pembatasan ekspor atau menutup pasar, itu akan memperburuk krisis," kata Cem Ozdemir pada konferensi pers, dikutip Al Jazeera.

"Kami menyerukan India untuk memikul tanggung jawabnya sebagai anggota G20," tambahnya.

Dalam pertemuan G7, Ukraina juga ikut menghadiri acara. Ukraina pada dasarnya adalah salah satu lumbung gandum dunia. Tapi dengan pelabuhannya yang diblokade oleh Rusia, mereka tidak dapat mengirim mengekspor pasokan.

Ozdemir mengatakan sekitar 20 juta ton gandum saat ini disimpan Ukraina dan segera perlu diekspor. Kelompok G7 juga berbicara menentang blokade.

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya