Ogah Dipakai Perang, Perusahaan Drone China Cabut dari Rusia-Ukraina

Perusahaan ini tak mau produknya digunakan untuk merusak

Jakarta, IDN Times - Raksasa perusahaan pesawat nirawak atau drone dari China, DJI, mengambil langkah yang tidak biasanya. Perusahaan mengatakan akan menghentikan sementara bisnisnya di Rusia dan Ukraina.

Keputusan itu dilakukan sebagai tanggapan atas perang di Ukraina, karena ada dugaan produk drone mereka telah disalahgunakan untuk terlibat dalam peperangan. Perusahaan secara internal ingin menilai kembali persyaratan kepatuhan di berbagai peraturan wilayah.

Secara tegas, perusahaan mengatakan membenci penggunaan produk mereka digunakan untuk menyebabkan kerusakan. Karenanya, untuk sementara waktu menangguhkan penjualannya. Tanpa merujuk negara, perusahaan membuat pernyataan penegasan tentang prinsip-prinsip perusahaan.

1. Perusahaan tidak mau produknya digunakan untuk merusak

Ogah Dipakai Perang, Perusahaan Drone China Cabut dari Rusia-Ukrainailustrasi drone (Pexels.com/invisiblepower)

DJI adalah salah satu perusahaan terkemuka yang memproduksi drone. Perusahaan itu didirikan pada tahun 2006 di Hong Kong. Kini pusat DJI berada di Shenzhen, China. DJI telah menjadi produsen drone swasta terbesar di dunia.

Dikutip dari Al Jazeera, Adam Lisberg, direktur komunikasi korporat DJI untuk Amerika Utara, mengatakan "DJI membenci penggunaan drone kami untuk menyebabkan kerusakan, dan kami sementara menangguhkan penjualan di negara-negara ini (Rusia dan Ukraina) untuk membantu memastikan tidak ada yang menggunakan drone kami dalam pertempuran."

Bulan lalu, Ukraina telah menuduh DJI membocorkan informasi militer ke Rusia. Tuduhan itu memicu penarikan produk dari rak pengecer Jerman, Mediamarkt. DJI membantah tuduhan Ukraina dan mengatakan produk yang dijual ditujukan untuk penggunaan sipil.

"Kami tidak akan pernah menerima penggunaan produk kami untuk menyebabkan kerusakan, dan kami akan terus berusaha untuk meningkatkan dunia dengan pekerjaan kami," kata DJI dalam sebuah pernyataan pada Rabu (27/4/22).

Baca Juga: 5 Fakta Switchblade, Drone Kamikaze Bantuan AS ke Ukraina

2. Ukraina tuduh Rusia gunakan teknologi dalam produk DJI

Invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari telah memicu sanksi ekonomi besar-besaran terhadap Moskow. Banyak merek dan perusahaan Barat menarik diri dari pasar Rusia karena invasi tersebut. 

Namun perusahaan China tetap beroperasi di Rusia. China menahan diri untuk tidak secara terbuka melontarkan kritik ke Rusia atas perang tersebut. DJI juga tetap beroperasi meski merek dan perusahaan Barat hengkang dari Moskow.

Rusia dan Ukraina yang kini terlibat perang mematikan, disinyalir sama-sama menggunakan produk drone buatan DJI. Dilansir ABC News, Wakil Perdana Menteri Ukraina Mykhailo Federov menulis sebuah surat terbuka bulan lalu, meminta DJI menghentikan penjualan di Rusia.

Mykhailo menuduh Rusia menggunakan "produk DJI di Ukraina untuk menavigasi rudal yang digunakan untuk membunuh warga sipil." Sistem AeroScope yang ada di drone DJI dinilai memungkinkan pendeteksian dan memantau drone serta operator lain melalui sistem penerima khusus.

Ukraina memiliki kekhawatiran Rusia mungkin menggunakan sistem penerima sinyal tersebut dari pihak ketiga untuk menyerang pilot drone Kiev. DJI secara tegas membantah tuduhan tersebut.

Baca Juga: Mengenal Zala KYB, Drone Bunuh Diri Rusia yang Hantui Ukraina

3. Cara kerja sinyal AeroScope milik DJI

Ogah Dipakai Perang, Perusahaan Drone China Cabut dari Rusia-Ukrainailustrasi (Unsplash.com/Ian Baldwin)

Pada dasarnya, baik Ukraina atau Rusia disebut sama-sama menggunakan drone DJI dalam perang yang sedang berlangsung. Tentang jumlah produk yang digunakan tidak diketahui.

Dilansir CNN, DJI mengatakan mereka tidak menjual produk untuk penggunaan militer dan "dengan tegas menentang upaya memasang senjata ke produk kami." DJI juga berjanji akan memutus hubungan bisnis dengan distributor jika tidak berkomitmen menolak penjualan kepada pelanggan yang jelas menggunakannya untuk tujuan militer.

Menurut The Verge, masalah utama adalah tuduhan pada teknolgi sinyal AeroScope dalam drone DJI. Sinyal itu memiliki cara kerja dengan memberikan posisi, ketinggian, kecepatan, arah, nomor seri dan lokasi operator.

Lalu ada alat penerima yang dapat menangkap sinyal tersebut hingga jarak 50 kilometer yang dijual secara terpisah atau inovasi oleh pihak ketiga. Teknologi AeroScope itu telah dipasang di setiap drone DJI sejak tahun 2017 lalu untuk mencegah hal-hal buruk seperti ketika sembarangan beroperasi di bandara dan menganggu penerbangan komersial.

DJI mengaku pada dasarnya tidak pernah dapat mematikan sinyal itu melalui internet karena sinyal AeroScope disiarkan secara lokal lewat frekuensi 2.4 GHz dan 5.8 GHz. DJI juga menegaskan pemilik drone tidak bisa mematikannya karena semua dikodekan bersama dengan perintah pengontrol drone.

Jadi jika sinyal AeroScope dapat dimatikan, secara otomatis operator juga kehilangan kendali atas drone tersebut.

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya